Senin, 06 Februari 2017

Daftar Isi Pertemuan 1-100 Panduan Bisnis Batu Permata

Daftar Isi Pertemuan 1-100 Panduan Bisnis Batu Permata
1. Kecewa Salah Beli Batu?
2. Batu Hanya Musiman?
3. Daftar Edisi Majalah IGS 1-31
4. Nasehat yang Menyesatkan
5. Sambil Menyelam Cari Batu
6. Layakkah Batu Permata Dijadikan Bisnis?
7. Apa Hebatnya Bisnis Batu Permata?
8. Penyebab Kehancuran Bisnis
9. Mengapa Batu Saya Belum Laku-laku
10. Tahun Batu Bukan Tahun Batu
11. Selusin Problem Batu Permata
12. Harga Terbaru Batu Permata 2016
13. Bagaimana Cara Membuat Faset Princess Cut Secara Manual?
14. Batu Apa yang Trendy Sepanjang Masa?
15. Jual Ular dengan Harga Naga
16. Bagaimana Cara Menjual Barang yang Mahal Agar Cepat Laku?
17. Apa yang Sebenarnya Kita Teropong?
18. Jangan Mencerca Penguasa
19. 7 Model Liontin Inspiratif
20. Jatuhkan Dia Lalu Pilih Saya
21. Islam Moderat atau Insan Mudharat
22. Perpecahan Bukan karena Banyak Mesjid
23. Mengapa Tidak Serang Saja Israel dan Palestina?
24. Hukum Permintaan Lebih Besar daripada Kemampuan
25. Mereka Menyebutnya Sawabi
26. Membantah Muhammad Haidar Si Anak Jalanan
27. Tiap Bisnis Punya Keunikan Masing-masing
28. Saat Sulit Jangan Pelit
29. Perbedaan Salafi, Wahhabi dan ISIS
30. Usaha Rentan Komplain
31. Membantah Abdullah Ade
32. Memangnya NARI Cuma NU yang Punya
33. Saat Agama Dijadikan Lelucon, Tindakan Apa yang Seharusnya Kita Ambil?
34. Klarifikasi 9 Prinsip Salafi yang Sering Disalah-Fahami
35. Rahasia Di Balik Nilai
36. Dituduh sebagai Mujassimah dan Musyabbihah, Ini Dia Bantahan Salafi
37. Ternyata Teroris Berakidah Asy'ariyyah
38. Takfiri Itu Apa dan Siapa?
39. Apa Itu Syubhat?
40. Ternyata Salafi Lebih Masuk Akal
41. Manhaj Salaf yang Jarang Diketahui namun Penting
42. Memahami Makna Manhaj, Sunnah,Atsar, Syari'at, Shirath, Thariq, Sabil dan Sirah
43. Apabila Logika Dipaksakan untuk Ikut Campur Urusan Islam
44. Mengenal Dinul-Muslimin dan Dinul-Kuffar
45. Isu Hidup Program Hidup
46. Syubhat yang Mengerti Tafsir Hanya Allah dan Rasul-Nya
47. 7 Organisasi Teroris Dunia
48. Khawarij Keluar dari Millah
49. Demokrasi di Mata Ahlus-Sunnah
50. Sejarah Pergantian Daulah Islamiyyah
51. Hajar Aswad akan Diangkat Menjelang Kiamat
52. Sejarah Keruntuhan Baghdad
53. Mengapa Berhala Disembah?
54. Benih-benih Radikalisme
55. Kupas Tuntas Tentang Niat
56. Al-Qur'an Bukan Teori
57. Bathilnya Terjemahan Tiada Tuhan Selain Allah
58. Iman Tak Berlaku Pada yang Dapat Diindera
59. Maunya Menasehati Pemerintah tapi Tidak Mau Dinasehati Ulama' Sunnah
60. Antara Kebenaran dan Penistaan Agama
61. Fiqih Empat Imam Madzhab Juga Sama
62. Mengapa Ulama' Berbeda Pendapat
63. Membantah Seribu Perkara yang Katanya Allah Tidak Mampu
64. Black Hole Bukan Kiamat
65. Membantah Pencari Tuhan
66. Hukum Membantah Ahlul-Ahwa'
67. Mengapa Belajar dari Hewan
68. Hukum Tasyabbuh
69. Posisi Rudud dalam Islam
70. Islam Bukan Rebutan Kekuasaan, Kisah Musailamah Al-Kadzdzab
71. Membantah Tidak Takut Neraka
72. Nasab Nabi Muhammad sampai Adam
73. Sebelum Bilang Orang Lain Bodoh
74. Apa Jadinya Nahi Munkar Jika Tidak Bersama Penguasa
75. Situs Sejarah Islam di Haramain Tidak Ada yang Hilang
76. Terkenalnya Kisah Rabi'ah bin Nashr 77. Logo Mata di Saudi
78. Hadits 12 Khalifah Bukan Rafidhah
79. Di Langit Juga Ada Ka'bah
80. Membantah Akidah Nur Muhammad
81. Ada Apa dengan Bintang Segi 8?
82. Pernah Lihat Tanduk Setan?
83. Gara-gara Tokek Hancur Akidah Kakek
84. Percobaan Mencuri Jasad Nabi
85. Kisah Hancurnya Yaman oleh Bangsa Habasyah
86. Fitnah Perongrong Daulah Islamiyyah
87. Mengapa Harus Menulis?
88. Soal Benteng Ottoman yang Musnah
89. Siapakan Iran bin Dzi Yazn
90. Siapakah Kaum Himyar
91. Semua Tentang 'Abdul-Muththalib
92. Tidak Ada Lingga Yoni di Ka'bah
93. Penjelasan Benci karena Allah
94. Takdir Bukan Skenario
95. Wajib Menyalahkan yang Salah
96. Indonesia Bukan Suriah
97. Bahasa dari Manakah Surga, Neraka, Puasa, Bidadari dan Agama?
98. Ini Dia Tata Cara Shalat dalam Al-Qur'an
99. Bagi yang Merasa Bahwa Siksa Akhirat Merupakan Kekejian
100. Ahlus-Sunnah Bukan Shufiyyah

Sabtu, 04 Februari 2017

Ahlus Sunnah Bukan Shufiyyah (Pertemuan 100)

Pembaca yang baik hati, sebelum penulis menyebutkan perbedaan antara ahlus-sunnah dan shufiyyah, ada baiknya penulis menyebutkan terlebih dahulu 25 keyakinan ahlus-sunnah, semoga pembaca dapat mengoreksi apakah bersesuaian ataukah bertolak belakang dengan keyakinan-keyakinan pembaca:

25 KEYAKINAN AHLUS-SUNNAH
1. Ahlus-Sunnah mengambil 'aqidah hanya terbatas dari dua sumber, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah, yang tentunya dengan pemahaman As-Salafush-Shalih. As-Sunnah di sini mencakup hadits shahih dan hasan, baik yang diriwayatkan secara mutawatir maupun melalui satu jalur periwayatan, atau yang dikenal dengan istilah hadits ahad. Adapun As-Salafush-Shalih mencakup para shahabat radhiyallahu 'anhum, tabi'in dan tabi't-tabi'in rahimahumullah.
2. Tidak menjadikan mimpi selain mimpi para nabi 'alaihimus-salam sebagai wahyu. Karena tidak ada selain nabi yang mendapatkan wahyu. Adapun ilham, selama ia tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah maka sah-sah saja untuk dilaksanakan, sebagaimana 'Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu yang mendapat ilham untuk memundurkan maqam Ibrahim yang sebelumnya menempel di ka'bah agar orang yang shalat di hadapannya tidak menghadang orang yang thawwaf.
3. Meyakini bahwa ruh Nabi Adam ,'Isa dan Muhammad 'alaihimush-shalatu was-salam sebagai makhluk, ruh terbaik dari ruh-ruh yang Allah Ta'ala ciptakan.
4. Meyakini bahwa Nabi Adam 'alaihis-salam sebagai manusia pertama yang Allah Ta'ala ciptakan, yang otomatis ruh manusia yang pertama kali diciptakan adalah ruh Nabi Adam, bukan ruh Nabi Muhammad 'alaihimash-shalatu was-salam.
5. Meyakini bahwa kalimat yang disampaikan kepada Nabi 'Isa 'alaihis-salam adalah kalimat "kun" (jadilah). Bukan firman Allah Ta'ala yang berubah menjadi manusia.
6. Meyakini bahwa al-jannah (surga) adalah tempat yang penuh kenikmatan, yang kenikmatannya itu mencakup kenikmatan nafsiyyah (jiwa), qalbiyyah (hati) dan jasadiyyah badaniyyah (jasad badan).
7. Meyakini bahwa an-nar (neraka) adalah tempat siksaan yang siksaannya itu mencakup siksaan nafsiyyah, qalbiyyah dan jasadiyyah badaniyyah.
8. Meyakini bahwa huriyyah (bidadari) itu akan dijadikan istri untuk lelaki penghuni al-jannah yang bisa dinikmati secara nafsiyyah, qalbiyyah, jasadiyyah badaniyyah.
9. Memaknai kalimat La ilaaha illallaah adalah Laa ma'buuda bihaqqin illallaah (Tiada yang berhak di'ibadahi kecuali Allah). Karena ilah artinya "yang di'ibadahi", sementara "berhak" lantaran hanya Allah Ta'ala lah ilah yang haqq, sedangkan ilah-ilah selain-Nya adalah bathil.
10. Meyakini bahwa ber'ibadah kepada Allah Ta'ala karena didorong oleh rasa mahabbah (cinta), khauf (takut) dan raja' (harap).
11. Meyakini bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah Ta'ala, dan Dia bersemayam di atas 'arsy, 'arsy-Nya di atas air, air tersebut di atas kursi, kursi itu tempat Dia meletakkan telapak kaki-Nya, dan kursi tersebut di atas langit yang ketujuh. Ini sebagai bantahan bagi orang yang menyatakan bahwa Allah Ta'ala berada di mana-mana atau bantahan bagi orang yang menyatakan bahwa Allah Ta'ala berada di atas 'arsy namun dia tidak tahu 'arsy itu di mana, apakah di langit ataukah di bumi.
12. Meyakini bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah Ta'ala, dan Dia menciptakan Nabi Adam 'alaihis-salam dengan kedua tangan-Nya. Kedua tangan Allah terbentang, Dia melimpahkan rezeki kepada makhluk-makhluk-Nya, ini sebagai bantahan bagi orang yahudi yang menyatakan bahwa tangan Allah terbelenggu yakni pelit dalam memberi rezeki.
13. Meyakini bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah Ta'ala, dan Dia berbicara langsung kepada Nabi Musa 'alaihi-salam. Karena Allah Ta'ala disifatkan dengan berbicara, sementara patung-patung disifatkan dengan bisu, ilah -ilah yang bisu tidak layak dijadikan ilah.
14. Meyakini bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah (perkataan Allah) bukan makhluk, di mana perkataan Allah itu tersimpan di lauh mahfuzh, yang tertulis di atas lembaran-lembaran kitab, yang dibaca, didengar dan dihafal oleh manusia.
15. Meyakini bahwa takdir Allah Ta'ala sudah ditetapkan dan tidak bisa diubah. Allah Ta'ala tidak mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri-diri mereka dan memudahkan mereka mencapai takdirnya masing-masing. Oleh karenanya tidak diperkenankan bagi seorang hamba untuk menyerah pada takdir sehingga meninggalkan 'amal.
16. Meyakini bahwa tidak ada manusia setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diutus bisa keluar dari syari'at beliau, sebagaimana Nabi Khidhir bisa keluar dari syari'at Nabi Musa 'alaihimas-salam.
17. Meyakini bahwa sihir yang di antaranya santet (memisahkan dua orang yang bersatu) maupun pelet (menyatukan dua orang yang terpisah) adalah kufur besar, yang dapat membatalkan keislaman seseorang.
18. Meyakini bahwa tidak bolehnya menjadikan makhluq ghaib sebagai perantara dalam ber'ibadah kepada Allah Ta'ala. Makhluk ghaib di sini seperti malaikat dan jin serta roh manusia. Termasuk kategori ghaib apabila seseorang tidak hadir yang dalam keadaan dia tidak mengetahui apa yang diminta oleh orang yang meminta.
19. Meyakini bahwa tidak bolehnya beri'tikaf di kuburan, thawwaf atau mencari berkah di sana. Karena beri'tikafnya lelaki di mesjid dan beri'tikafnya perempuan di rumah. Adapun thawwaf maka tempatnya hanyalah ka'bah, sedangkan mencari berkah maka kuburan bukan difungsikan untuk itu, karena menziarahi kuburan hanyalah agar manusia ingat akan mati sambil menyampaikan salam buat ahli kubur dan mendo'akan ampunan dan syafa'at buat mereka, itu sebenarnya yang dibutuhkan oleh ahli kubur, bukan malah berdo'a (meminta) kepada mereka dan bukan pula malah menyuruh mereka agar menyampaikan do'a peziarah kepada Allah Ta'ala.
20. Meyakini bahwa tawassul yang disyari'atkan adalah tawassul dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta'ala, dengan sebab kalimat tauhid, dengan adanya keimanan, dengan dilakukannya amal shalih dan dengan ditinggalkannya maksiat.
21. Meyakini bahwa selain dari Allah Ta'ala tidak ada yang mengetahui perkara-perkara ghaib yang di antaranya kejadian yang akan datang, baik itu malaikat maupun nabi. Jika malaikat dan nabi saja tidak mengetahui perkara-perkara ghaib apalagi wali, apalagi paranormal. Malaikat dan nabi mengetahui perkara-perkara ghaib adalah setelah diberitahu oleh Allah Ta'ala.
22. Mengakui bahwa perkara ibadah seperti shalat, zakat, shaum, haji dan yang semisalnya termasuk tauqifiyyah (kesepakatan) yakni berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Adapun ijma' maka ia dijamin keshahihannya karena tidaklah Allah Ta'ala menghimpun ummat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam di atas kesesatan. Sementara qiyash tidak digunakan kecuali dalam keadaan terdesak.
23. Mengakui bahwa iman itu harus diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan. Iman itu bisa bertambah dan berkurang, bertambah dengan keta'atan dan berkurang dengan kemaksiatan.
24. Mengakui bahwa manusia terbaik setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sesuai dengan urutan al-khulafa'ur-rasyidin, yaitu dimulai dari Abu Bakr, kemudian 'Umar, kemudian 'Utsman, kemudian 'Ali radhiyallahu 'anhum. Adapun Mu'awiyyah radhiyallahu 'anhu merupakan raja pertama dalam Islam yang terbaik di dunia.
25. Mengakui bahwa Imam Mahdi itu dari jalur keturunan Hasan bin 'Ali radhiyallahu 'anhuma. Ini sebagai bantahan bagi kaum rafidhah yang menyatakan Imam Mahdi dari jalur keturunan Husain bin 'Ali radhiyallahu 'anhuma.

BAGAIMANA AGAR ALLAH TA'ALA MENCINTA HAMBA-NYA?

Baiklah, sekarang kita baca dua kalimat berikut:
1). Cinta kepada Allah Ta'ala adalah cinta kepada Dzat-Nya (Allah Ta'ala sendiri), tidak karena kebaikan-Nya, seperti menyelamatkan hamba-Nya dari an-nar dan memasukkannya ke dalam al-jannah.
2). Jika Allah Ta'ala telah mencintai hamba-Nya, maka Allah Ta'ala akan menyelamatkannya dari an-nar dan memasukkannya ke dalam al-jannah.

Dalam hal ini, Allah Ta'ala mengatakan:
قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله و يغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم
"Katakanlah (wahai Muhammad kepada ummatmu): Jika memang kalian cinta kepada Allah maka turutilah aku, niscaya Allah akan cinta pula kepada kalian, dan akan mengampuni dosa-dosa kalian, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Ali 'Imran: 31)

Yakni:
Wujud dari cinta kepada Allah Ta'ala adalah kembali kepada syari'at yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Di mana Al-Qur'an dijelaskan oleh As-Sunnah, sedangkan As-Sunnah sendiri adalah Al-Hadits yang tercakup di dalamnya 3 hal: perkataan, perbuatan dan persetujuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

SYA'IR RAB'IAH AL-ADAWIYYAH DAN BERIKUT BANTAHANNYA

Berkata seorang shufi yang bernama Rabi'ah Al-Adawiyyah:
1). "Ya Ilahi, jika sekiranya aku beribadah kepada Engkau karena takut akan siksa neraka, maka bakarlah aku dengan neraka-Mu.
2). Dan jika aku beribadah kepada Engkau karena harap akan masuk surga, maka haramkanlah aku daripadanya.
3). Tetapi jika aku beribadah kepada Engkau karena semata-mata kecintaanku kepada-Mu, maka janganlah, ya Ilahi, Engkau haramkan aku melihat keindahan-Mu yang azali".

Apabila perkataan tadi ditinjau secara zhahir (harfiyyah) maka Rabi'ah Al-Adawiyyah ini benar-benar ingin mencintai Allah Ta'ala semata, sehingga dia menghilangkan dua syari'at yaitu khauf dari an-nar dan raja' terhadap al-jannah, yakni meniadakan takut dari neraka dan meniadakan pula harap terhadap surga. (Diharapkan bagi pembaca untuk benar-benar memahami paragraf ini sebelum lanjut ke paragraf berikutnya)

Dari sinilah kaum shufi tertipu dalam membedakan antara cinta, takut dan harap. Memang cinta kepada Allah itu adalah cinta kepada Dzat-Nya, namun manusia juga disuruh oleh Allah Ta'ala untuk takut dari neraka dan harap terhadap surga.

Allah Ta'ala mengatakan tentang takut dari neraka:
واتقوا النار التي أعدت للكافرين
"Dan takutlah kalian dari neraka yang telah disediakan untuk orang-orang kafir" (QS. Ali 'Imran: 131)

Allah Ta'ala menceritakan tentang do'a Nabi Ibrahim 'alahis-salam yang mengharap surga:
واجعلني من ورثة جنة النعيم
"Dan jadikanlah aku orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan" (QS. Asy-Syura: 85)

Berkata sebagian ulama salaf:
1). Barangsiapa beribadah kepada Allah karena didorong rasa cinta saja, maka dia seorang zindiq (munafiq)
2). Barangsiapa beribadah kepada Allah karena didorong rasa takut saja, maka dia seorang haruri (khawarij)
3). Barangsiapa beribadah kepada Allah karena didorong rasa harap saja, maka dia seorang murji' (murji'ah).
4). Barangsiapa beribadah kepada Allah karena didorong rasa cinta, takut dan harap, maka dia seorang mu'min muwahhid (ahli tauhid) (Lihat Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyyah)

DALIL-DALIL KHAUF

Berikut ini dalil-dalil tentang khauf (takut) kepada Allah Ta'ala dan takut pula dari neraka-Nya:

Allah Ta'ala memerintahkan kepada hamba-Nya untuk takut hanya pada-Nya:
إنما ذالكم الشيطان يخوف أولياءه فلا تخافوهم و خافون إن كنتم مؤمنين
"Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaithan yang menakut-nakuti (kalian) dengan kawan-kawannya, maka janganlah kalian takut kepada mereka, tapi takutlah kalian hanya kepada-Ku jika kalian benar-benar orang yang beriman" (QS. Ali 'Imran: 175)

Dan dalam ayat lainnya:
و إياي فارهبون
"Hanya kepada-Ku lah kalian harus takut" (QS. Al-Baqarah: 40)

Allah Ta'ala memerintahkan agar hamba-Nya takut terhadap neraka:
واتقوا النار التي أعدت للكافرين
"Dan takutlah kalian dari neraka yang telah disiapkan untuk orang-orang kafir" (QS. Ali 'Imran: 131)

Allah Ta'ala menyebutkan tentang do'anya ulul-albab (orang-orang yang berakal):
سبحانك فقنا عذاب النار
"...Maha Suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari siksa neraka" (QS. Ali 'Imran: 191)

(Telah diulas pada pertemuan 71: Membantah Tidak Takut Neraka), mari lihat kembali apa yang dikatakan oleh Rabi'ah Al-Adawiyyah: "Ya Ilahi, jika sekiranya aku beribadah kepada Engkau karena takut akan siksa neraka, maka bakarlah aku dengan neraka-Mu". Coba adu dengan ayat ini: "Dan takutlah kalian dari neraka yang telah disiapkan untuk orang-orang kafir" (QS. Ali 'Imran: 131) dan adu dengan do'a Nabi Ibrahim 'alaihis-salam: "...Maha Suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari siksa neraka" (QS. Ali 'Imran: 191).

DALIL-DALIL RAJA'

Di bawah ini dalil raghbah (harap) dan rahbah (cemas):

Allah Ta'ala memuji Nabi Zakaria dan juga Nabi Yahya 'alaihimas-salam:
إنهم كانوا يسارعون في الخيرات ويدعوننا رغبا و رهبا و كانوا لنا خاشعون
"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdo'a kepada kami dengan harap dan cemas, dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami" (QS. Al-Anbiya': 90)

Mari lihat kembali perkataan Rabi'ah Al-Adawiyyah: "Dan jika aku beribadah kepada Engkau karena harap akan masuk surga, maka haramkanlah aku daripadanya". Coba adu dengan do'a Nabi Ibrahim 'alaihis-salam: "Dan jadikanlah aku orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan" (QS. Asy-Syura: 85).

PERBEDAAN ANTARA AHLUS-SUNNAH DAN SHUFIYYAH

Sebagian kaum shufi membantah kalau dirinya tidak takut neraka dan tidak mengharapkan surga. Mereka menjelaskan bantahannya itu dengan logika mereka. Ini tidak aneh, karena sumber pengambilan 'aqidah mereka di samping Al-Qur'an dan As-Sunnah juga akal sehat, bahkan jika ada dalil baik dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah yang bertentangan dengan akal sehat mereka, maka akal sehatlah yang menang, sementara dalil harus tunduk kepada akal sehat, ini sesuai dengan hadits munkar palsu yang mengatakan bahwa: "akal adalah agama, maka barangsiapa yang tidak menggunakan akalnya maka tidak ada agama baginya" (Hadits Munkar Palsu Riwayat Ahli Akal). Seandainya kesalahan shufiyyah cuma ini, maka sudah lebih dari cukup untuk sebagai bukti bahwa shufiyyah itu melenceng dari al-haqq.

Kaum shufi membagi dinul-Islam menjadi 4 tingkatan, yaitu syari'at, hakikat, tariqat, ma'rifat. Di mana bagi mereka syari'at sebagai kulit, sedangkan intinya adalah tashawwuf. Ini sama saja kaum shufi itu mengaku lebih paham dinul-Islam dibandingkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat beliau radhiyallahu 'anhum. Sedangkan tidak ada satu imam hadits pun yang meriwayatkan tafsir ala tashawwuf dan tidak ada pula satu imam madzhab pun yang memakai metode tashawwuf dalam kaedah-kaedah fiqih mereka. Justru yang ada malah ilmu tashawwuf itu dibantah dengan keras oleh para imam hadits dan para imam madzhab. Pertanda apa ini? Seandainya cuma ini kesalahan tashawwuf maka sudah lebih dari cukup sebagai bukti untuk menyatakan bahwa shufi adalah aliran yang sangat jauh menyimpang dari jalan sunnah. Baiklah, adapun bantahan yang lainnya insya Allah bisa pembaca dapatkan dari berbagai artikel yang bertebaran di internet. Na'am sampai di sini, wallahu a'lam.

Jumat, 03 Februari 2017

Bagi yang Merasa bahwa Siksa Akhirat merupakan Kekejian (Pertemuan 99)

Ketika orang-orang atheis merasa bahwa siksaan akhirat merupakan kekejian, maka mereka semakin yakin akan tidak perlunya pada dinul-Islam. Sikap mereka itu kurang-lebih sama dengan sikap pengingkaran kaum nabi-nabi terdahulu yang di'adzab oleh Allah Ta'ala.

Kalimat "sekeji inikah...?" yang diucapkan oleh orang-orang atheis pada hakikatnya memang bisa terkesan positif dan bisa pula terkesan negatif.

Bagi seorang muslim, kalimat "sekeji inikah...?" dapat bernilai positif; seolah-olah seseorang berkata dalam hatinya: "Sekeji inikah hukuman yang kudapat jika aku melakukan hal ini? Sungguh aku takut, jika aku berbuat maksiat terhadap Rabb-ku maka aku akan di'adzab pada hari yang dahsyat"

"Sesungguhnya jika aku berbuat maksiat terhadap Rabb-ku, sungguh aku takut akan 'adzab pada hari yang besar (kiamat)". (QS. Yunus: 15)

Namun tidak demikian bagi orang-orang atheis yang justru lebih cenderung negatif; seolah-olah seseorang protes pada hukuman yang dijatuhkan terhadap pelaku pelanggaran: "Sekeji inikah hukuman yang kudapat jika aku melakukan hal ini? Sungguh ini tidak berperi-kemanusiaan".

Adapun pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis akan menguraikan tinjauan secara negatif saja, lantaran inilah yang biasa dilontarkan oleh orang-orang atheis untuk menghancurkan iman kaum muslimin.

"Allah berkata: 'Wahai hamba-Ku, sesungguhnya aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku...'" (HR. Muslim, no. 2577)

Yakni: Keputusan Allah Ta'ala bersifat muthlaq, dan tidaklah Dia disifatkan dengan kezhaliman. Dia mengharamkan kezhaliman atas diri-Nya, sehingga Dia melarang makhluk-Nya untuk berbuat zhalim. Oleh karenanya adalah suatu keadilan dengan dihukumnya orang-orang yang zhalim, dan merupakan suatu kezhaliman apabila orang-orang zhalim itu dibiarkan begitu saja tanpa pertanggung-jawaban. Karena zhalim adalah lawan dari kata adil, atau ia berarti salah letak, bukanlah suatu keadilan jika orang yang tidak bersalah diadzab, sebab itu bukan tempat yang tepat.

Untuk pendekatan:

1. Alam semesta ini memang dikenal tidak punya selera humor, badai tornado akan menyapu apa saja yang dilewatinya, ia menerbangkan mobil bahkan rumah, ia menghancurkan kota, dan ia banyak menelan korban jiwa. Meskipun begitu mengerikan, orang-orang cuma bisa maklum seraya bilang: "Itu bencana alam"

2. Betapa banyak mangsa harimau yang telah berusaha lepas dan akhirnya tidak bisa berbuat banyak kecuali pasrah menanti ajalnya. Mangsa itu diperlakukan sedemikian rupa, tanpa ampun, lalu disantap dengan lahapnya. Meskipun begitu mengerikan, orang-orang cuma bisa maklum seraya bilang: "Itu hewan yang tak punya akal".

3. Seorang Raja mempunyai peraturan, kalau ada yang melahirkan bayi laki-laki maka akan dibunuh. Sebagai rakyat lemah yang masih menetap di negeri itu, jika bayi laki-laki mereka dirampas oleh pasukan Raja, betapapun sedihnya cuma bisa bilang: "Itu Raja yang zhalim".

4. Selihai bagaimana pun seseorang dalam melakukan protes ternyata tidak berguna, karena badai tornado, harimau dan Raja tidak peduli, tidak mau tahu.

"Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat kami, lalu kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan" (QS. Thaha: 126)

Yakni:
Kamu dulu sewaktu di dunia tidak menghiraukan tanda-tanda kekuasaan Allah Ta'ala, baik yang berupa alam semesta maupun Al-Qur'an. Bukannya kamu mengambil pelajaran dan memperbaiki diri, malah mendustakan dan sibuk dengan protes. Maka pada hari peradilan ini kamu tidak dihiraukan juga sebagaimana kamu tidak menghiraukan ayat-ayat-Nya. Keluhanmu tidak akan digubris, apalagi protesmu tidak akan menyelamatkan kamu dari adzab yang bakal menimpamu.

5. Allah Ta'ala memberikan peluang bagi manusia untuk bertaubat dan memperbaiki diri sampai ajal tiba:

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri" (QS. Al-Baqarah: 222)

Yakni;
Allah Ta'ala cinta kepada orang-orang yang bertaubat dari dosa-dosa yang telah mereka lakukan, dengan cara menyesalinya dan menggantinya dengan perbuatan baik, karena perbuatan baik akan menghapus perbuatan jelek, dan dengan cara berwudhu', karena wudhu' akan menggugurkan dosa-dosa.

6. Tidak berguna menunda keimanan sampai ajal menjemput nyawa:

"Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), 'Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan'. Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Rabbnya (tentulah kamu melihat peristiwa yang mengharukan). Berkata Allah, 'Bukankah (kebangkitan) itu benar?'. Mereka menjawab, 'Sungguh benar, demi Rabb kami'. Berkata Allah, 'Karena itu rasakanlah 'adzab ini, disebabkan kamu mengingkari(nya)" (QS. Al-An'am: 29-30)

Yakni:
Semasa di dunia, mereka mendustakan kebenaran akan datangnya hari kebangkitan, sehingga mereka tidak beriman, tidak beramal, tidak mengajak manusia kepada jalan yang lurus dan tidak bisa bersabar atas musibah yang menimpa mereka. Akibatnya di akhirat.mereka tinggal memetik hasilnya, yaitu 'adzab nar.

7. Semua berjalan di atas takdirnya masing-masing:

"Beramallah kalian karena semuanya dimudahkan untuk mencapai (takdir) yang diciptakan untuknya" (HR. Muslim)

Point 7 ini telah dijelaskan pada pertemuan 93: Takdir Bukan Skenario.

Yakni:
Merugilah orang-orang yang dimudahkan untuk menempuh jalan-jalan ahli nar sehingga dia dilemparkan ke nar, sebagaimana seorang atheis yang mati dalam keadaan atheis. Dan beruntunglah orang-orang yang dimudahkan untuk menempuh jalan-jalan ahli jannah sehingga dia dipersilakan masuk jannah, sebagaimana seorang shalih yang mati dalam keadaan shalih.

Wallahu a'lam

Rabu, 01 Februari 2017

Ini Dia Tata Cara Shalat dalam Al-Qur'an (Pertemuan 98)

Apakah tata cara shalat tidak ada dalam Al-Qur'an? 7 dalil di bawah ini semoga menjawabnya, insya Allah:

1. Perintah untuk mengerjakan dan berdiri di dalam shalat:
"Dan hendaklah kalian mendirikan shalat..." (QS. Al-Baqarah: 43)
Yakni: Hendaklah kalian mengerjakan shalat dengan berdiri, apabila tidak sanggup maka dengan duduk, apabila tidak sanggup maka dengan  berbaring, apabila tidak sanggup maka dengan isyarat mata, apabila masih juga tidak sanggup maka berarti dia telah mati sehingga tinggal dishalatkan.

2. Perintah untuk shalat berjama'ah:
"...dan ruku'lah kalian bersama orang-orang yang ruku'" (QS. Al-Baqarah: 43)
Yakni: Hendaklah kalian shalat dengan berjama'ah, apabila kalian masbuq namun masih mendapatkan ruku'nya imam maka shalat kalian sempurna. Namun apabila kalian tidak mendapatkan ruku'nya imam maka hendaknya kalian menambah jumlah raka'at yang tertinggal.

3. Perintah untuk ruku' dan sujud
"Wahai orang-orang yang beriman ruku'lah kalian, sujudlah kalian, beribadahlah kepada Rabb kalian..." (QS. Al-Hajj: 77)
Yakni: Sempurnakanlah ibadah shalat kalian dengan ruku' dan sujud

4. Perintah untuk mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, terutama dalam tata cara shalat:
"Katakanlah, jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku..." (QS. Ali 'Imran: 31)
Yakni: Ikutilah contoh teladan kalian itu, terutama dalam tata cara beribadah, terlebih lagi dalam tata cara shalat, jika kalian cinta kepada Allah Ta'ala.

5. Ancaman jika tidak mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan jalannya orang-orang yang beriman, terutama dalam tata cara shalat:
"Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang yang beriman, maka Kami biarkan dia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk buruk tempat kembali" (QS. An-Nisa: 115)
Yakni: Jika kalian tidak mau menerima apa yang datang dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, padahal sudah jelas pada kalian kebenaran. Dia tidak mau mengikuti apa yang diajarkan oleh para shahabat beliau dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, dalam hal cara berakidah maupun beribadah, yang di antaranya adalah shalat, maka kalian sesat dan tempat kalian adalah nar Jahannam.

6. Hadits adalah wahyu
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan". (QS. An-Najm: 3-4)
Yakni: Al-Qur'an dan Al-Hadits itu sama-sama wahyu yang diwahyukan oleh Allah Ta'ala. Di mana keduanya seperti sekeping koin yang kedua sisinya tak mungkin bisa untuk dipisahkan. Dengan demikian bahwa tata cara shalat ada di dalam Al-Qur'an karena Al-Qur'an memerintahkan detailnya untuk merujuk kepada Al-Hadits.

7. Perintah untuk mengambil apa yang ada pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam baik ucapan maupun perbuatan beliau terutama dalam tata cara shalat.
"Apa yang datang kepada kalian dari Rasul, maka ambillah..." (QS. Al-Hasyr: 7)
Yakni: Al -Hadits itu jangan dibuang, karena ia bagian dari wahyu, jangan sampai hanya gara-gara kalian lemah dalam ilmu hadits lalu seenaknya saja kalian membuangnya.
Wallahu a'lam

Selasa, 31 Januari 2017

Bahasa dari Manakah Surga, Neraka, Puasa, Bidadari dan Agama? (Pertemuan 97)


Ini sekedar penjelasan bahwa istilah Surga, Neraka, Puasa, Bidadari dan Agama itu bukan diambil dari bahasa Arab. Istilah-istilah di atas telah menjadi kata-kata baku dalam bahasa Indonesia yang sering diucapkan dan didengar sehari-hari.

Jadi penjelasan di bawah ini tidak bertujuan untuk menyalahkan istilah-istilah tersebut jika dibawa kepada ajaran Islam. Dikarenakan telah menjadi kata-kata baku, maka ia akan mempermudah dalam menterjemahkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia.

Contoh, ketika ada yang bertanya apa arti:
Jannah (جنة),
Naar (نار),
Shaum (صوم),
Huuriyyah (حورية) dan
Diin (دين)?,
maka dapat mudah dijawab dengan
Surga,
Neraka,
Puasa,
Bidadari dan
Agama.
Namun tetaplah merujuk kepada bahasa Arab ketika menjabarkannya.

Tentunya akan menjadi lebih elok kalau umat Islam terbiasa untuk menggunakan istilah-istilah dalam bahasa Arab ketika hendak mengupas perihal ajaran Islam. Mengapa?

1.Surga

Surga atau Sorga adalah suatu kata yang diambil dari bahasa sanskerta yaitu Svarga, kemudian dalam bahasa jawa kata tersebut diserap menjadi Swarga.

Bahasa Sanskerta merupakan sebuah bahasa klasik India, yang hingga saat ini ia dijadikan salah satu dari 23 bahasa resmi di sana, dan ia juga memiliki status yang sama di Nepal. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa ritual berjemaat dalam agama Hindu, Buddha dan Jaina.

Dulu sebelum agama Hindu dan Buddha masuk ke nusantara, di pulau Jawa dan Bali, seperti masyarakat Sunda dan Bali sudah menganut agama pribumi berupa pemujaan terhadap arwah leluhur. Mereka menyebut leluhur mereka dengan istilah Hyang dan tempat tinggal mereka di alam ghaib disebut Kahyangan, yakni tempat tinggal para Hyang atau leluhur

Dengan masuknya agama Hindu dan Buddha, maka istilah Swarga pun dipakai berdampingan dengan istilah Kahyangan.

Dalam tradisi Jawa baru, istilah Kahyangan dipakai untuk menyebut tempat tinggal para dewa dan bidadari. Sementara istilah Swarga tetap dipakai untuk menyebut tempat tinggal para roh yang semasa hidupnya bertindak penuh kebajikan sesuai dengan aturan agamanya.

MENURUT ISLAM

Jannah (جنة) itu adalah:
-suatu tempat yang penuh kenikmatan
(yakni, kenikmatan yang tidak akan pernah sirna, abadi selama-lamanya)
-yang telah disediakan oleh Allah Ta'ala
(yakni, telah diciptakan, dan termasuk yang paling awal diciptakan sebelum penciptaan langit dan bumi beserta segenap isinya)
-sebagai balasan bagi orang-orang yang bertakwa
(yakni, orang-orang yang beriman terhadap Allah dan hari akhirat, melaksanakan shalat dan membayar zakat, menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya).

2. Neraka

Istilah Neraka berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Naraka yang dalam mitilogi Hindu dilukiskan sebagai seorang raksasa kejam. Ia merupakan putri dari bumi, yang dilukiskan sebagai wanita cantik bernama Pertiwi. Naraka akhirnya tewas di tangan ayahnya sendiri, yaitu Wisnu yang dipuja umat Hindu sebagai dewa pemelihara dunia.

MENURUT ISLAM

Naar (نار) itu adalah:
-suatu tempat yang penuh penderitaan
(yakni penderitaan yang siapa pun tidak sanggup untuk menahannya)
-yang telah disediakan oleh Allah Ta'ala
(yakni telah diciptakan bersamaan dengan penciptaan Jannah)
-sebagai balasan bagi orang-orang yang durhaka
(yakni, bersifat abadi bagi orang-orang kafir dan bersifat sementara bagi orang-orang yang masih memiliki iman meski sekecil apapun imannya)

3. Puasa

Puasa berasal dari dua kata dalam bahasa Sanskerta yaitu Upa dan Vasa/ Wasa, Upa berarti dekat, sedangkan Vasa/ Wasa berarti Yang Maha Kuasa, ini sebagaimana umat Hindu Indonesia terkhusus di Bali menyebut tuhannya dengan Sang Hyang Widhi Wasa.

Jadi Upavasa/ Upawasa berarti mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, sehingga menjadi Puwasa kemudian Puasa. Menurut kitab Veda/ Weda, tujuan dari Upavasa/ Upawasa tidak sekedar menahan haus-lapar, tidak sekedar merasakan kesusahan orang-orang miskin, dan tidak sekedar menghapus dosa, lebih dari itu tujuan utamanya adalah untuk mengendalikan nafsu indria/ indera, mengendalikan keinginan dan mengendalikan Sad Ripu (enam musuh yang bersemayam di dalam diri manusia).

Indria/ indera diharuskan berada di bawah kesempurnaan pikiran dan pikiran di bawah kesadaran budhi/ budi. Jika Indria/ indera terkendali dan pikiran terkendali maka manusia akan dekat dengan kesucian, dekat dengan Tuhan.

MENURUT ISLAM

Shaum (صوم) itu adalah:
-menahan haus dan lapar dan dari segala yang membatalkannya
-dimulai sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari

4. Bidadari

Bidadari berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Vidhyadhari, adalah makhluk berwujud manusia berjenis kelamin perempuan yang tinggal di Kahyangan atau Surga. Tugas dan fungsi mereka menurut agama Hindu adalah menjadi penyampai pesan dewa kepada manusia.

Adakalanya mereka diutus untuk menguji sejauh mana ketekunan seorang (pria) pertapa, dengan cara membangunkan para petapa dari tapa mereka. Para bidadari memanfaatkan kecantikan fisik mereka untuk menguji para pertapa.

MENURUT ISLAM

Huuriyyah (حورية) adalah:
-wanita jannah yang diciptakan dari za'faran
(za'faran tidak memiliki satu arti, namun yang dimaksud di sini, kalau di Jazirah 'Arab ia sejenis bunga berwarna ungu yang cantik, dan memiliki wangi yang sangat harum, putik bunga tersebut banyak memiliki khasiat, sehingga dijuluki bunga termahal di dunia)
-huuriyyah ini ditakdirkan untuk menjadi istri bagi lelaki penghuni jannah di samping istri-istrinya yang dia telah nikahi sewaktu di dunia.

5. Agama

Agama berasal dari dua kata dalam bahasa Sanskerta yaitu A dan Gama. A berarti "tidak" sedangkan Gama berarti "kacau". Dengan demikian agama adalah sejenis peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengantarkan manusia dari kekacauan kepada ketertiban.

Orang Bali memaknai Agama sebagai peraruran, tata cara, upacara, hubungan manusia dengan raja. Sedangkan Igama adalah tata cara yang mengatur hubungan manusia dengan dewa-dewa. Sementara Ugama dipahami sebagai tata cara yang mengatur hubungan antar manusia.

MENURUT ISLAM

Din itu adalah:
-apa yang dijadikan keyakinan oleh manusia
-ia mencakup hukum atau perundang-undangan yang wajib dita'ati
-ia merupakan jalan yang wajib ditempuh oleh penganutnya
-ia sebagai balasan bagi pemeluknya di hari akhirat
-ia juga berupa akhlak yang menjadi cerminan bagi seseorang

Wallahu a'lam bish-shawwab

Senin, 30 Januari 2017

Indonesia bukan Suriah (Pertemuan 96)

WARGA SURIAH DAN NUSHAIRIYYAH

Berkata Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali:
"Kami semua anti orang-orang Nushairiyyah, namun kami tidak mendorong rakyat Suriah untuk menceburkan diri mereka ke dalam kebinasaan"

Yakni:
1. Kami beserta segenap ahlus-sunnah pun anti terhadap syi'ah nushairiyyah,
2. Namun kami tidak mendorong rakyat Suriah yang kondisinya masih sangat lemah ini tetap memaksakan diri untuk melawan tentara Basyar Al-Assad yang jauh lebih kuat,
3. Yang akibatnya semakin banyaklah rakyat Suriah yang akan dibunuh bahkan disembelih.

Beliau berkata:
"Aku katakan kepada warga Suriah hendaknya terlebih dahulu mentarbiyyah (mendidik) diri mereka di atas Islam yang benar, baik secara aqidah maupun manhaj, baru kemudian mereka mempersiapkan kekuatan senjata"

Yakni:
1. Kembali kepada bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam meluruskan aqidah, niatkan bahwa jihad itu adalah untuk Allah Ta'ala semata, mengharap jannahnya, bukan karena golongan dan bukan karena ingin disebut sebagai pahlawan.
2. Menjauhi kesyirikan dengan tidak meminta bantuan jin, tidak memakai jimat, tidak memohon pertolongan kepada penghuni kuburan, tidak mencari sebab kemenangan dengan menggantungkan senjata di atas pohon sebelum digunakan, tidak bertawassul kepada wali ini dan wali itu, dan tidak melakukan segala kesyirikan baik kecil maupun besar.
3. Mempersiapkan senjata yang seimbang dengan lawan, senjata yang membuat lawan menjadi takut dan gemetar, bukannya malah membuat mereka menjadi meremehkan, apalagi kalau hanya sekedar batu dan pisau dapur.

Beliau berkata:
"Apabila terwujud dua kekuatan ini, maka silakan kalian menjatuhkan si Babi Nushairi (Basyar Al-Assad) ini".

Yakni:
1. Apabila kalian sudah kembali kepada bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah, aqidah kalian pun sudah lurus serta persenjataan kalian juga telah membuat mereka takut dan gemetar maka silahkan melawan pasukan Basyar Al-Assad itu.
2. Basyar Al-Assad itu adalah babi yang najis aqidahnya, karena dia adalah kafir harbi yang sangat zhalim sehingga layak untuk dijatuhkan.
3. Apabila kedua kekuatan ini belum terwujud maka sabarlah kalian, atau hijrahlah ke negeri-negeri terdekat untuk menyelamatkan diri dari fitnah nushairi.

WARGA SURIAH DAN DAULAH ISLAMIYYAH

Itu antara warga Suriah dan pasukan Basyar Al-Assad, adapun kelompok lain yang bengisnya sama dengan Nushairiyyah adalah ISIS/ DAIS, keduanya bukan hanya bikin gerah dan menyakitkan hati bahkan lebih dari itu mereka merupakan predator kelas berat yang gemar sekali menyiksa dan menghabisi kaum muslimin.

WARGA INDONESIA

Bagi siapa saja yang sudah nampak di matanya tanda-tanda akan terjadinya perang, hendaklah semakin merapatkan diri ke barisan penguasa. Mengapa? Karena presiden kita bukanlah tipe Basyar Al-Assad, sehingga tidak layak kalau beliau dimusuhi hanya karena banyak hal yang belum beres di negeri ini.

FRONT PEMBELA ISLAM

Nama Front Pembela Islam bahasa Arabnya adalah Jabhah An-Nushrah Al-Islamiyyah, nama ini sama dengan Al-Qaida yang menamakan kelompok mereka Jabhah An-Nushrah Al-Islamiyyah. Entah apa hubungan di antara mereka wallahu a'lam.

Sebelum FPI, dulu ada Laskar Jihad yang dipimpin oleh Ja'far bin 'Umar Thalib. Namun Laskar Jihad ini akhirnya dibubarkan karena satu dan dua hal, namun dengan mudahnya Laskar Jihad ini langsung bubar begitu saja tanpa ada aksi-aksi yang meresahkan. Pada saat kehadiran suatu ormas sudah meresahkan masyarakat maka hendaklah pemimpinnya mengistirahatkan kelompoknya sampai kondisi benar-benar kondusif.

Ini karena:
1. Menjaga agar jangan sampai terjadi pertumpahan darah, sebab satu orang muslim yang terbunuh sungguh perkaranya sangat besar di hadapan Allah Ta'ala.
2. Niat mencegah kemunkaran adalah karena Allah Ta'ala, bukan karena popularitas, syahwat kepemimpinan dan merasa sudah hebat.
3. Hendaknya tiap ormas segera merapat kepada penguasa agar saling nasehat-menasehati, bukan untuk kedudukan yang bersifat duniawi.

Insya Allah kalau seorang pemimpin ikhlash karena Allah Ta'ala, mau untuk berlapang dada dan menghargai darah kaum muslimin, maka tentu dia tidak akan keberatan untuk mengistirahatkan kelompoknya untuk sementara. Tapi kalau sudah tidak mau dinasehati, tetap bersikeras untuk mengangkat keahlian beladiri, maka perlu dikatakan: Anda suka memberikan nasehat, tapi mengapa Anda marah kalau dinasehati?

Wajib Menyalahkan yang Salah (Pertemuan 95)

Ketika kaum liberalis menidak-bolehkan untuk mengklaim suatu kebenaran, yakni tidak boleh menganggap diri sendiri yang paling benar dan tidak boleh menyalahkan orang lain. Tapi ketika itu juga mereka malah menyalahkan orang-orang yang berpegang teguh pada kebenaran dan menyalahkan pula orang-orang yang membantah kebathilan. Bukankah itu menjilat air ludah sendiri namanya?.

Padahal wajib bagi kaum muslimin untuk:
1. Meyakini bahwa hanya Islam-lah din yang benar, sedangkan din selain Islam adalah salah.
2. Meyakini bahwa Allah-lah sesembahan yang benar, sedangkan sesembahan selain Allah adalah salah.
3. Meyakini bahwa Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah jalan yang lurus, sedangkan yang bertentangan dengan keduanya adalah jalan yang sesat.

DIN SELAIN ISLAM TIDAK AKAN DITERIMA OLEH ALLAH TA'ALA

Wajib bagi kaum muslimin untuk mengklaim bahwa Islam adalah din yang benar, sedangkan din yang lain adalah salah:
"Sesungguhnya din yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam"
(QS. Ali 'Imran: 19)

"Barangsiapa mencari selain Islam sebagai din, maka ia tidak akan diterima, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi"
(QS. Ali 'Imran: 85)

Din: agama

YANG DI'IBADAHI SELAIN ALLAH ADALAH BATHIL

Wajib bagi kaum muslimin untuk mengklaim bahwa hanya Allah-lah sesembahan yang berhak diibadahi, sedangkan yang diibadahi selain-Nya adalah bathil:
"Itu karena Allah adalah Al-Haqq dan sungguh apa yang mereka seru dari selain-Nya adalah Al-Bathil"
(QS. Luqman: 30)

Al-Haqq: shahih, sah, benar, layak, berhak
Al-Bathil: batal, tidak sah, salah, tidak layak, tidak berhak
Seru: do'a:
"Do'a adalah 'ibadah"
(Shahih Muslim dan Ashhabus-Sunan)

'Ibadah yang dimaksud di sini adalah yang tata caranya telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat"
(HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan Muslim no. 1533)

"Ambillah dariku (tata cara) manasik (haji) kalian, karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, mungkin saja aku tidak berhaji setelah hajiku ini"
(HR. Muslim)

Manasik: jamak dari nusuk: 'ibadah, sebagaimana:
"Inna shalaatii (Sesungguhnya shalatku) wa nusukii (dan 'ibadahku) wa mahyaaya (dan hidupku) wa mamaatii (dan matiku) lillaahi rabbil-'aalamin (hanya untuk Allah Rabb sekalian alam)"
(QS. Al-An'am: 162)

"Dan apa yang datang dari Rasul kepada kalian maka ambillah dan apa yang kalian dilarang darinya maka berhentilah"
(Al-Hasyr: 7)

Ambillah: laksanakanlah
Darinya: dari sesuatu yang dilarang
Berhentilah: tinggalkanlah

YANG BERTENTANGAN DENGAN AL-QUR'AN DAN AS-SUNNAH ADALAH JALAN YANG SESAT

"Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya, (yaitu) kitabullah dan sunnah Rasul-Nya"
(Hadits Shahih Lighairihi, HR. Malik, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At-Ta'zhim Wal-Minnah Fintisharis-Sunnah, hal. 12-13)

Hadits Shahih Lighairihi (Shahih karena yang lain) adalah:
Hasan + hasan = shahih lighairihi

LOGIKA

1. Kalau bukan karena bersalah tentulah perampok tidak dijebloskan ke penjara. Oleh karenanya siapa pun berhak untuk mengatakan bahwa perampok itu salah. Kalau ada yang mengatakan bahwa perampok itu tidak salah berarti dia menuduh bahwa polisi salah tangkap.

2. Kalau suatu saat rumah Anda kena rampok, apakah Anda tetap berpendapat bahwa perampok itu tidak salah? Kalau Anda tetap tidak mau menyalahkan perampok berarti Anda rela rumah Anda kena rampok. Kalau Anda rela rumah Anda kena rampok apakah Anda rela dengan perampokan yang terjadi di mana-mana? Kalau masih rela maka sebenarnya Anda lah perampoknya.

3. Kalau Anda belanja 25.000, sementara Anda memberikan uang 50.000, terus kembalinya 5.000, apakah Anda tidak mengatakan bahwa itu salah hitung? Atau begini saja, Anda kerja dengan gaji perbulan 3 juta, terus Anda cuma dikasih 500.000, apakah masih ngeyel tidak mau mengatakan salah hitung?

4. Ini yang lebih penting, kalau liberalis tetap tidak mau menyalahkan orang salah, maka berarti liberalis itu guoblok.