Ketika orang-orang atheis merasa bahwa siksaan akhirat merupakan kekejian, maka mereka semakin yakin akan tidak perlunya pada dinul-Islam. Sikap mereka itu kurang-lebih sama dengan sikap pengingkaran kaum nabi-nabi terdahulu yang di'adzab oleh Allah Ta'ala.
Kalimat "sekeji inikah...?" yang diucapkan oleh orang-orang atheis pada hakikatnya memang bisa terkesan positif dan bisa pula terkesan negatif.
Bagi seorang muslim, kalimat "sekeji inikah...?" dapat bernilai positif; seolah-olah seseorang berkata dalam hatinya: "Sekeji inikah hukuman yang kudapat jika aku melakukan hal ini? Sungguh aku takut, jika aku berbuat maksiat terhadap Rabb-ku maka aku akan di'adzab pada hari yang dahsyat"
"Sesungguhnya jika aku berbuat maksiat terhadap Rabb-ku, sungguh aku takut akan 'adzab pada hari yang besar (kiamat)". (QS. Yunus: 15)
Namun tidak demikian bagi orang-orang atheis yang justru lebih cenderung negatif; seolah-olah seseorang protes pada hukuman yang dijatuhkan terhadap pelaku pelanggaran: "Sekeji inikah hukuman yang kudapat jika aku melakukan hal ini? Sungguh ini tidak berperi-kemanusiaan".
Adapun pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis akan menguraikan tinjauan secara negatif saja, lantaran inilah yang biasa dilontarkan oleh orang-orang atheis untuk menghancurkan iman kaum muslimin.
"Allah berkata: 'Wahai hamba-Ku, sesungguhnya aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku...'" (HR. Muslim, no. 2577)
Yakni: Keputusan Allah Ta'ala bersifat muthlaq, dan tidaklah Dia disifatkan dengan kezhaliman. Dia mengharamkan kezhaliman atas diri-Nya, sehingga Dia melarang makhluk-Nya untuk berbuat zhalim. Oleh karenanya adalah suatu keadilan dengan dihukumnya orang-orang yang zhalim, dan merupakan suatu kezhaliman apabila orang-orang zhalim itu dibiarkan begitu saja tanpa pertanggung-jawaban. Karena zhalim adalah lawan dari kata adil, atau ia berarti salah letak, bukanlah suatu keadilan jika orang yang tidak bersalah diadzab, sebab itu bukan tempat yang tepat.
Untuk pendekatan:
1. Alam semesta ini memang dikenal tidak punya selera humor, badai tornado akan menyapu apa saja yang dilewatinya, ia menerbangkan mobil bahkan rumah, ia menghancurkan kota, dan ia banyak menelan korban jiwa. Meskipun begitu mengerikan, orang-orang cuma bisa maklum seraya bilang: "Itu bencana alam"
2. Betapa banyak mangsa harimau yang telah berusaha lepas dan akhirnya tidak bisa berbuat banyak kecuali pasrah menanti ajalnya. Mangsa itu diperlakukan sedemikian rupa, tanpa ampun, lalu disantap dengan lahapnya. Meskipun begitu mengerikan, orang-orang cuma bisa maklum seraya bilang: "Itu hewan yang tak punya akal".
3. Seorang Raja mempunyai peraturan, kalau ada yang melahirkan bayi laki-laki maka akan dibunuh. Sebagai rakyat lemah yang masih menetap di negeri itu, jika bayi laki-laki mereka dirampas oleh pasukan Raja, betapapun sedihnya cuma bisa bilang: "Itu Raja yang zhalim".
4. Selihai bagaimana pun seseorang dalam melakukan protes ternyata tidak berguna, karena badai tornado, harimau dan Raja tidak peduli, tidak mau tahu.
"Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat kami, lalu kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan" (QS. Thaha: 126)
Yakni:
Kamu dulu sewaktu di dunia tidak menghiraukan tanda-tanda kekuasaan Allah Ta'ala, baik yang berupa alam semesta maupun Al-Qur'an. Bukannya kamu mengambil pelajaran dan memperbaiki diri, malah mendustakan dan sibuk dengan protes. Maka pada hari peradilan ini kamu tidak dihiraukan juga sebagaimana kamu tidak menghiraukan ayat-ayat-Nya. Keluhanmu tidak akan digubris, apalagi protesmu tidak akan menyelamatkan kamu dari adzab yang bakal menimpamu.
5. Allah Ta'ala memberikan peluang bagi manusia untuk bertaubat dan memperbaiki diri sampai ajal tiba:
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri" (QS. Al-Baqarah: 222)
Yakni;
Allah Ta'ala cinta kepada orang-orang yang bertaubat dari dosa-dosa yang telah mereka lakukan, dengan cara menyesalinya dan menggantinya dengan perbuatan baik, karena perbuatan baik akan menghapus perbuatan jelek, dan dengan cara berwudhu', karena wudhu' akan menggugurkan dosa-dosa.
6. Tidak berguna menunda keimanan sampai ajal menjemput nyawa:
"Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), 'Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan'. Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Rabbnya (tentulah kamu melihat peristiwa yang mengharukan). Berkata Allah, 'Bukankah (kebangkitan) itu benar?'. Mereka menjawab, 'Sungguh benar, demi Rabb kami'. Berkata Allah, 'Karena itu rasakanlah 'adzab ini, disebabkan kamu mengingkari(nya)" (QS. Al-An'am: 29-30)
Yakni:
Semasa di dunia, mereka mendustakan kebenaran akan datangnya hari kebangkitan, sehingga mereka tidak beriman, tidak beramal, tidak mengajak manusia kepada jalan yang lurus dan tidak bisa bersabar atas musibah yang menimpa mereka. Akibatnya di akhirat.mereka tinggal memetik hasilnya, yaitu 'adzab nar.
7. Semua berjalan di atas takdirnya masing-masing:
"Beramallah kalian karena semuanya dimudahkan untuk mencapai (takdir) yang diciptakan untuknya" (HR. Muslim)
Point 7 ini telah dijelaskan pada pertemuan 93: Takdir Bukan Skenario.
Yakni:
Merugilah orang-orang yang dimudahkan untuk menempuh jalan-jalan ahli nar sehingga dia dilemparkan ke nar, sebagaimana seorang atheis yang mati dalam keadaan atheis. Dan beruntunglah orang-orang yang dimudahkan untuk menempuh jalan-jalan ahli jannah sehingga dia dipersilakan masuk jannah, sebagaimana seorang shalih yang mati dalam keadaan shalih.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar