Tidak habis pikir, ada di kalangan kaum Nahdiyyin yang terlalu kental nasionalismenya, seakan-akan merasa bahwa hanya merekalah yang punya Indonesia, sehingga mau mengusir golongan manapun yang tidak sejalan dengan pemikirannya.
Apakah ini wajah sebenarnya NU? Ataukah ini karena pengaruh JIL yang kini merubah namanya menjadi JIN? Wallahu a'lam bish-shawab.
Apakah salah kalau kita mengatakan bahwa sistem demokrasi bukan dari Islam? Apakah salah kalau kaum muslimin menginginkan undang-undang yang sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah? Apakah salah kalau kita mempelajari kitab Hudud wa Jinayah?
Pada kesempatan yang menegangkan ini kita tidak akan menyinggung perihal kelompok-kelompok lain, lantaran ini urusan pribadi antara NU dengan Salafi.
Sebenarnya jenuh juga membahas tema tentang ini, tapi apa boleh buat, karena kita melihat sikap pembodohan yang dilakukan NU baru-baru ini sudah melampaui batas. Bagaimana tidak, ketika Salafi mengkritik beberapa perkara 'aqidah dan 'amaliyyah NU yang bertentangan dengan dalil-dalil Sunnah maka mereka membalasnya dengan menggunakan dalil-dalil fitnah. Ini semakin memperjelas bahwa NU memang suka mengada-ada.
Menuduh Salafi sebagai teroris dengan nama Wahhabi cukup membuktikan bahwa NU memang benar-benar asal bicara. Tidak ada sejarahnya bahwa Salafi pernah merongrong penguasa apalagi sampai melakukan kudeta, bahkan untuk kemerdekaan 'Arab Sa'udi pun murni karena dakwah tauhid, yakni sebagaimana yang menjadi prioritas dakwah para nabi 'alaihimus-salam terkhusus Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam.
Perkara terjadi penghancuran kubah yang berdiri di atas kuburan orang yang dianggap wali pada zaman Asy Syaikh Muhammad bin 'Abdul-Wahhab itu pun melibatkan aparat penguasa, lantaran di dapati di sana ramai orang-orang yang meminta berkah. Jadi bukan dilakukan secara perorangan maupun kelompok ta'lim. Jika penguasa mengizinkan maka penghancuran akan dilakukan tapi jika penguasa tidak mengizinkan maka hal itu tidak boleh untuk dilakukan.
Demikian pula konsep jihad Salafi, yang di antara persyaratannya adalah harus mengajukan permohonan izin kepada penguasa, seperti pada saat jihad di Ambon dan Yaman. Jika disetujui maka akan berangkat, tapi jika disuruh bubar maka harus ta'at.
Mengenai pemilu, Salafi memang tidak mau terlibat apalagi soal kepartaian, tapi di saat seseorang dinyatakan sah menjadi pemimpin negara dari hasil pemilu tersebut maka Salafi pun turut menyatakannya sah.
Tentang pemberontak negara, Salafi menyatakan bahwa halal bagi penguasa untuk membunuhnya sebagaimana yang dilakukan oleh aparat di era orde baru dan Densus 88 di era reformasi.
Kalau kita amati seluruh konsep yang ada pada Salafi maka kita akan berkesimpulan bahwa tidak satupun ajaran Salafi yang membolehkan untuk menyakiti penguasa, bahkan sebaliknya Salafi mengajak ummat untuk mendo'akan kebaikan kepada penguasa tersebut.
Ada seseorang bertanya: "Kalau kamu bermakmum di belakang seorang imam yang kamu tahu dia berkelakuan tidak baik maka bagaimana sikapmu? Kita jawab: "Tetap ta'at, selama dia tidak terjatuh ke dalam kekufuran, kalau jelas-jelas kita tahu bahwa dia seseorang yang kufur maka kita boleh bubar"
Dalam urusan hukum tabdi' dan takfir pun Salafi punya konsep yang ketat, jika kita menemukan ada penghalang-penghalangnya maka seseorang tidak boleh untuk ditabdi' apalagi ditakfir.
Disarankan bagi kita untuk mempelajari dulu konsep-konsep yang ada pada Salafi, karena jangan sampai terjadi lagi sesuatu yang tidak ada malah diada-adakan. Jika NU tidak setuju bahwa Allah Ta'ala berada di atas langit, Allah memiliki dua tangan, dua mata, dua telinga, betis dan telapak kaki, maka Salafi tetap meyakininya, hanya saja sifat Allah Ta'ala tersebut tidak sama dengan sifat makhluq'nya. Jika NU menyatakan bahwa Salafi adalah teroris, maka Salafi berhak menolaknya, lantaran Salafi juga antipati terhadap teroris.
Bicaralah seadanya, jangan sia-siakan kesempatan untuk jujur di dalam agama, kalau mau merinci maka rincilah dengan rincian yang baik. Terlebih lagi NU kan bukan organisasi kecil, hendaknya lebih profesionallah dalam mengkritisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar