Minggu, 28 Agustus 2016

Klarifikasi 9 Prinsip Salafi yang Sering Disalah Fahami (Pertemuan 34)


Di zaman internet sekarang ini siapa saja dengan mudahnya untuk memuat bermacam berita, di mana pada tiap berita tersebut bersembunyi di baliknya niat-niat tertentu, baik itu untuk tujuan pendidikan maupun untuk maksud menggembosi.

Simpang-siurnya informasi yang bertebaran di medsos membuat sesuatu yang jelas menjadi samar-samar, dan membuat sesuatu yang samar-samar menjadi gelap gulita. Oleh karena itu terasa mendesak bagi kita untuk melakukan klarifikasi terhadap berbagai kabar yang berlalu-lalang di media sosial tersebut.

Sebelum kita menyebutkan beberapa prinsip penting, terlebih dahulu kita mengingat kembali makna dari Salafi: Nama ini merupakan sebuah penyandaran kepada As-Salafush-Shalih, yakni shahabat, tabi'in dan atba'ut-tabi'in. Jadi Salafi adalah orang-orang yang mengikuti manhaj Salaf dalam memahami ajaran Islam, dengan kata lain bahwa Salafi berjalan di atas prinsip para As-Salafush-Shalih.

1. Manhaj Tahdzir

Di antara prinsip Salafi dalam mencegah kemungkaran adalah menerapkan manhaj tahdzir, yakni mengingatkan umat dari kesesatan seseorang maupun kelompok dengan suatu perincian yang bisa dipertanggung-jawabkan.

Barangsiapa yang mengaku sebagai Salafi namun meremehkan manhaj ini seperti turatsiyyun atau melebihi batas dalam penerapannya seperti haddadiyyun maka dia bukanlah Salafi.

Tujuan dari tahdzir sesungguhnya untuk memurnikan ajaran Islam, agar jangan sampai gara-gara kerancuan yang dimunculkan oleh seseorang maupun suatu sekte bisa berdampak membingungkan, sehingga akibatnya umat mengira bahwa haqq sebagai bathil, bathil sebagai haqq, tauhid sebagai syirik, syirik sebagai tauhid, sunnah sebagai bid'ah, bid'ah sebagai sunnah, amal shalih sebagai maksiat, dan maksiat sebagai amal shalih.

Manhaj tahdzir ini dilakukan supaya seseorang atau kelompok yang telah menyimpang segera untuk mengumumkan taubatnya, memperbaiki sikap, perkataan dan amalan.

2. Sikap terhadap Kezhaliman Penguasa.

Sikap Salafi terhadap penguasa yang zhalim adalah bersabar, hanya satu kata itu saja, sampai kapan? Sampai mati, yakni kita yang lebih dulu mati atau dia yang lebih dulu diganti? Sesungguhnya sikap Salafi terhadap penguasa yang memerintahkan kepada sesuatu yang bukan dalam rangka bermaksiat kepada Allah Ta'ala adalah tetap mendengar dan tetap taat meskipun mereka berada di bawah kepemimpinan seseorang yang tidak layak dijadikan pemimpin. Seorang penguasa tidaklah diturunkan dari kedudukannya lantaran dia ahli maksiat, tidak pula dia dipecat lantaran kasus korupsi, oleh karenanya tidak ada jalan bagi Salafi untuk melakukan kudeta, tidak ada jalan bagi mereka untuk demonstrasi dan tidak ada jalan untuk membeberkan aibnya, yang ada hanyalah menasehati penguasa secara tertutup.

Adapun kalau mengkritik penguasa di atas mimbar, ada khilaf di kalangan 'ulama', sebagian membolehkannya dan itu pun dengan syarat tidak mengesankan celaan terhadapnya, bahkan dianjurkan bagi rakyat mendo'akan kebaikan untuknya.

3. Karamah Wali.

Salafi bukan hanya percaya terhadap wali Allah yang mendapatkan karamah seperti yang terjadi pada Maryam binti Imran, tapi juga percaya akan adanya wali syaithan yang mendapatkan istidraj seperti tukang sihir fir'aun. Seorang wali tidak mesti ditandai dengan kejadian yang luar biasa, dan seseorang yang mendapatkan kejadian luar biasa tidak mesti menandakan bahwa dia seorang wali. Tidak ada yang bisa mengetahui apakah seseorang itu wali atau bukan kecuali Allah Ta'ala semata. Yang jelas wali Allah itu merupakan ahli tauhid dan anti syirik, dia adalah ahlus-sunnah dan anti bid'ah.

Kepercayaan pada karamah wali adalah kita percaya akan adanya karamah yang Allah Ta'ala berikan kepada wali-Nya, sehingga kita senantiasa memuliakan kedudukannya, dan ini tidak berarti kita menjadikan para wali yang sudah meninggal itu sebagai perantara dalam ibadah kita kepada Allah Ta'ala.

4. Shalawat.

Salafi merupakan orang-orang yang sangat bersemangat dalam bershalawat, hanya saja bukan shalawat badar, nariyah, atau apapun yang mengandung kemungkaran. Shalawat yang Salafi amalkan di antaranya ketika menyebut atau mendengar nama Nabi Muhammad, mereka mengucapkan: "shallallahu 'alihi wa sallam"

5. Asma' wa Shifat.

Salafi meyakini bahwa selain Allah Ta'ala tidak boleh untuk menamai dirinya dengan nama Allah, Ar-Rahman, Rabbul-'Alamin termasuk pula Khairur-Raziqin. Salafi juga meyakini bahwa sifat-sifat Allah Ta'ala itu tidak ada yang menyamainya. Salafi menetapkan secara makna sifat turunnya Allah Ta'ala di sepertiga malam terakhir ke langit dunia, menetapkan secara makna sifat bersemayam di atas 'arasy, menetapkan secara makna sifat dua tangan yang keduanya kanan, sifat dua mata, sifat dua telinga, sifat betis dan sifat telapak kaki, namun menyerahkan hakikatnya kepada Allah Ta'ala, hanya Dia yang mengetahui hakikatnya, di mana tidak ada yang serupa dengan-Nya.

6. Tawassul

Disyari'atkan untuk bertawassul dengan nama-nama dan shifat-shifat Allah Ta'ala, bertawassul dengan iman, bertawassul  dengan tauhid, bertawassul dengan amal shalih, ataupun bertawassul dengan penghindaran terhadap maksiat. Salafi melarang untuk bertawassul dengan cara-cara yang tidak diajarkan oleh syari'at Islam seperti bertawassul kepada orang yang sudah meninggal dunia, bahkan baik itu kepada para nabi apalagi kepada para wali.

7. Tabarruk

Disyariatkan untuk mengadakan perjalanan menuju Al-Masjidul-Haram di Makkah, Al-Masjidul-Aqsha di Palestina dan Al-Masjidun-Nabawi di Madinah untuk mendapatkan keberkahan dari Allah Ta'ala, yakni mencakup rahmat dan maghfirahnya. Termasuk pula mengharap berkah dari Allah Ta'ala melalui seorang 'alim dengan cara duduk menuntut ilmu di hadapannya, bukan malah meminum air kobokannya.

8. Ziarah Qubur.

Disyari'atkan ziarah qubur untuk mengingatkan kepada kematian dengan cara memberi salam kepada ahli qubur dan mendo'akan kesejahteraan untuk mereka. Hanya saja Salafi tidak membenarkan membaca Al-Qur'an di quburan lantaran Al-Qur'an untuk orang yang masih hidup secara jiwa-raga bukan untuk orang yang sudah mati jiwa-raganya.

Apalagi sampai beristi'anah atau beristighatsah di sana termasuk daripadanya yaitu minta disampaikan suatu do'a kepada Allah Ta'ala melalui seseorang yang telah meninggal dunia karena tidak boleh menjadikan orang yang sudah meninggal tersebut sebagai perantara antara seseorang dengan Allah Ta'ala. Ini sebagaimana larangan untuk berperantara kepada Wadd, Suwa', Ya'uq dan Nashr di zaman Nabi Nuh 'alaihis-salam, maupun kepada Latta, 'Uzza, Manat dan Khubal di zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, meskipun semasa hidup mereka termasuk orang-orang yang shalih.

Orang yang sudah meninggal dunia sebenarnya memerlukan do'a dari orang yang masih hidup, sehingga karenanya kita berdo'a kepada Allah Ta'ala agar Dia melimpahkan kesejahteraan untuk mereka. Kita dilarang untuk berdo'a kepada orang yang sudah meninggal dunia tersebut, dilarang untuk minta-minta kepada mereka, baik itu minta langsung maupun minta disampaikan.

9. Ahlus-Sunnah

Seseorang yang betul-betul Ahlus-Sunnah tentulah lebih mengutamakan Sunnah ketimbang hawa nafsunya, hawa nafsu yang mencakup akal sehat, hati nurani dan perasaan. Itulah sebabnya mengapa Ahlus-Sunnah begitu membenci filsafat dan tashawwuf?

Jadi, bagaimana mungkin bisa untuk disamakan antara Ahlur-Ro'yi alias Ahlul-Ahwa' dengan Ahlus-Sunnah alias Ahlul-Hadits? Sementara konsekuensi keimanan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah membenarkan alias tidak mendustakan apa yang beliau bawa dan lapang dada alias tidak berat hati dalam menerima segala putusan hukum-hukumnya.

Salafi lebih berhak diklaim sebagai Ahlus-Sunnah ketimbang kaum Shufi, lantaran Salafi lebih mengutamakan Sunnah di atas kepentingan pribadi maupun golongannya, sementara kaum Shufi lebih mementingkan akal sehat, hati nurani dan perasaan serta pengalaman spritual ketimbang harus tunduk kepada Sunnah, bahkan kaum Shufi tidak segan-segan menyatakan bahwa syari'at adalah kulit luar saja sementara intinya adalah tashawwuf, sehingga otomatis kaum Shufi ingin menjauhkan umat dari Sunnah, karena Sunnah adalah syari'at itu sendiri.

Maka ASWAJA yang notabenenya orang-orang Shufi bukanlah Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah, tapi Asy'ariyyah Wal-Jahalah, disebut jahalah karena mereka menghidupkan kembali tradisi jahiliyyah yang sebenarnya telah diperangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan pada shahabatnya radhiyallahu 'anhum.


Tampilan di atas adalah gambar batu krisopras asal Australia, yakni dilakukan padanya proses klarifikasi dari tahapan bongkahan yang masih terlihat bernoda hingga menjadi permata yang bersih. 
Tahap 1: Bahan masih tampak di sana lapisan kulit luar yang berwarna coklat sehingga perlu pengikisan terhadap lapisan kulit luar tersebut. 
Tahap 2: Masih tersisa di situ lapisan kulit dalamnya yang berwarna putih oleh karenanya pengikisan lapisan kulit dalam pun dilanjutkan. 
Tahap 3. Bahan telah bersih namun bentuknya masih belum sempurna maka bahan tersebut tinggal dirapikan.
Tahap 4. Batu sudah menjadi permata melalui tahapan-tahapan di atas dan setelah dipoles dengan serbuk intan.

 

Minggu, 21 Agustus 2016

Saat Ajaran Agama Dijadikan Lelucon Tindakan Apa yang Seharusnya Kita Ambil? (Pertemuan 33)


Kalau ada seorang pencela negara maunya dia dilaporkan ke Polri, tapi kalau ada pencela hadits dia mau dilaporkan ke mana?

Saat ini Indonesia memang dalam keadaan serba krisis, dari krisis ekonomi sampai krisis kecemburuan, yakni kecemburuan terhadap nama baik agama tatkala ia direndahkan. Seakan-akan tidak ada lagi beban perasaan oleh sebagian manusia Indonesia yang menertawakan ajaran Islam tersebut. Mengapa hal ini bisa terjadi? Ada beberapa sebab hal ini bisa terjadi, yang di antaranya adalah kurangnya mempelajari hadits, mungkin pula lantaran terlalu sibuk dalam belajar ilmu tashawwuf. Sehingga dampak berikutnya yang selalu muncul adalah:

1. Mengubah Bahasa Menjadi Lelucon

Sebuah kalimat dapat mempengaruhi banyak orang, sebagaimana sebuah penelitian tentang terganggunya jiwa manusia tatkala diberitahu bahwa pakaian yang sedang dia kenakan itu ternyata bekas dari pakaian seorang penjahat yang mati terbunuh.

Demikian pula sekiranya suatu bahasa jika ia dijadikan lelucon, maka secara otomatis bagi sebagian manusia bakal tertawa ketika mendengar atau membacanya. Ini dikarenakan jiwa manusia itu sesungguhnya teramat lemah, ia mudah terpengaruh oleh apa saja yang dapat menyentuhnya.

Ketika diberitakan tentang 'Arab Sa'udi melakukan pemajangan terhadap beberapa PRT, maka serentak netizen menjadi heboh, padahal itu hanya permainan bahasa belaka, di mana sebenarnya yang melakukan pemajangan tersebut hanyalah oknum tertentu yaitu dari salah satu agen penyalur PRT yang ada di sana, jadi hal itu bukanlah suatu usulan dari pemerintahnya apalagi dari para 'ulama'nya.

Ketika diberitakan tentang fatwa hukum wajibnya menyusui lelaki dewasa yang bukan muhrim juga sempat menggemparkan dunia maya, padahal tidak begitu bahasa yang seyogyanya dipublikasikan. Karena tidak ada 'ulama' Salafi yang mewajibkannya, melainkan hanya membolehkannya dan itupun dengan cara meminumnya dari gelas yakni berdasarkan beberapa hadits shahih yang berkenaan dengan itu.

Bahasa menunjukkan bangsa, itulah pepatah orang melayu, ini bermakna hendaknya kita menggunakan bahasa yang benar dalam berbicara. Terlebih lagi kala berbicara mengenai ajaran Islam yang mengatas-namakan firman Allah dan sabda Rasul-Nya semestinya lebih bagus lagi dalam membahasakannya.

2. Sedikit-sedikit "Dasar Wahhabi"

Kita menyadari bahwasanya yang mereka maksud dengan Wahhabi adalah Salafi, dari sini kita mendapati ternyata musuh terbesar NU adalah Salafi itu sendiri, asal saja ada yang tidak beres pada Sa'udi dan orang-orang 'Arab, mereka langsung bilang: "Dasar Wahhabi". Ini menunjukkan betapa sempitnya cara mereka berpikir, yakni menilai suatu kelompok dari orang-orangnya, apakah lantaran semua orang NU sudah dapat dipastikan bagus semua akhlaknya? Kalau ada oknum NU yang bermasalah apakah mereka terima kalau kita bilang: "Dasar NU"?

Negara 'Arab Sa'udi itu kan sangat luas dengan penduduk yang beraneka- ragam golongan, ada Syi'ah, ada Khawarij bahkan ramai pula yang ber'aqidah asy'ariyyah, sedangkan Salafi kalau mereka tahu termasuk minoritas saja di sana.

3. Simulasi debat praktis

Mereka juga sibuk memikirkan bagaimana cara praktis untuk berdebat dengan Salafi, membuat seolah-olah untuk mendebat Salafi tidak diperlukan ilmu yang memadai, jadi bahasanya pun dibuat selugu mungkin. Maka, bagaimana kiranya mereka bisa mendebat ahli hadits dengan argumentasi anak jalanan?


Ini merupakan gambar yang dikenal dengan batu pirus atau batu Persia dengan warna biru toska yang menarik, sebagai kebanggan bagi bangsa Persia, ia tergolong sejenis dengan batu turkois atau batu turki sebagai kebanggan bagi bangsa Turki. Batu pirus ini masyhur lantaran dahulu kala dijadikan pernak-pernik untuk menghiasai istana raja. Tingkat keras batu ini adalah 6 skala mohs, yaitu 1 tingkat di bawah batu kuarsa, sehingga perlu kehati-hatian pada saat memakainya dikarenakan batu dengan tingkat keras 6 tidak tahan terhadap goresan.  Batu permata bisa terangkat nilainya apabila terdapat suatu keunikan, adapun pirus bisa bernilai tinggi harganya apabila terdapat ada urat berwarna emas di sana.

Demikianlah setiap negara punya kebanggaan masing-masing, terutama benderanya, lambang negaranya, lagu kebangsaannya dan undang-undangnya. Apabila kebanggaan yang dimiliki oleh suatu negara direndahkan maka sikap yang diambil oleh orang-orang yang kental nasionalismenya dan kuat jiwa patriotnya langsung mengambil tindakan tegas memarahi bahkan tidak segan-segan menggampar pelakunya.

Demikian pula setiap agama pun punya kebanggaan sendiri-sendiri, terutama Tuhannya, utusan Tuhannya dan kitab sucinya. Terkhusus bagi kaum muslimin pasti membanggakan Allah Ta'ala beserta ayat-ayat-Nya yang termaktub di dalam Al-Qur'an dan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam beserta hadits-haditsnya yang termaktub di dalam As-Sunnah. Tatkala ayat-ayat Allah dan sunnah-sunnah Rasul-Nya dijadikan lelucon, apa reaksi yang sepatutnya kita ambil? 
a). Apakah diam saja? 
b). Ataukah membencinya? 
c). Atau malah tertawa terbahak-bahak? 
d). Ataupun meninggalkan pelakunya? 
e). Atau pula menasehatinya?


Jumat, 19 Agustus 2016

Memangnya NKRI cuma NU yang Punya (Pertemuan 32)


Tidak habis pikir, ada di kalangan kaum Nahdiyyin yang terlalu kental nasionalismenya, seakan-akan merasa bahwa hanya merekalah yang punya Indonesia, sehingga mau mengusir golongan manapun yang tidak sejalan dengan pemikirannya.

Apakah ini wajah sebenarnya NU? Ataukah ini karena pengaruh JIL yang kini merubah namanya menjadi JIN? Wallahu a'lam bish-shawab.

Apakah salah kalau kita mengatakan bahwa sistem demokrasi bukan dari Islam? Apakah salah kalau kaum muslimin menginginkan undang-undang yang sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah? Apakah salah kalau kita mempelajari kitab Hudud wa Jinayah?

Pada kesempatan yang menegangkan ini kita tidak akan menyinggung perihal kelompok-kelompok lain, lantaran ini urusan pribadi antara NU dengan Salafi.

Sebenarnya jenuh juga membahas tema tentang ini, tapi apa boleh buat, karena kita melihat sikap pembodohan yang dilakukan NU baru-baru ini sudah melampaui batas. Bagaimana tidak, ketika Salafi mengkritik beberapa perkara 'aqidah dan 'amaliyyah NU yang bertentangan dengan dalil-dalil Sunnah maka mereka membalasnya dengan menggunakan dalil-dalil fitnah. Ini semakin memperjelas bahwa NU memang suka mengada-ada.

Menuduh Salafi sebagai teroris dengan nama Wahhabi cukup membuktikan bahwa NU memang benar-benar asal bicara. Tidak ada sejarahnya bahwa Salafi pernah merongrong penguasa apalagi sampai melakukan kudeta, bahkan untuk kemerdekaan 'Arab Sa'udi pun murni karena dakwah tauhid, yakni sebagaimana yang menjadi prioritas dakwah para nabi 'alaihimus-salam terkhusus Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam.

Perkara terjadi penghancuran kubah yang berdiri di atas kuburan orang yang dianggap wali pada zaman Asy Syaikh Muhammad bin 'Abdul-Wahhab itu pun melibatkan aparat penguasa, lantaran di dapati di sana ramai orang-orang yang meminta berkah. Jadi bukan dilakukan secara perorangan maupun kelompok ta'lim. Jika penguasa mengizinkan maka penghancuran akan dilakukan tapi jika penguasa tidak mengizinkan maka hal itu tidak boleh untuk dilakukan.

Demikian pula konsep jihad Salafi, yang di antara persyaratannya adalah harus mengajukan permohonan izin kepada penguasa, seperti pada saat jihad di Ambon dan Yaman. Jika disetujui maka akan berangkat, tapi jika disuruh bubar maka harus ta'at.

Mengenai pemilu, Salafi memang tidak mau terlibat apalagi soal kepartaian, tapi di saat seseorang dinyatakan sah menjadi pemimpin negara dari hasil pemilu tersebut maka Salafi pun turut menyatakannya sah.

Tentang pemberontak negara, Salafi menyatakan bahwa halal bagi penguasa untuk membunuhnya sebagaimana yang dilakukan oleh aparat di era orde baru dan Densus 88 di era reformasi.

Kalau kita amati seluruh konsep yang ada pada Salafi maka kita akan berkesimpulan bahwa tidak satupun ajaran Salafi yang membolehkan untuk menyakiti penguasa, bahkan sebaliknya Salafi mengajak ummat untuk mendo'akan kebaikan kepada penguasa tersebut.

Ada seseorang bertanya: "Kalau kamu bermakmum di belakang seorang imam yang kamu tahu dia berkelakuan tidak baik maka bagaimana sikapmu? Kita jawab: "Tetap ta'at, selama dia tidak terjatuh ke dalam kekufuran, kalau jelas-jelas kita tahu bahwa dia seseorang yang kufur maka kita boleh bubar"

Dalam urusan hukum tabdi' dan takfir pun Salafi punya konsep yang ketat, jika kita menemukan ada penghalang-penghalangnya maka seseorang tidak boleh untuk ditabdi' apalagi ditakfir.

Disarankan bagi kita untuk mempelajari dulu konsep-konsep yang ada pada Salafi, karena jangan sampai terjadi lagi sesuatu yang tidak ada malah diada-adakan. Jika NU tidak setuju bahwa Allah Ta'ala berada di atas langit, Allah memiliki dua tangan, dua mata, dua telinga, betis dan telapak kaki, maka Salafi tetap meyakininya, hanya saja sifat Allah Ta'ala tersebut tidak sama dengan sifat makhluq'nya. Jika NU menyatakan bahwa Salafi adalah teroris, maka Salafi berhak menolaknya, lantaran Salafi juga antipati terhadap teroris.

Bicaralah seadanya, jangan sia-siakan kesempatan untuk jujur di dalam agama, kalau mau merinci maka rincilah dengan rincian yang baik. Terlebih lagi NU kan bukan organisasi kecil, hendaknya lebih profesionallah dalam mengkritisi.



Bongkahan kecubung asal Lampung yang di pajang di Rawa Bening


Kamis, 18 Agustus 2016

Membantah Abdullah Ade (Pertemuan 31)


Sepertinya seseorang yang bernama Abdullah Ade ini belum dapat membedakan antara Syi'ah, Khawarij, dan Salafi, padahal nampak sekali perbedaannya. Ataukah memang dia sengaja untuk menyatukan mereka, entahlah, yang jelas cara seperti ini semakin menunjukkan betapa sembrononya dia dalam membuat tulisan.

Pada artikel kali ini kita tidak membahas tentang wahhabi secara panjang lebar lantaran mengenainya telah kita singgung di pertemuan 25 dan 29. Baiklah, seperti biasa kita akan menampilkan 7 point penting:

1. Syi'ah
Seperti halnya Syi'ah Imamiyyah atau Itsna 'Asyariyyah yang menganggap 12 imam mereka sebagai orang-orang yang ma'shum, mereka juga membenci Abu Bakr Ash-Shiddiq, Umar Al-Faruq, Utsman Dzun-Nurain, 'Aisyah binti Abi Bakr dan Hafshah binti 'Umar radhiyallahu 'anhum. Dari sini saja Salafi sudah tidak sepakat, belum lagi soal Karbala berdarah, nikah mut'ah dan yang lain-lainnya, termasuk pula mengenai mushhaf Fathimah radhiyallahu 'anha. Adakah Salafi meyakini perkara tadi? Jika tidak, maka Syi'ah dan Salafi sangat jauh berbeda, jadi keduanya tidak bisa untuk disamakan.

Kita kan sudah mengetahui bahwa musuh besar Syi'ah adalah Sunni Salafi, jadi bagaimana mungkin ajarannya bisa dipadukan? Jangankan ajarannya, orang-orangnya saja sulit sekali mau didamaikan, apalagi kalau jumlah orang-orang Syi'ah sudah mayoritas maka bakal habislah Sunni Salafi diporak-perandakannya.

Justru kalau kita perhatikan antara Asy'ariyyah dan Syi'ah banyak juga kemiripan dalam 'aqidah dan 'amaliyyahnya, sehingga ada yang mengatakan bahwa NU adalah Syi'ah tanpa imamiyyah sedangkan Syi'ah adalah NU yang berimamiyyah, buktinya mereka sama-sama mensyari'atkan minta berkah ke kuburan wali, menyemarakkan tawassul dengan orang-orang mati, menghidupkan acara maulud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan membolehkan jimat. Keduanya pun mengambil filsafat dan tashawwuf dalam memahami ajaran agamanya, mereka pula sama-sama mempercayai khurafat dan tahkayyul, sebagaimana berbagai kisah dari orang-orang Shufi. Jika salah mohon dikoreksi, jika benar akui saja.

2. Khawarij
Tokoh kontemporer seperti Sayyid Quthub dan Hasan Al-Banna yang melalui pengaruh mereka berdua maka muncullah Al-Qaida dan dari Al-Qaida itu lahirlah ISIS. Lihat saja apa yang telah ISIS yakini dari hukum bom bunuh diri, apakah ada Salafi yang membolehkannya? Kalau tidak ada berarti Khawarij dan Salafi tidak bisa untuk disamakan, keduanya juga sangat jauh berbeda dalam banyak hal lain terutama dalam memahami ayat yang berkenaan dengan hukum Allah Ta'ala.

Kadangkala dalam sepak terjang orang-orang Asy'ariyyah nampak pula kekhawarijannya, seperti mengkafirkan pemerintah Sa'udi dan berani mencerca penguasa muslim.

Memang benar ada di antara orang yang bermanhaj Khawarij itu secara 'aqidah mereka Salafiyyah, namun ramai juga di antara mereka yang memiliki 'aqidah Asy'ariyyah, Mu'tazilah, Qadariyyah bahkan ada pula yang ber'aqidah Syi'ah. Sebagaimana yang contohkan oleh Hasan Al-Banna dan ajarannya diterapkan oleh Al-Ikhwanul-Muslimun.

3. Salafi
Kita lihat Salafi saat ini, adakah Salafi mengajak manusia untuk mencela penguasa muslim sebagaimana yang dilakukan oleh Khawarij? Jangankan mencela sedangkan untuk demonstrasi saja Salafi melarangnya.

4. NU
Manhaj NU adalah Asy'ariyyah, perbedaan mencolok antara mereka dengan Salafi adalah dalam bab Asma' wa Shifat, namun yang sering dimunculkan adalah perbedaan dalam hukum maulud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan banyak lagi yang lainnya termasuk menghukumi ilmu tashawwuf, yasinan, tahlilan dan sebagainya.

5. Fitnah
Ada beberapa pengertian terkait makna fitnah, di mana ia bisa diartikan dengan syubhat, ujian dan bisa pula diartikan dengan tuduhan. Kalau kita memperhatikan cara Abdullah Ade dalam menulis, ia lebih cenderung kepada fitnah yang berarti tuduhan, yakni tidak ada kena-mengenanya dengan manhaj Salaf, sekaligus mengandung syubhat yang sangat rapuh. Bahasa yang dia gunakan juga terkesan provokasi, kurang beradab dan agak asal-asalan, sehingga cukup menguji kesabaran kita dalam menanggapinya.

7. Nasionalisme
Sudah selayaknya kita sebagai penduduk Indonesia untuk cinta kepada tanah air, namun kala bicara tentang Islam tentunya ia lebih bersifat universal, jadi tidak ada istilah Islam Nusantara, Islam Arab ataupun Islam Amerika. Mengenai adat-istiadat yang ada pada setiap suku, jika ia tidak bertentangan dengan ajaran Islam silahkan untuk dilestarikan. Demikian pula dengan hukum perundang-undangan negara, jika didapati ia bertabrakan dengan syari'at Islam maka kita menghadapinya dengan cara yang juga sesuai syari'at yaitu bersabar, itu sudah.

Atas dasar nasionalisme Abdullah Ade ini menyeru kepada pemerintah untuk membasmi Salafi. Pertanyaannya: Apa bahaya Salafi terhadap NKRI? Silahkan periksa kitab-kitab Salafi dan daurah-daurahnya, adakah Salafi mengarahkan ummat untuk memberontak kepada penguasa? Tunjukkan satu kitab saja yang membahas tentang itu? Kita yakin dia tidak akan bisa membuktikannya secara 'ilmiyyah kecuali cuma dengan jalan singkat yakni menyamakan antara Salafi dan Khawarij dengan istilahnya yaitu Wahhabi. Jangan-jangan malah dia yang bakal dijebloskan ke dalam penjara lantaran berperan sebagai provokator.


Itulah dia Abdullah Ade, orang ini bukannya   mempelajari Hadits, tapi malah mengajak manusia untuk mengolok-oloknya.




Rabu, 17 Agustus 2016

Usaha Rentan Komplain (Pertemuan 30)


Yang namanya usaha tentu selalu berhubungan dengan manusia, tinggal seberapa ramai saja yang terlibat dengan usaha kita. Semakin ramai manusia yang terlibat maka semakin besarlah kesempatan untuk berhasil, sekaligus semakin banyak pula menemui bermacam-macam karakter dari tiap pribadi manusia.

1. Komplain
Bicara tentang komplain sesungguhnya bukan hanya terjadi pada bidang jasa, di bidang penjualan pun bisa saja seorang penjual mendapatkan komplain. Jadi inti dari permasalahan sebenarnya bukanlah pada komplain itu sendiri, melainkan bagaimana cara kita dalam menghadapi komplain.

2. Pengaruh Komplain
Komplain itu bisa berdampak menghancurkan, oleh karenanya bagi yang gemar komplain agar menjaga ucapannya, komplain juga bisa berefek membangun, oleh karenanya bagi yang sering dikomplain agar menguatkan kesabarannya.

Dalam kehidupan yang tidak ada hubungannya dengan usaha jasa dan penjualan pun komplain seringkali dapat terjadi, yakni pada saat kemauan seseorang tidak dituruti ataupun dia mendapati ada yang tidak beres dalam dilakukannya sebuah pekerjaan, sehingga seorang suami misalnya bisa marah-marah pada istrinya, seorang anak bisa protes pada orang tuanya, bahkan yang lebih berbahaya lagi saat seseorang sudah berani menyalahkan nasibnya, sehingga secara otomatis dia mulai komplain terhadap ketentuan Tuhannya.

3. Janji
Mungkin dikarenakan janji yang melebihi kemampuan diri bisa bikin orang jadi komplain, jika ini masalahnya, maka tinggal disesuaikan saja antara janji dan kemampuan diri tersebut seraya mengucapkan insya Allah.

4. Persaingan
Slogan untuk memanjakan konsumen dapat menarik simpati khalayak ramai, jika konsumen merasa tidak puas dengan pelayanan yang kita berikan maka jangan salahkan mereka kalau sampai mereka pindah ke lain hati. Dengan adanya sebuah persaingan maka setiap kita akan berlomba-lomba untuk senantiasa memperbagus kinerja dan pelayanan.

5. Batu Loncatan
Profesi itu merupakan pilihan, kalau kita merasa bahwa profesi yang kita geluti saat ini menyakitkan perasaan maka kita berhak untuk menggantinya dengan profesi yang lebih nyaman. Akan tetapi pelan-pelan karena kalau terburu-buru khawatir nanti jadi penyesalan. Anggap saja batu loncatan untuk melangkah ke arah yang lebih maju.

6. Kemerdekaan
Tidak enak memang kalau jadi orang suruhan, tapi kalau tidak ada yang menyuruh juga bikin kepala jadi pusing, tidak enak pula kalau kita dimanfaatkan orang lain, tapi kalau tidak ada yang mau memanfaatkan kita juga bikin hidup ini sia-sia. Sesungguhnya letak kemerdekaan itu berada di akhir perjuangan, kalau kita menikmatinya di awal maka pada akhirnya kita akan membayarnya dengan kerja keras.

7. Menjumlahkan Persentase
Menghitung berapa jumlah orang yang komplain dan berapa jumlah orang yang puas dengan pelayanan kita, jangan-jangan emosi kita sedang disibukkan oleh perlakuan satu atau dua orang saja. Perlu bagi kita untuk membuat cabang permasalahan kita sehari-hari, yakni dengan menulis semua masalah yang sedang kita hadapi, jangan-jangan kita juga disibukkan oleh satu atau dua masalah saja.


Cincin akik pancawarna corak pandangan koleksi Edi Kreasi





Selasa, 16 Agustus 2016

Perbedaan Salafi, Wahhabi dan ISIS (Pertemuan 29)


Hari begini masih belum bisa membedakan antara Salafi, Wahhabi dan ISIS? Kasihan sekali ya. Supaya tidak bikin malu, ayo kita bahas 7 perkara berikut ini:

1. Salafi
Salafi adalah orang yang mengikuti manhaj Salaf. Yakni memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman As-Salafush-Shalih, yaitu para shahabat, tabi'in, dan tabi'it-tabi'in.

2. Wahhabi
Wahhabi adalah orang yang mengikuti seseorang yang bernama 'Abdul-Wahhab.
a) 'Abdul-Wahhab bin 'Abdur-Rahman bin Rustum, di mana ini dikenal sebagai daulah Wahhabiyyah atau daulah Rustumiyyah, orang ini bermanhaj Khawarij.
b) Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdul-Wahhab, beliau bisa dikatakan sebagai pahlawan Sa'udi yang bermanhaj Salaf.

3. ISIS
ISIS adalah sebuah pergerakan untuk mendirikan daulah di Irak dan Syam, yang sekarang berganti nama menjadi IS lantaran supaya pengaruhnya bisa lebih luas lagi. Mereka ini bermanhaj khawarij.

Mungkin di kalangan penganut paham 'Asyairah berpikir bahwa Salafi meneruskan perjuangan Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdul-Wahhab, sedangkan ISIS meneruskan perjuangan 'Abdul-Wahhab bin 'Abdur-Rahman bin Rustum, sehingga keduanya dijuluki sebagai Wahhabi. Jadi mereka menyatukan dua paham yang sejatinya berlawanan antara satu dengan lainnya. Sehingga istilah Wahhabi sendiri menjadi tidak jelas ke mana alamatnya?.

4. Salafi Versus Khawarij
Sampai hari ini hingga kiamat nanti yang namanya Salafi dan Khawarij tidak akan pernah bersatu. Terlebih setiap sekte punya prinsip dasar dalam memulai langkahnya, sebagaimana Salafi memulai da'wahnya kepada 'aqidah sementara Khawarij memulai da'wahya kepada daulah.

5. Hakikat Khawarij
Titik fokus khawarij adalah khilafah, mereka berpendapat bahwa selama belum terwujud kembali kekhilafahan maka kaum muslimin terancam kufur. Maka secara otomatis mereka menganggap thaghut para penguasa di negeri-negeri muslim lantaran berhukum dengan selain hukum Allah. Kalau 'Arab Sa'udi saja dikafirkannya padahal di sana menjalankan undang-undang Islam, apalagi Indonesia yang notabenenya menerapkan sistem demokrasi, tentu labih dikafirkannya lagi.

6. Hakikat Salafi
Jika kita mempelajari lebih jauh manhaj Salaf maka kita akan mendapati dua hal berikut ini:
a). Mengajak kaum muslimin untuk ta'at kepada penguasa muslim selama perintahnya tidak untuk berma'shiyat kepada Allah Ta'ala.
b). Melarang kaum muslimin untuk mencela penguasa.
Jadi, barangsiapa yang menyelisihi dua hal tadi maka dia sejalan dengan Khawarij.

7. Hakikat Teroris
Teroris itu pemberontak, jadi barangsiapa yang melakukan pemberontakan kepada penguasa maka dia adalah teroris. Teror itu ada yang berupa fisik dan ada yang berupa pemikiran, adapun mengajak manusia untuk membenci penguasa merupakan teror pemikiran, sehingga tidak jarang gara-gara teror pemikiran itu bisa berlanjut kepada teror fisik.

Perang memang merupakan bisnis yang paling besar di dunia, barangsiapa yang bisa menjadi super power maka berarti dia bisa menguasai kekayaan yang dimiliki oleh negeri-negeri di muka bumi ini, terutama hasil tambang.

Untuk menjadi hebat dalam peperangan tidak bisa lepas dari suatu taktik. Semakin canggih taktiknya maka semakin besar pula kemungkinan untuk menang.

Untuk kita yang bukan ahli perang, setidaknya mengambil pelajaran dari sejarah peperangan yang ada, terutama perang pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Al-Khulafaur-Rasyidin, sehingga jelas siapa kawan dan siapa lawan.


Red vulkanik round cut manual faceting


Minggu, 14 Agustus 2016

Saat Sulit Jangan Pelit (Pertemuan 28)


Beraneka ragam motivasi manusia ketika hendak memakai cincin permata, ada yang cuma sekedar perhiasan dan ada pula untuk cari hoky, orang cina Sambas bilang "heng". Mereka mengatakan: "Mengapa intan mahal? Intan mahal karena setelah ia dibeli maka dagangan jadi laris alias murah rezeki"

Bolehkah kita sebagai orang Islam cari hoky dari batu permata? Kalau bicara soal hoky sebenarnya tidak ada di dalam Islam, kecuali kita mengganti kata hoky tersebut dengan keberuntungan, maka untuk suatu keberuntungan seyogyanya kita mendapatkannya melalui perbuatan baik, bukan malah melalui benda-benda yang dianggap bertuah, baik itu karena tuah batu maupun itu tuah besi. Adapun kalau tuah anak pembahasannya lain lagi, sebab tiap anak telah Tuhan atur rezekinya masing-masing. Sehingga tidaklah salah kalau orang-orang doeloe bilang: "Banyak anak, banyak rezeki".

Pada saat kehidupan bertambah sulit, sementara harga barang semakin naik, hampir membuat sebagian orang merasa panik, apalagi sang istri selalu bertanya apa ada duit? Padahal kuncinya hanya sedikit, perbanyak saja berbuat baik, berhemat namun tidak pelit, insya Allah keadaan tak terlalu sakit.

Ini tak ubahnya mencari berkah melalui seorang Syaikh, yaitu dengan cara duduk di majlisnya untuk belajar ilmu agama, bukan dengan cara meminum air kobokannya. Demikian pula dengan tawassul, tawassul yang benar adalah tawassul yang sesuai syari'at seperti dengan menyebut nama-nama dan shifat-shifat Allah, dengan adanya keimanan, dengan adanya ketauhidan, dengan 'amal shalih, dan dengan menghindari ma'shiyat. Bukan dengan cara berperantara dengan benda-benda maupun dengan perantaraan makhluq ghaib.

Mengenai seseorang yang suka memikirkan hutang maka orang bijak pernah mengatakan: "Hutang itu kalau mau lunas kudu dibayar bukan hanya dipikirkan". Perlu niat yang mantap, perlu tekad yang bulat, dan perlu usaha yang kuat untuk bisa berjuang melawan berbagai kesulitan. Sebab ide sebaik apapun tidak akan berguna kecuali bila ia dicoba terlebih dahulu. Orang Malaysia bilang: "Daun serai daun gaharu, belum terai belum tahu". Bukan malah menyalahkan batu: "Semenjak saya pakai batu ini, tiap hari orang datang nagih hutang, berarti batu ini kurang heng".

Budaya suka menyalahkan orang lain atas kegagalan yang dialami merupakan hasil dari didikan semasa kecil. Saat seorang anak tersandung batu maka orang tua langsung memukul batu itu seraya mengatakan: "Bodoh kamu batu", di saat berikutnya anak tadi menjerit kesakitan lantaran ketika berjalan dia menabrak sebuah kursi, tiba-tiba datang orang tuanya mengambil sesuatu lalu memukul kursi itu seraya mengatakan: "Bodoh kamu kursi". Akhirnya si anak tadi berpikir bahwa dia tidak pernah salah, yang salah adalah batu, kursi atau bahkan orang lain. Mestinya kan selaku orang tua baiknya menasehatkan: "Makanya kalau jalan hati-hati".

Dampak dari salah dalam mendidik anak dapat kita lihat dalam kasus berikut, seseorang ini merupakan pengrajin batu permata, suatu waktu dia berkeinginan untuk membuat cutting faset, setelah beberapa kali mencoba namun hasilnya selalu gagal, lalu dalam kekecewaan dia mengatakan: "Ini salah alat". Jadi alih-alih untuk memperbaiki keterampilan malah dia menyalahkan alatnya lantaran hanya memakai mesin pompa air bekas yang sudah dimodifikasi. Padahal kalau tangannya terampil justru dia bisa bikin cutting faset dengan cara manual tanpa bantuan mesin. Dalam hal ini Pak Slamet Rahardjo pernah mengatakan dalam bukunya: "Kalau kualitas asahan batu kurang bagus maka yang perlu diasah ulang bukan batunya tetapi orangnya".

Sebagai teman tentunya kita tidak perlu untuk ragu dalam berbagi ilmu, meskipun suatu hari nanti dia bakal menjadi pesaing kita. Sebuah contoh tentang mencuci pakaian, meskipun urusan mencuci pakaian merupakan perkara yang sangat mudah, namun banyak juga orang yang mengupahkannya. Demikian pula dengan memasak di dapur, rata-rata istri pandai dalam memasak, namun di waktu-waktu tertentu dia bisa saja membeli nasi bungkus di sebuah rumah makan. Maka ini adalah bicara tentang sempat tidaknya seseorang dalam menangani suatu pekerjaan, jika tidak sempat maka dia cukup mewakilkannya kepada orang lain. 



Pernak pernik dari batu vulkanik


Rabu, 10 Agustus 2016

Tiap Bisnis Punya Keunikan Masing-masing (Pertemuan 27)


Anggap saja kita memiliki rencana yang agak besar, di saat bersamaan kita memiliki sedikit modal, sementara itu banyak yang harus kita biayai. Apa yang harus kita lakukan? Ini sepertinya PR yang mudah bagi orang-orang yang sudah terbiasa tapi ini menjadi tugas yang rumit bagi para pemula.

1. Bermula dari Sebuah Gagasan

Tiap bisnis memerlukan gagasan, ketika gagasan itu belum dapat maka suatu bisnis sulit sekali mau berkembang. Namun untuk menemukan gagasan yang bagus tentulah harus melalui percobaan terlebih dahulu, dan itu seringkali menyebalkan, kalau tahan hati insya Allah bisa lanjut.

Cepat-lambatnya masa percobaan bergantung pada nasib, sementara kita cukup bertindak saja setelah beberapa menit berpikir. Proses ini ibarat menarik tali busur, maka bagaimana mungkin anak panahnya akan bisa melesat kalau talinya saja tidak mau ditarik?

Pada tahapan ini bisnis seolah jalan di tempat atau bahkan terkesan merosot, tapi positif saja kita berpikir, bahwa kita sedikit mundur dengan tujuan agar bisa maju lebih cepat. Ketika kecepatan sudah mulai terjadi maka otomatis semua perencanaan yang sempat tertunda bisa untuk ditunaikan. Semoga tidak kesulitan dalam memahami, namun kalau masih belum punya gambaran, baiklah kita akan buatkan sebuah perumpamaan yang lebih gamblang.

2. Robert Membantu Temannya

Teman Robert punya masalah keuangan untuk membiayai kuliah beberapa anaknya. Maka dia pun meminta saran kepada Robert untuk memecahkan permasalahannya itu. Robert menanyakan: "Kamu punya uang berapa?" Dia menjawab: "Kami memiliki uang tabungan yang jumlahnya tidak mencukupi untuk membiayai kuliah anak-anak kami sampai mereka jadi sarjana."

"Baiklah" Robert melanjutkan, "Kita gunakan separuhnya untuk membeli sebuah rumah sederhana yang bisa direnovasi". Maka dia pun menyetujui saran Robert. Keesokan harinya mereka jalan-jalan di kota sambil melihat-lihat kalau-kalau ada rumah yang masih layak huni mau dijual orang, dan akhirnya mereka menemukannya.

Robert menawarnya, lalu pembayaran harga rumah itu dipanjar separuh. Setelah itu Robert bergegas menuju bank dan menerima sejumlah pinjaman yang akan digunakan untuk biaya renovasi rumah tadi. Sambil menunggu proses renovasi selesai Robert tidak buang waktu untuk bersegera mencari pembelinya, dan nasib memihak kepada Robert, pembelinya pun ketemu. Setelah bincang-bincang cukup lama sekalian survey rumah, pembelinya pun setuju dengan harga yang ditawarkan Robert.

Begitu renovasi selesai, pembeli membayar sejumlah uang yang sangat besar kepada Robert seraya mengatakan: "Kami sangat puas membeli rumah ini". Lalu Robert membagi uang itu untuk melunasi panjaran dan bank. Lebihnya masih banyak dan itu diserahkan kepada temannya. Maka temannya tersebut merasa puas, yang punya rumah puas, pihak bank puas, pembeli puas, dan dikarenakan bisa membantu maka Robert pun ikut merasa puas.

Kalau lagi mujur semuanya lancar seperti air mengalir, mungkin karena niat baik maka Tuhan menolong. Selain itu Robert juga seorang yang berpengalaman dalam dunia investasi real estate, jadi dia sudah terbiasa menangani kasus semacam ini.

3. Perlunya Banyak Investasi

Suatu hari Robert sempat kalah dalam satu persidangan, sehingga perusahaannya harus kebayaran mendekati 24 juta dolar, hampir setara dengan defisit APBN Indonesia 2015. Namun dikarenakan Robert punya banyak investasi di tempat lain, kejadian itu tetap membuatnya baik-baik saja.

Jadi kalau bicara soal kegagalan, siapa sebenarnya yang tidak pernah gagal? Ini sebagaimana seorang dokter yang juga pernah sakit.

4. Penjualan Rokok Versus Mobil

Di tahun 2016 ini ekonomi Indonesia memang sedang melemah sehingga daya beli masyarakat pun menjadi berkurang, bukan hanya batu permata, sampai rokok yang notabenenya membuat orang ketergantungan itu saja penjualannya merosot lebih dari 50 persen. Namun di saat bersamaan permintaan akan mobil semakin tinggi, yaitu kendaraan yang digunakan untuk mendukung suatu usaha. Jadi berkurangnya daya beli masyarakat bukanlah semata-mata karena mereka tidak punya duit, tapi mulai berhemat dan menahan diri untuk kemewahan. Namun peluang di balik itu adalah bahwa mereka berani untuk membeli barang yang harganya mahal asalkan bisa dapat untung lebih besar.

5. Nasib Penjual Pentol

Sekarang kita lihat apa dialami oleh seorang penjual pentol alias bakso bakar. Pada bulan pertama buka usaha penjualan tersebut dia berhasil memperoleh laba bersih 5 juta. Namun masuk di bulan kedua terjadi kemunduran sehingga mengakibatkan diberhentikannya seorang karyawan, begitu masuk di bulan ketiga keadaan semakin parah bahkan terjadi kerugian sehingga usahanya terancam gulung tikar.

6. Sedihnya Penjual Bakso

Bicara soal usaha jual bakso, ada seorang penjual yang dagangannya sangat laris sehingga membuat iri para pesaingnya, lalu terjadi desas-desus bahwa baksonya dibuat dari daging anjing, entah benar atau tidak, yang jelas mendengar kabar angin seperti itu berdampak pada larinya pelanggan, akhiranya penjualan makin sepi dan usaha pun tutup. Allahu Akbar, sungguh menyedihkan saudara kita tadi.

7. Penjual Tahu yang Kreatif

Di saat maraknya berita tentang bahan pengawet berbahaya yang di antaranya formalin sempat membuat usaha penjualan tahu hampir bubar, sehingga muncul ide kreatif dari salah satu penjual, yaitu dengan cara memasang plang dengan tulisan yang agak besar "Menjual Tahu Bebas Formaline". Mungkin ini bisa ditiru oleh penjual bakso tadi agar usahanya bisa diselamatkan.


Citrine


Membantah Muhammad Haidar Si Anak Jalanan (Pertemuan 26)


Pada pertemuan yang ke 25 kita telah menyinggung tentang istilah Sawabi atau Wahhabi, di mana kedua nama itu merupakan pemberian dari musuh-musuh Sunnah, oleh karenanya kita tidak menggunakan gelar tersebut, jadi pada kesempatan kali ini kita hanya menggunakan sebutan yang syar'i saja yaitu Salafi.

Di pertemuan 26 ini sebenarnya kita lebih cenderung untuk mengenalkan beberapa prinsip dari Salafi sekaligus sebagai koreksi dan membantah Muhammad Haidar Si Anak Jalanan itu:

1. Ibadah adalah tauqifiyyah atau kesepakatan, maknanya harus berdasarkan dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Jika tidak ada dasar dalilnya dari keduanya itu maka kita tidak sepakat untuk menyebutnya sebagai suatu amalan ibadah.

2. Tertolaknya suatu amalan muhdats yang bukan dari ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, itu bukan semata-mata ucapan Salafi, melainkan adalah ucapan beliau sendiri dalam hadits shahih dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha yang dimuat di dalam kitab Al-Ahadits Al-Arba'in An-Nawawiyyah.

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

من أحدث في أمرنا هذا فهو رد

3. Telah sempurnanya ajaran Islam itu juga bukan semata-mata ucapan Salafi, itu adalah ucapan Allah Ta'ala sendiri dalam ayatnya: "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan bagi kalian din kalian..."

اليوم أكملت لكم دينكم 

4. Larangan meninggikan kuburan melebihi sejengkal juga bukan semata-mata Salafi yang larang, itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri yang larang.

5. Salam kepada ahli qubr memang ada hadits shahih yang mengajarkannya, yaitu: "assalamu 'alaikum ya ahlad-diyar...". Jadi Salafi menjadikan salam tersebut sebagai sunnah.

6. Tashawwuf memang ajaran baru, seorang sufi juga memang alergi terhadap hadits karena dia lebih mementingkan pengalaman spritual ketimbang dalil syar'i, itu adalah fakta yang banyak terkandung dalam kitab-kitabnya, yang di antaranya menjadikan syari'at sebagai kulit.

7. Ulama' memang tidak ma'shum, jadi kalau fatwanya menyalahi Sunnah maka fatwa tersebut wajib ditinggalkan, ini sebagaimana yang diajarkan oleh Al-Imam Asy-Syafi'i sendiri: "In shahhal-hadits fahuwa madzhabi".

8. Maulud Nabi memang bid'ah, dalam hal ini Salafi memang sepakat. Kondisi kebid'ahan maulud bukan hanya pada peringatannya tapi juga mencakup bermacam kepercayaan dan ritual yang ada dalam acara peringatan itu.

9. Salafi sepakat bahwa Indonesia adalah negara Islam, dikarenakan pemimpinnya muslim dan rakyatnya juga mayoritas muslim. Kalau ada yang mengkafirkan negara Indonesia maka dia bukan Salafi, tapi teroris Khawarij. Jadi pemimpin Indonesia bukan thaghut sebab istilah thaghut mengarah kepada takfiriyyah.

10. Asy'ariyyah memang sesat, lantaran aqidahnya bertentangan dengan Salafi. Adapun Al-'Allamah Ibnu Hajar Al-Ashqalani bukan seorang asya'irah, beliau hanya terpengaruh fitnah asya'irah dalam bab asma' wa shifat. Jadi beliau tetaplah Salafi, barangsiapa yang menuduh beliau bukan Salafi maka itu adalah pengaruh dari paham Haddadiyyah.

11. Al-Imam Asy-Syafi'i memang tidak ma'shum, karena beliau bukan nabi, kalau ada pendapatnya yang sesuai Sunnah maka kita terima, tapi kalau ada pendapatnya yang menyelisihi Sunnah maka kita buang. Demikianlah pesan beliau sendiri dalam banyak ucapannya.

Untuk menilai apakah sebuah permata yang bernama intan itu asli atau palsu, tidak cukup dengan menggunakan diamond selector, sebab itu merupakan langkah awal saja dan belum finish. Masih ada beberapa pengetesan lagi untuk memastikannya di laboratorium yaitu tingkat kerasnya, indek biasnya, berat jenisnya dan unsur kimiawinya.

Demikian pula dalam menilai suatu kelompok yang ada di dalam Islam, tidak cukup dengan hanya sekilas pandang tanpa penelitian yang serius, salah-salah jadi fitnah nantinya.

Di bawah ini merupakan salinan dari apa yang telah dikoreksi, memang ada beberapa hal yang bertepatan dengan prinsip Salafi, dan itu tidak perlu dibantah, hanya saja bahasanya yang belum bisa diterima. Adapun hal-hal yang tidak bersesuaian atau tidak ada dalam prinsip Salafi itulah yang mesti dibantah.


Perhatikan bahasanya, mestinya dia mengatakan:
1. "Jangan melakukan suatu ibadah yang tidak ada ajarannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". Karena sesuatu yang dicontohkan sudah pasti ia diajarkan tapi sesuatu yang diajarkan belum tentu ia dicontohkan.

2. "Semua amalan itu tertolak kalau tidak ada ajarannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". Kalau amal ibadah bukan dari ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lantas mau pakai ajaran siapa lagi? Sementara beliau merupakan utusan Allah Ta'ala yang menerima wahyu dariNya, tentu beliaulah yang mengetahui bagaimana cara beribadah kepada Allah Ta'ala tersebut.

3. "Islam itu sudah sempurna tidak perlu ditambah-tambah lagi". Kalimat ini bisa kita terima, hanya saja bahasanya terkesan kasar


4. "Kubah kuburan wali harus dirubuhkan, karena banyak terjadi kesyirikan di sana". Kita hanya menjalankan Sunnah, yakni tidak membuat bangunan apapun di atas kuburan.

5. "Disunnahkan memberi salam kepada penghuni kuburan" Siapa bilang tidak sampai?

6. "Tashawwuf itu ajaran baru karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mengajarkannya" Karena beliau hanya mengajarkan syari'at.



7. "Jangan fanatik kepada 'ulama', 'ulama' itu tidak ma'shum, dan yang ma'shum hanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam" Siapa bilang jangan percaya 'ulama'?

8. "Maulid itu bid'ah, tidak boleh dilakukan" Kalimat ini betul

9. "Indonesia ini negara muslim" Siapa bilang thaghut?

10. "'Aqidah Asy'ariyyah itu sesat" Kalimat ini benar

11. "Imam Syafi'i itu tidak ma'shum" Kalimat ini juga benar.


:-)

Muhammad Haidar ini belum baca shirah kali ya tentang ditebangnya pohon 'Uzza? Mengapa dia marah kalau kubah kuburan wali dirubuhkan? Apa dia belum baca hadits tentang tidak bolehnya membuat bangunan di atas kuburan?


Muhammad Haidar ini mengaku-ngaku saja bermadzhab Syafi'i, tapi seolah-olah belum baca hadits-hadits Al-Bukhari dan Muslim serta kitab-kitab hadits susunan ulama' syafi'iyyah rahimahumullah?

Satu hal lagi mengenai tabdi', memang Salafi langsung mentabdi' orangnya, namun soal takfir, hanya mentakfir perbuatannya, kecuali telah benar-benar jelas kekufurannya. Adapun soal darah halal itu kewajiban penguasa, tidak boleh Salafi main hakim sendiri, dan itupun untuk orang yang murtad, pemberontak, qishash dan zina muhshan serta liwath.

Muhammad Haidar ini seolah sedang mengikuti kuis tebak-tebakan, yang namanya tebak-tebakan dalam hal apapun ada kalanya benar dan ada kalanya salah. Begitupun dalam hal prediksi, di mana ia tidak boleh untuk dipastikan. Sesuatu yang diprediksi memang merupakan hasil dari pengamatan, namun bukan berarti kita melupakan untuk mengkaji ulang.




Selasa, 09 Agustus 2016

Mereka Menyebutnya Sawabi (Pertemuan 25)


Perbincangan tentang Sawabi dari semenjak dahulu kala hingga saat ini sepertinya tidak akan ada habis-habisnya, ini lantaran orang-orang yang digelar sebagai Sawabi itu menerapkan manhaj tahdzir, maka secara reaksi otomatis firqah-firqah yang ditahdzir melakukan semacam perlawanan, baik itu berupa bantahan maupun sampai ke tingkat adu fisik.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa istilah Sawabi atau Salafi Wahhabi itu merupakan sebuah gelar yang diberikan oleh mereka-mereka yang tidak senang dengan dakwah kepada sunnah dan memperingatkan umat dari segala bid'ah, mengajak manusia kepada tauhid dan mencegah mereka dari perbuatan syirik. 

Hanya saja firqah-firqah yang tersinggung itu berkilah bahwa apa yang selama ini mereka tradisikan sebetulnya bukan termasuk dari perkara bid'ah apalagi suatu kesyirikan, mereka justru memutar-balikkannya dengan istilah sunnah bahkan tauhid, atau minimal sebagai bid'ah hasanah.

Agar tidak terjadi salah alamat dalam memberikan gelar, maka akan disebutkan di sini beberapa istilah yang diakui secara syar'i untuk menunjukkan kelompok yang berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, seperti:
-Salafi,
-Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah,
-Ahlul-Hadits, dan
-Ahlul-Atsar.

Sedangkan istilah Wahhabi sendiri tidak masuk ke dalam gelar yang diakui secara syar'i, sebagaimana dikatakan bahwa itu merupakan gelar yang disematkan oleh kelompok lain terhadap mereka. Maka secara tidak langsung menjadi gugur pula istilah Sawabi. Jika istilah Sawabi atau Wahhabi masih juga digunakan maka jelas ini menunjukkan bahwa betapa tidak mengertinya dia tentang apa yang dia bicarakan.

Maka untuk menilai suatu kelompok seyogyanya memerlukan penelitian yang dalam, tidak asal dengar dan asal baca lalu langsung disampaikan. Jangan sampai kita beralasan: "Saya dengar orang-orang mengatakan itu maka saya pun mengatakannya".

Orang Arab bilang: "Berpikirlah sebelum engkau berbuat !". Orang barat bilang: "Lihatlah sebelum engkau melangkah !". Pedagang bilang: "Telitilah sebelum membeli !". Dan kita bilang: "Pelajari dulu baru angkat bicara !"


Bulan bintang dari batu jasper


Hukum Permintaan Lebih Besar dari Kemampuan (Pertemuan 24)


Pada pertemuan 12 kita telah menyinggung perihal hukum batu permata ditinjau dari harga pasaran yang berbunyi: "Apabila penambangan batu permata terhenti oleh satu atau beberapa sebab maka otomatis harga jual dari batu permata tersebut menjadi naik meskipun sepi pengunjung". Adapun kali ini kita akan mencoba untuk menguraikan: "Hukum permintaan lebih besar dari kemampuan".

Sebenarnya rezeki yang Allah Ta'ala turunkan itu sangat berlimpah, hanya saja kita sebagai manusia punya keterbatasan untuk mengambil lebih. Ini seperti halnya kita menampung air hujan yang turun, jika kita menyiapkan wadah sebesar gayung maka kita bakal dapat segayung, jika kita menyiapkan wadah sebesar ember maka kita bakal dapat seember, dengan demikian semakin besar wadah yang kita siapkan maka semakin banyak pula air hujan yang bisa kita tampung, asal saja hujannya tidak segera berhenti tentunya.

Peristiwa permintaan lebih besar dari kemampuan mendorong kita untuk meningkatkan kecepatan, maka bermula dari sinilah pabrik-pabrik pun didirikan. Lantas bagaimana kalau kita tidak memiliki pabrik yang memadai? Apabila memang begitu kondisinya maka mau tidak mau kita harus mengatur orderan-orderan yang masuk, sembari mengefisienkan waktu-waktu yang kita miliki. Sepertinya kita dituntut untuk bekerja lebih keras lagi ya, dan semoga hal itu tidak bermasalah, karena bagaimana pun kesehatan merupakan sesuatu yang lebih utama untuk diperhatikan.

Disadari atau tidak, bahwasanya kehidupan ini memang tidak bisa dilepaskan dari percepatan, meskipun kecepatan dipenuhi dengan resiko namun kelambanan pun juga mengandung resiko. Kecepatan beresiko pada kecelakaan dan kelambanan beresiko untuk ditinggalkan. Tinggal pilih yang mana, semua terpulang kepada kita.

Dapat kita simpulkan: "Apabila permintaan lebih besar dari kemampuan maka kita dituntut untuk menambah kecepatan". Itu sudah


Jangan arahkan mata gerinda tepat di depan muka, melainkan posisikan agak miring, sebagai usaha untuk menghindari kejadian seperti gambar di atas.



Mengapa Tidak Serang Saja Israel dan Amerika? (Pertemuan 23)


Tidak sedikit dari kalangan aliran kemarahan yang telah mempertanyakan: "Mengapa negeri-negeri Arab tidak mau menyerang negara Israel dan Amerika?". Pertanyaan seperti ini sebenarnya merupakan sebuah pertanyaan klasik yang sejak dahulunya seringkali diulang-ulang. Namun untuk menjawabnya memerlukan sebuah penelitian yang tidak main-main, yakni melalui dewan fatwa dari para ulama' yang betul-betul mengerti akan mahalnya darah kaum muslimin.

Artinya, kalau salah dalam memutuskan fatwa ini maka akibatnya juga tidak main-mian, sebab ini urusan darah, suatu urusan yang paling pertama dipertanggung-jawabkan di akhirat kelak. Jadi bukan asal ngomong ceplas-ceplos tanpa mau peduli akibat yang bakal ditanggung oleh semua kaum muslimin di seluruh dunia.

Sejujurnya miris campur geram juga melihat gambar atau video tentang sebagian kaum muslimin yang tertindas di beberapa negeri. Kita berdo'a semoga Allah Ta'ala menguatkan mereka dari segala kezhaliman.

Akan tetapi, ini penting, pada hakikatnya negeri-negeri Arab juga tidak mungkin menutup mata untuk tidak membantu mereka-mereka yang teraniaya tersebut, hanya saja ini hampir tidak pernah untuk diberitakan. Seberapa besar bantuan yang diberikan? Jawabannya: "Sangat besar, bahkan lebih besar dari yang kita saksikan".

Nah, pertanyaannya sekarang, bagi yang suka berkoar-koar kesana-kemari, menyulut api fitnah, tukang adu domba dan suka berkelahi, apa yang dia sudah berikan berupa bantuan terhadap sebagian kaum muslimin yang tertindas tersebut? Sedangkan sekelas pergerakan Sayyid Quthub dan Hasan Al-Banna saja, bukannya menolong Islam malah mengacaukan syari'at dan membuat semeraut pemerintahan kaum muslimin di berbagai negeri.

Jadi, mengapa kita belum juga menyerang balik menghalau tentara-tentara zionis yang telah menguasai wilayah-wilayah penting di negeri-negeri kaum muslimin? Sejatinya ini pun telah sedaya upaya untuk diusahakan, tapi apalah kekuatan kita. Sedangkan sekelas Hamas saja yang memiliki persenjataan rudal pernah mengakui: "Tujuan kami menyerang Israel hanyalah agar mereka menyadari bahwa mereka tidak bisa untuk hidup tenang".

Yang penting untuk saat ini adalah jihad dengan harta-harta kita, mereka sangat memerlukan bantuan makanan untuk bertahan hidup, obat-obatan untuk mengurus korban-korban yang terluka, bahkan persenjataan untuk mempertahankan diri.

Oleh karenanya, kita niatkan di hati kecil kita untuk lebih serius di dalam mengelola usaha-usaha kita agar dengannya kita bisa berbagi untuk menolong saudara-saudara kita yang sangat memerlukan uluran tangan kita. Insya Allah


Liontin bulan bintang dari batu jasper


Senin, 08 Agustus 2016

Perpecahan Bukan Karena Banyak Masjid (Pertemuan 22)


Mengapa muncul kebencian di hati segelintir kaum muslimin akan adanya banyak masjid yang dibangun? Mengapa mereka tidak bergembira saja saat mendapati banyak masjid berdiri di muka bumi ini? Timbulnya ketidak-senangan segelintir kaum muslimin tersebut dikarenakan suatu anggapan bahwa: "Semakin banyak mesjid berdiri maka semakin banyak pula perpecahan terjadi".

Penting untuk kita tegaskan di sini: "Sesungguhnya banyaknya masjid di sana-sini bukanlah sebab perpecahan umat". Karena tanpa adanya masjid pun sebenarnya umat ini sudah terpecah-belah, sudah tercerai-berai dan sudah terkotak-kotak. Sebagaimana yang pernah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam haditsnya tentang iftiraqul-ummah.

Timbulnya ketidak-senangan itu pula lantaran terkecohnya mereka dalam membedakan antara jama'ah dan firqah. Sesungguhnya jama'ah itu bukanlah seperti kumpulan burung yang berada pada satu tempat. Tapi jama'ah yang dimaksud adalah tetap berada di atas kebenaran meskipun cuma sendirian. Yakni dia tetap berada dalam jama'ah orang-orang shalih meskipun tidak sezaman. Bersatu dalam ajaran yang sama, prinsip yang sama dan aqidah yang sama. Sedangkan firqah atau sekte atau pecahan adalah lawan kata dari jama'ah atau persatuan. Meskipun semua firqah itu berada di satu tempat pada satu waktu, maka ia tetaplah sebagai firqah dan bukan sebagai jama'ah. Lantaran mereka berbeda ajaran, berbeda prinsip dan berbeda aqidah.

Taruhlah sekarang di satu kota cuma ada satu masjid yang sangat besar, kemudian semua sekte berkumpul di situ untuk shalat berjama'ah, apakah bisa kita katakan bahwa semua sekte di kota itu sudah bersatu? Atau mereka tetap berpegang pada sekte yang mereka anut? Sesungguhnya perpecahan tetaplah perpecahan, semua paham yang ada pada tiap sekte itu tidak bisa untuk digabungkan, kecuali mereka mau keluar dari sektenya dan mau menyatu bersama al-jama'ah, yakni Islam dengan ajaran, prinsip dan aqidah yang sama.

Jadi, dengan banyaknya masjid yang berdiri di muka bumi ini mestinya membuat kaum muslimin bergembira dan bersenang hati, bukan malah benci dan risih. Seruan adzan dikumandangkan bergema di tiap titik belahan dunia sehingga menentramkan jiwa bagi orang-orang yang beriman. Banyak alasan seseorang tidak datang shalat di masjid lantaran jarak tempuhnya jauh, kadang juga sering masbuq, tapi dengan adanya masjid terdekat akan mempermudah perjalanan memenuhi kewajiban yang lima waktu.

Soal sekte, perkara mereka mau bikin masjid sendiri itu urusan mereka, yang penting rumah kita dekat masjid, itu sudah. Bagi kita yang disibukkan dengan perdagangan, perkebunan, pengangkutan, perkantoran dan perikanan jangan lupa pula akan ibadah yang fardhu. Maka bisnis yang terbaik adalah seseorang beruntung di dunia dan dia tidak merugi di akhirat.


Batu red vulkanik model kubah mesjid


Islam Moderat atau Insan Mudharat? (Pertemuan 21)


Ketika seseorang belajar Islam dari para misionaris maka hasil yang sesungguhnya dia dapatkan bukan malah kebenaran, dan ini dapat dibuktikan. Karena bagaimana mungkin dia bisa berada di jalan yang lurus sementara musuh-musuh Allah itu menggiringnya ke jalan kesesatan?

Satu persatu untaian ajaran Islam kian dilepaskan, bila perlu dilenyapkan begitu saja dengan adanya moderatisasi dari pengekor hawa nafsu yang berkiblat pada aliran kebarat-baratan.

Bagaimana tidak, ketika mereka mendapati ada ajaran Islam yang tidak sesuai dengan akalnya maka mereka tolak, yakni mengganti tafsirannya dengan sesuatu yang lebih masuk akal, tapi kenyataannya malah tidak bisa diterima akal. Itulah hakikat sebenarnya dari moderatisasi, yakni selalu mencari jalan tengah dari berbagai persoalan dengan pertimbangan akal, padahal letak Islam tidak di akal, kalau letak Islam ada di akal maka tentu di waktu mengusap khuf tidak mengusap bagian atas dari alas kaki tersebut. Dan barangsiapa menafsirkan Al-Qur'an dengan akalnya, walaupun kebetulan benar maka ia dianggap salah, karena salah dalam cara.

Islam terletak di atas dalil dari Al-Qur-an dan As-Sunnah, sehingga dalam menafsirkan Al-Qur'an para mufassirin menggunakan metode: 1. Tafsir ayat dengan ayat, 2. Ayat dengan hadits, 3. Ayat dengan qaul shahabat, 4. Ayat dengan qaul tabi'in, 5. Ayat dengan qaul tabi'it-tabi'in, demikianlah rentetan atau tahap-tahap yang seyogyanya dilalui.

Sebenarnya akar dari pemikiran moderat terhadap Islam adalah ketika terjadi modifikasi antara ajaran agama ini dengan materi filsafat. Mereka berusaha untuk mencampurkan antara bab keimanan dengan fakta yang logis. Bermain-main dengan ayat-ayat mutasyabihat dan membuat bingung kaum muslimin lewat makar-makarnya yang selalu mereka gencarkan, orang-orang menyebutnya: "propaganda".

Kalau mau berkreasi itu janganlah masuk-masuk ke ranah syari'at, karena syari'at itu sudah jelas dan sudah lengkap, tinggal mau dijalankan apa tidak, itu saja selesai. Kalau mau berkreasi itu berkreasilah dalam urusan duniawiyyah, silakan mau berfilsafat apa saja, mau tentang ekonomi, mau tentang politik, mau tentang tekhnologi, atau tentang apapun yang penting bukan mengotak-atik ayat-ayat Allah Ta'ala dan sunnah-sunnah Rasulnya shallallahu 'alaihi wa sallam.

Allah Ta'ala menganugerahkan kepada kita sesuatu yang bernama imajinasi, di mana dengannya kita bisa membayangkan apa yang kita inginkan dan bisa menemukan apa yang masih misterius di alam semesta yang teramat sangat luas ini. Imajinasi tersebut akan memberikan faedah luar biasa kalau diarahkan pada jalurnya, namun kalau ia mulai melampaui batas yang telah ditetapkan syari'at maka tinggal tunggu saja kehancurannya.

Kita tidak menolak 100% materi filsafat, tapi kalau bisa ilmu khusus tentang itu tidak perlu untuk dipelajari, kita kasih tanda kutip: "ilmu khusus tentang itu" lantaran pembicaraan mengenainya memerlukan semacam perincian sehingga akan menghabiskan banyak tulisan di artikel ini. Oleh karenanya kita sampaikan sekedarnya saja yang penting maksud dan tujuan dari tema yang sedang kita bahas bisa tepat sasaran.

Ngomong-ngomong soal modifikasi, kreasi dan imajinasi, setiap bisnis juga memerlukan ketiga hal ini, oleh sebab itu akankah lebih baik kalau kita memoderatisasi bisnis yang kita kelola? Kehidupan ini begitu cepat berjalan, sehingga dengan tanpa adanya pembaharuan maka kita siap-siap saja untuk ditinggalkan.

Memoderatisasi bisnis yaitu menyeimbangkan berbagai hal dalam kegiatan bisnis. Seperti mengimbangi pembicaraan saat berhubungan dengan pelanggan, menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran, antara permintaan dan kemampuan, dan lain-lainnya.

Namun sebagai seorang muslim tidak lupa pula dengan menggunakan pertimbangan dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, karena bisnis pun tidak bisa lepas dari bab jual-beli, di mana hukum-hukumnya telah diatur di dalam Islam. Adapun akal yang mencakup pula imajinasi, kita arahkan untuk mengatur berbagai strategi guna mengatasi berbagai problem dalam urusan bisnis tersebut. Jadi lagi-lagi, bahwa akal harus tunduk pada dalil syar'i, meskipun itu urusan duniawi apalagi urusan aqidah dan 'ibadah, tentu lebih tunduk lagi, ini lantaran semuanya telah diatur oleh Islam.

Akan tetapi, kalau kita menyibukkan diri kita untuk memoderatisasi ajaran Islam, padahal ajaran Islam itu sudah sempurna, maka selain tidak ada untungnya juga kesibukan itu sangat-sangat merugikan, bukan saja merugikan diri-sendiri, malah ia dapat merugikan keluarga, teman-teman maupun masyarakat di sekitar kita.

Mereka mengatakan bahwa moderat adalah wasath, kalau ditinjau dari segi makna memang serupa namun sayang ia tidak sama di dalam penerapannya. Moderat lebih cenderung untuk menjadikan akal sebagai penyeimbang terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah, sementara wasath lebih cenderung untuk menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai penyeimbang terhadap akal. Maka moderat mengatur Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan menggunakan akal, sementara wasath mengatur akal dengan menggunakan Al-Qur'an dan As-Sunnah.


Gambar di atas merupakan salah satu model batu permata dengan bentuk bintang berjari lima. Ketika seorang pengrajin batu permata diminta untuk membuat model ini maka tentu dia tidak keberatan, namun apabila dia disuruh untuk bikin salib maka hendaknya dia menolak dengan baik orderan tersebut, demikianlah tindakan yang tepat berdasarkan pertimbangan dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sementara  menurut pertimbangan akal bahwa: "Bintang dan salib itu hanyalah urusan model, toh bahannya sama-sama terbuat dari batu, kalau tidak boleh bikin salib dikarenakan berpotensi disembah maka bisa saja orang menyembah lambang bintang, lagi pula saat ini kan susah untuk dapat orderan, daripada kosong mending terima saja, tarif upahnya juga lumayan, terlebih lagi pelanggan minta bikinkan dalam jumlah yang banyak dan seterusnya dan seterusnya..." Lihatlah betapa lemahnya pertimbangan akal jika tidak berpedoman dengan bimbingan dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.


Di bawah ini menunjukkan ketidak-beresan dari istilah Islam moderat:


Dalam prakteknya, justru mereka lebih mengedepankan akal ketimbang nash dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sehingga istilah dari Islam Moderat mestinya diganti dengan Insan Mudharat.

Jatuhkan Dia Lalu Pilih Saya (Pertemuan 20)


Pamer itu bukan riya' meski dalam riya' ada pamer dan tulus itu bukan ikhlas meski dalam ikhlash ada tulus. Riya' dan ikhlash itu merupakan perkara niat, dan kedua-duanya hanyalah masalah ibadah, bukan dalam urusan dunia.

Riya' itu adalah kalau seseorang beribadah kepada Allah Ta'ala disertai dengan niat agar orang lain memujinya, sehingga riya' tersebut masuk dalam kategori kesyirikan, yakni menyekutukan Allah Ta'ala dalam beribadah. Walaupun riya' tergolong syirik kecil namun dosanya sangat besar, semoga Allah Ta'ala menjauhkan kita dari sifat tercela ini, aamiiin...

Sedangkan ikhlash adalah kalau seseorang hanya beribadah kepada Allah Ta'ala tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Bisa juga dikatakan bahwa ikhlash itu hanya mengharap ganjaran dari Allah Ta'ala. Oleh karenanya kalau seseorang bersedekah dengan niat tulus tapi tidak berharap apa-apa maka itu bukan ikhlash namanya. Semoga Allah Ta'ala memasukkan kita semua ke dalam golongan orang-orang yang ikhlash, aamiiin...

Berbicara tentang ibadah adalah berbicara juga tentang cinta dan benci, yakni cinta karena Allah dan benci karena Allah. Mencintai Islam dan penganutnya dan membenci kekufuran beserta penganutnya, jika niat dan perjuangan seseorang berada dijalur yang dibenarkan maka insya Allah niat dan perjuangannya tidak akan disia-siakan oleh-Nya.

Islam tidak membenarkan peperangan antar suku maupun antar negara, maka barangsiapa yang gugur di medan perang semata-mata untuk membela suku maupun negara maka dia mati dalam keadaan matinya jahiliyyah.

Bagi orang yang ingin berjihad di jalan Allah, maka hendaknya dia memenuhi beberapa persyaratan yang ditetapkan oleh Islam, yang di antaranya adalah mendapatkan izin dari penguasa. Kalau tidak ada izin dari penguasa maka tidak syar'i pula jihadnya, karena mohon maaf tidak ada yang namanya jihad swasta.

Jadi niat yang ikhlash itu mesti didukung dengan cara-cara yang dibenarkan oleh syari'at. Seperti dilindunginya keamanan kaum kuffar di bawah kekuasaan penguasa muslim, maka menyakiti mereka merupakan sebuah pelanggaran terhadap ketaatan kepada penguasa.

Yang terbilang aneh dari kelakuan segelintir manusia dari abad ke abad adalah budaya menjatuhkan orang lain agar mereka memilih dirinya. Yakni dengan tekhnik mengicaukan kebencian antar etnis, sejarah tempo doeloe dan dalil-dalil agama. Manusia dengan model seperti ini biasanya sulit sekali untuk dibaca karena dia sangat pandai dalam berakting dan selalu berlindung di bawah pembelaan terhadap rakyat.

Bukannya berkarya lebih banyak, malah jatuhkan sana jatuhkan sini. Tiap kita kan seorang pemimpin, di mana tiap kita bertanggung-jawab atas siapa yang kita pimpin. Kita buat saja karya besar maka dunia akan segan kepada kita.

Sayangnya, semua maunya serba singkat, dalam 15 menit seseorang bisa disanjung dan dalam 15 menit seseorang bisa dijatuhkan. Lantas apa hubungannya dengan dunia batu permata? Dikarenakan tema dari artikel ini adalah tema tentang batu permata maka peristiwa apapun akan selalu kita kaitkan dengan batu permata.

Baiklah, sebelumnya kita simpulkan dulu apa yang telah kita uraikan tadi, bahwa: Tiap kita adalah pemimpin dan tiap kita bertanggung-jawab atas siapa yang kita pimpin, buat saja karya besar maka dunia akan segan kepada kita, jangan gunakan cara singkat yakni dengan tekhnik menjatuhkan seseorang agar manusia memilih kita.

Sesungguhnya dalam banyak bidang usaha, seringkali ada kasus yang nyaris mirip, seperti halnya usaha di bidang batu permata. Sebagaimana kata orang: "Kehidupan itu tidak selalu mulus". Ada saja pihak-pihak tertentu yang mempraktekkan kampanye hitam untuk membunuh karakter seseorang, padahal kehidupan menginginkan suatu karya, karya besar, karya yang mengagumkan, itu sudah.


Keris batu granit koleksi Bang Valdi Kiber


Minggu, 07 Agustus 2016

7 Model Liontin Inspiratif (Pertemuan 19)


Berikut ini menampilkan tujuh model liontin yang sangat inspiratif terkhusus untuk batu akik gambar, enam model itu diambil dari majalah IGS atau Indonesian Gemstone, jadi untuk selebihnya dapat kita temukan sendiri dari majalah tersebut.

Untuk mengangkat nilai dari suatu batu, baik untuk dijual maupun untuk dikonteskan, memang memerlukan semacam perlakuan ekstra, dan salah satunya adalah ini, yaitu menyesuaikan antara permata dan ikatannya, sehingga ia dapat tampil lebih menarik serta dapat mencuri hati akan minat dari pembeli maupun penilaian dari yuri.

Kepala suku Indian

Sampoerna

Dua permata dengan motif yang sama

Sangkar burung

Model ikatan mengikuti corak batu

Corak ulat dengan ikatan model daun

Model ikatan simple untuk akik pemandangan

Janganlah Mencerca Penguasa? (Pertemuan 18)


Janganlah kita membawa-bawa dalil agama kalau hanya untuk mencerca penguasa, karena perbuatan itu tidak ada ajarannya di dalam Islam, bahkan justru sebaliknya sekian dalil menunjukkan akan dilarangnya mencerca mereka.

Saat kaum muslimin meneriakkan anti kuffar mestinya menyadari bahwa mencerca penguasa merupakan ajaran kuffar. Saat kaum muslimin meneriakkan anti teroris mestinya pula menyadari bahwa mencerca penguasa pun merupakan ajaran teroris.

Lantas siapakah yang kita sebut sebagai penguasa? Kalau di negeri kita Indonesia penguasa itu mencakup presiden hingga seluruh staf-staf dibawahnya, termasuk juga aparat negara, baik itu tentara maupun polisi.

Kita tinggal di Indonesia ini sebenarnya cukup nyaman, ada pemerintah yang mengatur dan ada aparat untuk menjaga keamanan. Tidak jarang terjadi pada banyak permasalahan, kita sebagai rakyat seringkali meminta bantuan mereka.

Ketika seseorang mencerca penguasa sebenarnya ia sedang mempraktekkan ajaran kuffar dan teroris. Kita lihat saja sejarah terbentuknya paham demokrasi dan ham, di mana paham ini bermula dari Paris-Perancis yang notabenenya mereka merupakan kaum kuffar. Kita lihat pula apa yang ada dalam paham teroris yang begitu mudahnya mengafirkan penguasa muslim.

Sejatinya ajaran Islam adalah agama keselamatan, agama yang menyuruh umatnya untuk taat kepada penguasa selama tidak dalam hal maksiat kepada Allah Ta'ala. Kita dilarang untuk mencerca apalagi sampai memberontak kepada mereka.

Islam mengajarkan agar anak menghormati orang tuanya, istri menghormati suaminya, murid menghormati gurunya, dan yang muda menghormati yang lebih tua. Lantas bagaimana kalau kita berada pada posisi seorang pemimpin tatkala mendapati orang yang kita pimpin itu membangkang?

Anehnya, para provokator yang menyerukan untuk mencerca penguasa itu adalah calon-calon yang ingin diangkat sebagai penguasa, apa tidak berpikir kalau nantinya mereka bakal dibangkang pula sebagaimana dulunya mereka membangkang?

Kata orang: "Politik itu kotor", kalimat ini seolah politik itu hanya akan bisa berhasil kalau menggunakan cara-cara kotor. Apa seperti itu harusnya? Apa seperti itu yang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan para khulafaur-rasyidin teladankan?

Oleh sebab itu, kita sebagai rakyat yang tidak terkecuali juga para pemain batu permata untuk tidak menjadi ikut-ikutan dalam mendukung hal-hal yang berbau pencercaan terhadap penguasa. Bahkan kalau kita bisa bekerjasama dengan baik bersama mereka maka insya Allah kelimpahan berkah akan kita dapatkan.

Alih-alih untuk mencerca, justru kita memerlukan andil pemerintah baik pusat maupun daerah untuk diantaranya mengangkat kembali ekonomi Indonesia, baik itu harga karet, upah buruh dan tidak terkecuali juga tentang usaha perbatuan nusantara.

Kita ambil contoh mengenai batu permata yang tidak indah sebetulnya, yaitu batu pirus (persia) atau turkois (turki), akan tetapi ia sangat terkenal di seluruh dunia sehingga menimbulkan kebanggan tersendiri bagi pemakainya, lantaran batu pirus atau turkois itu pernah dijadikan pernak-pernik untuk menghiasi istana. Kita bisa bayangkan, apalagi kalau batu yang kenyataannya memang indah, seperti batu nusantara. Apabila dari pihak pemerintah Indonesia antusias dalam menangani hal ini maka insya Allah perbatuan Indonesia bakal menjadi permata kebanggaan di seluruh dunia sebagaimana batu pirus atau turkois itu tadi.

Oleh karena itu, tentulah tidak adil juga perlakuan segelintir kita terhadap penguasa, kalau pada suatu waktu kita mencercanya namun di waktu yang lain kita malah memerlukan bantuannya.


Liontin kujang batu jasper milik Ki Alan