Minggu, 21 Agustus 2016

Saat Ajaran Agama Dijadikan Lelucon Tindakan Apa yang Seharusnya Kita Ambil? (Pertemuan 33)


Kalau ada seorang pencela negara maunya dia dilaporkan ke Polri, tapi kalau ada pencela hadits dia mau dilaporkan ke mana?

Saat ini Indonesia memang dalam keadaan serba krisis, dari krisis ekonomi sampai krisis kecemburuan, yakni kecemburuan terhadap nama baik agama tatkala ia direndahkan. Seakan-akan tidak ada lagi beban perasaan oleh sebagian manusia Indonesia yang menertawakan ajaran Islam tersebut. Mengapa hal ini bisa terjadi? Ada beberapa sebab hal ini bisa terjadi, yang di antaranya adalah kurangnya mempelajari hadits, mungkin pula lantaran terlalu sibuk dalam belajar ilmu tashawwuf. Sehingga dampak berikutnya yang selalu muncul adalah:

1. Mengubah Bahasa Menjadi Lelucon

Sebuah kalimat dapat mempengaruhi banyak orang, sebagaimana sebuah penelitian tentang terganggunya jiwa manusia tatkala diberitahu bahwa pakaian yang sedang dia kenakan itu ternyata bekas dari pakaian seorang penjahat yang mati terbunuh.

Demikian pula sekiranya suatu bahasa jika ia dijadikan lelucon, maka secara otomatis bagi sebagian manusia bakal tertawa ketika mendengar atau membacanya. Ini dikarenakan jiwa manusia itu sesungguhnya teramat lemah, ia mudah terpengaruh oleh apa saja yang dapat menyentuhnya.

Ketika diberitakan tentang 'Arab Sa'udi melakukan pemajangan terhadap beberapa PRT, maka serentak netizen menjadi heboh, padahal itu hanya permainan bahasa belaka, di mana sebenarnya yang melakukan pemajangan tersebut hanyalah oknum tertentu yaitu dari salah satu agen penyalur PRT yang ada di sana, jadi hal itu bukanlah suatu usulan dari pemerintahnya apalagi dari para 'ulama'nya.

Ketika diberitakan tentang fatwa hukum wajibnya menyusui lelaki dewasa yang bukan muhrim juga sempat menggemparkan dunia maya, padahal tidak begitu bahasa yang seyogyanya dipublikasikan. Karena tidak ada 'ulama' Salafi yang mewajibkannya, melainkan hanya membolehkannya dan itupun dengan cara meminumnya dari gelas yakni berdasarkan beberapa hadits shahih yang berkenaan dengan itu.

Bahasa menunjukkan bangsa, itulah pepatah orang melayu, ini bermakna hendaknya kita menggunakan bahasa yang benar dalam berbicara. Terlebih lagi kala berbicara mengenai ajaran Islam yang mengatas-namakan firman Allah dan sabda Rasul-Nya semestinya lebih bagus lagi dalam membahasakannya.

2. Sedikit-sedikit "Dasar Wahhabi"

Kita menyadari bahwasanya yang mereka maksud dengan Wahhabi adalah Salafi, dari sini kita mendapati ternyata musuh terbesar NU adalah Salafi itu sendiri, asal saja ada yang tidak beres pada Sa'udi dan orang-orang 'Arab, mereka langsung bilang: "Dasar Wahhabi". Ini menunjukkan betapa sempitnya cara mereka berpikir, yakni menilai suatu kelompok dari orang-orangnya, apakah lantaran semua orang NU sudah dapat dipastikan bagus semua akhlaknya? Kalau ada oknum NU yang bermasalah apakah mereka terima kalau kita bilang: "Dasar NU"?

Negara 'Arab Sa'udi itu kan sangat luas dengan penduduk yang beraneka- ragam golongan, ada Syi'ah, ada Khawarij bahkan ramai pula yang ber'aqidah asy'ariyyah, sedangkan Salafi kalau mereka tahu termasuk minoritas saja di sana.

3. Simulasi debat praktis

Mereka juga sibuk memikirkan bagaimana cara praktis untuk berdebat dengan Salafi, membuat seolah-olah untuk mendebat Salafi tidak diperlukan ilmu yang memadai, jadi bahasanya pun dibuat selugu mungkin. Maka, bagaimana kiranya mereka bisa mendebat ahli hadits dengan argumentasi anak jalanan?


Ini merupakan gambar yang dikenal dengan batu pirus atau batu Persia dengan warna biru toska yang menarik, sebagai kebanggan bagi bangsa Persia, ia tergolong sejenis dengan batu turkois atau batu turki sebagai kebanggan bagi bangsa Turki. Batu pirus ini masyhur lantaran dahulu kala dijadikan pernak-pernik untuk menghiasai istana raja. Tingkat keras batu ini adalah 6 skala mohs, yaitu 1 tingkat di bawah batu kuarsa, sehingga perlu kehati-hatian pada saat memakainya dikarenakan batu dengan tingkat keras 6 tidak tahan terhadap goresan.  Batu permata bisa terangkat nilainya apabila terdapat suatu keunikan, adapun pirus bisa bernilai tinggi harganya apabila terdapat ada urat berwarna emas di sana.

Demikianlah setiap negara punya kebanggaan masing-masing, terutama benderanya, lambang negaranya, lagu kebangsaannya dan undang-undangnya. Apabila kebanggaan yang dimiliki oleh suatu negara direndahkan maka sikap yang diambil oleh orang-orang yang kental nasionalismenya dan kuat jiwa patriotnya langsung mengambil tindakan tegas memarahi bahkan tidak segan-segan menggampar pelakunya.

Demikian pula setiap agama pun punya kebanggaan sendiri-sendiri, terutama Tuhannya, utusan Tuhannya dan kitab sucinya. Terkhusus bagi kaum muslimin pasti membanggakan Allah Ta'ala beserta ayat-ayat-Nya yang termaktub di dalam Al-Qur'an dan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam beserta hadits-haditsnya yang termaktub di dalam As-Sunnah. Tatkala ayat-ayat Allah dan sunnah-sunnah Rasul-Nya dijadikan lelucon, apa reaksi yang sepatutnya kita ambil? 
a). Apakah diam saja? 
b). Ataukah membencinya? 
c). Atau malah tertawa terbahak-bahak? 
d). Ataupun meninggalkan pelakunya? 
e). Atau pula menasehatinya?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar