Senin, 06 Februari 2017

Daftar Isi Pertemuan 1-100 Panduan Bisnis Batu Permata

Daftar Isi Pertemuan 1-100 Panduan Bisnis Batu Permata
1. Kecewa Salah Beli Batu?
2. Batu Hanya Musiman?
3. Daftar Edisi Majalah IGS 1-31
4. Nasehat yang Menyesatkan
5. Sambil Menyelam Cari Batu
6. Layakkah Batu Permata Dijadikan Bisnis?
7. Apa Hebatnya Bisnis Batu Permata?
8. Penyebab Kehancuran Bisnis
9. Mengapa Batu Saya Belum Laku-laku
10. Tahun Batu Bukan Tahun Batu
11. Selusin Problem Batu Permata
12. Harga Terbaru Batu Permata 2016
13. Bagaimana Cara Membuat Faset Princess Cut Secara Manual?
14. Batu Apa yang Trendy Sepanjang Masa?
15. Jual Ular dengan Harga Naga
16. Bagaimana Cara Menjual Barang yang Mahal Agar Cepat Laku?
17. Apa yang Sebenarnya Kita Teropong?
18. Jangan Mencerca Penguasa
19. 7 Model Liontin Inspiratif
20. Jatuhkan Dia Lalu Pilih Saya
21. Islam Moderat atau Insan Mudharat
22. Perpecahan Bukan karena Banyak Mesjid
23. Mengapa Tidak Serang Saja Israel dan Palestina?
24. Hukum Permintaan Lebih Besar daripada Kemampuan
25. Mereka Menyebutnya Sawabi
26. Membantah Muhammad Haidar Si Anak Jalanan
27. Tiap Bisnis Punya Keunikan Masing-masing
28. Saat Sulit Jangan Pelit
29. Perbedaan Salafi, Wahhabi dan ISIS
30. Usaha Rentan Komplain
31. Membantah Abdullah Ade
32. Memangnya NARI Cuma NU yang Punya
33. Saat Agama Dijadikan Lelucon, Tindakan Apa yang Seharusnya Kita Ambil?
34. Klarifikasi 9 Prinsip Salafi yang Sering Disalah-Fahami
35. Rahasia Di Balik Nilai
36. Dituduh sebagai Mujassimah dan Musyabbihah, Ini Dia Bantahan Salafi
37. Ternyata Teroris Berakidah Asy'ariyyah
38. Takfiri Itu Apa dan Siapa?
39. Apa Itu Syubhat?
40. Ternyata Salafi Lebih Masuk Akal
41. Manhaj Salaf yang Jarang Diketahui namun Penting
42. Memahami Makna Manhaj, Sunnah,Atsar, Syari'at, Shirath, Thariq, Sabil dan Sirah
43. Apabila Logika Dipaksakan untuk Ikut Campur Urusan Islam
44. Mengenal Dinul-Muslimin dan Dinul-Kuffar
45. Isu Hidup Program Hidup
46. Syubhat yang Mengerti Tafsir Hanya Allah dan Rasul-Nya
47. 7 Organisasi Teroris Dunia
48. Khawarij Keluar dari Millah
49. Demokrasi di Mata Ahlus-Sunnah
50. Sejarah Pergantian Daulah Islamiyyah
51. Hajar Aswad akan Diangkat Menjelang Kiamat
52. Sejarah Keruntuhan Baghdad
53. Mengapa Berhala Disembah?
54. Benih-benih Radikalisme
55. Kupas Tuntas Tentang Niat
56. Al-Qur'an Bukan Teori
57. Bathilnya Terjemahan Tiada Tuhan Selain Allah
58. Iman Tak Berlaku Pada yang Dapat Diindera
59. Maunya Menasehati Pemerintah tapi Tidak Mau Dinasehati Ulama' Sunnah
60. Antara Kebenaran dan Penistaan Agama
61. Fiqih Empat Imam Madzhab Juga Sama
62. Mengapa Ulama' Berbeda Pendapat
63. Membantah Seribu Perkara yang Katanya Allah Tidak Mampu
64. Black Hole Bukan Kiamat
65. Membantah Pencari Tuhan
66. Hukum Membantah Ahlul-Ahwa'
67. Mengapa Belajar dari Hewan
68. Hukum Tasyabbuh
69. Posisi Rudud dalam Islam
70. Islam Bukan Rebutan Kekuasaan, Kisah Musailamah Al-Kadzdzab
71. Membantah Tidak Takut Neraka
72. Nasab Nabi Muhammad sampai Adam
73. Sebelum Bilang Orang Lain Bodoh
74. Apa Jadinya Nahi Munkar Jika Tidak Bersama Penguasa
75. Situs Sejarah Islam di Haramain Tidak Ada yang Hilang
76. Terkenalnya Kisah Rabi'ah bin Nashr 77. Logo Mata di Saudi
78. Hadits 12 Khalifah Bukan Rafidhah
79. Di Langit Juga Ada Ka'bah
80. Membantah Akidah Nur Muhammad
81. Ada Apa dengan Bintang Segi 8?
82. Pernah Lihat Tanduk Setan?
83. Gara-gara Tokek Hancur Akidah Kakek
84. Percobaan Mencuri Jasad Nabi
85. Kisah Hancurnya Yaman oleh Bangsa Habasyah
86. Fitnah Perongrong Daulah Islamiyyah
87. Mengapa Harus Menulis?
88. Soal Benteng Ottoman yang Musnah
89. Siapakan Iran bin Dzi Yazn
90. Siapakah Kaum Himyar
91. Semua Tentang 'Abdul-Muththalib
92. Tidak Ada Lingga Yoni di Ka'bah
93. Penjelasan Benci karena Allah
94. Takdir Bukan Skenario
95. Wajib Menyalahkan yang Salah
96. Indonesia Bukan Suriah
97. Bahasa dari Manakah Surga, Neraka, Puasa, Bidadari dan Agama?
98. Ini Dia Tata Cara Shalat dalam Al-Qur'an
99. Bagi yang Merasa Bahwa Siksa Akhirat Merupakan Kekejian
100. Ahlus-Sunnah Bukan Shufiyyah

Sabtu, 04 Februari 2017

Ahlus Sunnah Bukan Shufiyyah (Pertemuan 100)

Pembaca yang baik hati, sebelum penulis menyebutkan perbedaan antara ahlus-sunnah dan shufiyyah, ada baiknya penulis menyebutkan terlebih dahulu 25 keyakinan ahlus-sunnah, semoga pembaca dapat mengoreksi apakah bersesuaian ataukah bertolak belakang dengan keyakinan-keyakinan pembaca:

25 KEYAKINAN AHLUS-SUNNAH
1. Ahlus-Sunnah mengambil 'aqidah hanya terbatas dari dua sumber, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah, yang tentunya dengan pemahaman As-Salafush-Shalih. As-Sunnah di sini mencakup hadits shahih dan hasan, baik yang diriwayatkan secara mutawatir maupun melalui satu jalur periwayatan, atau yang dikenal dengan istilah hadits ahad. Adapun As-Salafush-Shalih mencakup para shahabat radhiyallahu 'anhum, tabi'in dan tabi't-tabi'in rahimahumullah.
2. Tidak menjadikan mimpi selain mimpi para nabi 'alaihimus-salam sebagai wahyu. Karena tidak ada selain nabi yang mendapatkan wahyu. Adapun ilham, selama ia tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah maka sah-sah saja untuk dilaksanakan, sebagaimana 'Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu yang mendapat ilham untuk memundurkan maqam Ibrahim yang sebelumnya menempel di ka'bah agar orang yang shalat di hadapannya tidak menghadang orang yang thawwaf.
3. Meyakini bahwa ruh Nabi Adam ,'Isa dan Muhammad 'alaihimush-shalatu was-salam sebagai makhluk, ruh terbaik dari ruh-ruh yang Allah Ta'ala ciptakan.
4. Meyakini bahwa Nabi Adam 'alaihis-salam sebagai manusia pertama yang Allah Ta'ala ciptakan, yang otomatis ruh manusia yang pertama kali diciptakan adalah ruh Nabi Adam, bukan ruh Nabi Muhammad 'alaihimash-shalatu was-salam.
5. Meyakini bahwa kalimat yang disampaikan kepada Nabi 'Isa 'alaihis-salam adalah kalimat "kun" (jadilah). Bukan firman Allah Ta'ala yang berubah menjadi manusia.
6. Meyakini bahwa al-jannah (surga) adalah tempat yang penuh kenikmatan, yang kenikmatannya itu mencakup kenikmatan nafsiyyah (jiwa), qalbiyyah (hati) dan jasadiyyah badaniyyah (jasad badan).
7. Meyakini bahwa an-nar (neraka) adalah tempat siksaan yang siksaannya itu mencakup siksaan nafsiyyah, qalbiyyah dan jasadiyyah badaniyyah.
8. Meyakini bahwa huriyyah (bidadari) itu akan dijadikan istri untuk lelaki penghuni al-jannah yang bisa dinikmati secara nafsiyyah, qalbiyyah, jasadiyyah badaniyyah.
9. Memaknai kalimat La ilaaha illallaah adalah Laa ma'buuda bihaqqin illallaah (Tiada yang berhak di'ibadahi kecuali Allah). Karena ilah artinya "yang di'ibadahi", sementara "berhak" lantaran hanya Allah Ta'ala lah ilah yang haqq, sedangkan ilah-ilah selain-Nya adalah bathil.
10. Meyakini bahwa ber'ibadah kepada Allah Ta'ala karena didorong oleh rasa mahabbah (cinta), khauf (takut) dan raja' (harap).
11. Meyakini bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah Ta'ala, dan Dia bersemayam di atas 'arsy, 'arsy-Nya di atas air, air tersebut di atas kursi, kursi itu tempat Dia meletakkan telapak kaki-Nya, dan kursi tersebut di atas langit yang ketujuh. Ini sebagai bantahan bagi orang yang menyatakan bahwa Allah Ta'ala berada di mana-mana atau bantahan bagi orang yang menyatakan bahwa Allah Ta'ala berada di atas 'arsy namun dia tidak tahu 'arsy itu di mana, apakah di langit ataukah di bumi.
12. Meyakini bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah Ta'ala, dan Dia menciptakan Nabi Adam 'alaihis-salam dengan kedua tangan-Nya. Kedua tangan Allah terbentang, Dia melimpahkan rezeki kepada makhluk-makhluk-Nya, ini sebagai bantahan bagi orang yahudi yang menyatakan bahwa tangan Allah terbelenggu yakni pelit dalam memberi rezeki.
13. Meyakini bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah Ta'ala, dan Dia berbicara langsung kepada Nabi Musa 'alaihi-salam. Karena Allah Ta'ala disifatkan dengan berbicara, sementara patung-patung disifatkan dengan bisu, ilah -ilah yang bisu tidak layak dijadikan ilah.
14. Meyakini bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah (perkataan Allah) bukan makhluk, di mana perkataan Allah itu tersimpan di lauh mahfuzh, yang tertulis di atas lembaran-lembaran kitab, yang dibaca, didengar dan dihafal oleh manusia.
15. Meyakini bahwa takdir Allah Ta'ala sudah ditetapkan dan tidak bisa diubah. Allah Ta'ala tidak mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri-diri mereka dan memudahkan mereka mencapai takdirnya masing-masing. Oleh karenanya tidak diperkenankan bagi seorang hamba untuk menyerah pada takdir sehingga meninggalkan 'amal.
16. Meyakini bahwa tidak ada manusia setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diutus bisa keluar dari syari'at beliau, sebagaimana Nabi Khidhir bisa keluar dari syari'at Nabi Musa 'alaihimas-salam.
17. Meyakini bahwa sihir yang di antaranya santet (memisahkan dua orang yang bersatu) maupun pelet (menyatukan dua orang yang terpisah) adalah kufur besar, yang dapat membatalkan keislaman seseorang.
18. Meyakini bahwa tidak bolehnya menjadikan makhluq ghaib sebagai perantara dalam ber'ibadah kepada Allah Ta'ala. Makhluk ghaib di sini seperti malaikat dan jin serta roh manusia. Termasuk kategori ghaib apabila seseorang tidak hadir yang dalam keadaan dia tidak mengetahui apa yang diminta oleh orang yang meminta.
19. Meyakini bahwa tidak bolehnya beri'tikaf di kuburan, thawwaf atau mencari berkah di sana. Karena beri'tikafnya lelaki di mesjid dan beri'tikafnya perempuan di rumah. Adapun thawwaf maka tempatnya hanyalah ka'bah, sedangkan mencari berkah maka kuburan bukan difungsikan untuk itu, karena menziarahi kuburan hanyalah agar manusia ingat akan mati sambil menyampaikan salam buat ahli kubur dan mendo'akan ampunan dan syafa'at buat mereka, itu sebenarnya yang dibutuhkan oleh ahli kubur, bukan malah berdo'a (meminta) kepada mereka dan bukan pula malah menyuruh mereka agar menyampaikan do'a peziarah kepada Allah Ta'ala.
20. Meyakini bahwa tawassul yang disyari'atkan adalah tawassul dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta'ala, dengan sebab kalimat tauhid, dengan adanya keimanan, dengan dilakukannya amal shalih dan dengan ditinggalkannya maksiat.
21. Meyakini bahwa selain dari Allah Ta'ala tidak ada yang mengetahui perkara-perkara ghaib yang di antaranya kejadian yang akan datang, baik itu malaikat maupun nabi. Jika malaikat dan nabi saja tidak mengetahui perkara-perkara ghaib apalagi wali, apalagi paranormal. Malaikat dan nabi mengetahui perkara-perkara ghaib adalah setelah diberitahu oleh Allah Ta'ala.
22. Mengakui bahwa perkara ibadah seperti shalat, zakat, shaum, haji dan yang semisalnya termasuk tauqifiyyah (kesepakatan) yakni berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Adapun ijma' maka ia dijamin keshahihannya karena tidaklah Allah Ta'ala menghimpun ummat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam di atas kesesatan. Sementara qiyash tidak digunakan kecuali dalam keadaan terdesak.
23. Mengakui bahwa iman itu harus diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan. Iman itu bisa bertambah dan berkurang, bertambah dengan keta'atan dan berkurang dengan kemaksiatan.
24. Mengakui bahwa manusia terbaik setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sesuai dengan urutan al-khulafa'ur-rasyidin, yaitu dimulai dari Abu Bakr, kemudian 'Umar, kemudian 'Utsman, kemudian 'Ali radhiyallahu 'anhum. Adapun Mu'awiyyah radhiyallahu 'anhu merupakan raja pertama dalam Islam yang terbaik di dunia.
25. Mengakui bahwa Imam Mahdi itu dari jalur keturunan Hasan bin 'Ali radhiyallahu 'anhuma. Ini sebagai bantahan bagi kaum rafidhah yang menyatakan Imam Mahdi dari jalur keturunan Husain bin 'Ali radhiyallahu 'anhuma.

BAGAIMANA AGAR ALLAH TA'ALA MENCINTA HAMBA-NYA?

Baiklah, sekarang kita baca dua kalimat berikut:
1). Cinta kepada Allah Ta'ala adalah cinta kepada Dzat-Nya (Allah Ta'ala sendiri), tidak karena kebaikan-Nya, seperti menyelamatkan hamba-Nya dari an-nar dan memasukkannya ke dalam al-jannah.
2). Jika Allah Ta'ala telah mencintai hamba-Nya, maka Allah Ta'ala akan menyelamatkannya dari an-nar dan memasukkannya ke dalam al-jannah.

Dalam hal ini, Allah Ta'ala mengatakan:
قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله و يغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم
"Katakanlah (wahai Muhammad kepada ummatmu): Jika memang kalian cinta kepada Allah maka turutilah aku, niscaya Allah akan cinta pula kepada kalian, dan akan mengampuni dosa-dosa kalian, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Ali 'Imran: 31)

Yakni:
Wujud dari cinta kepada Allah Ta'ala adalah kembali kepada syari'at yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Di mana Al-Qur'an dijelaskan oleh As-Sunnah, sedangkan As-Sunnah sendiri adalah Al-Hadits yang tercakup di dalamnya 3 hal: perkataan, perbuatan dan persetujuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

SYA'IR RAB'IAH AL-ADAWIYYAH DAN BERIKUT BANTAHANNYA

Berkata seorang shufi yang bernama Rabi'ah Al-Adawiyyah:
1). "Ya Ilahi, jika sekiranya aku beribadah kepada Engkau karena takut akan siksa neraka, maka bakarlah aku dengan neraka-Mu.
2). Dan jika aku beribadah kepada Engkau karena harap akan masuk surga, maka haramkanlah aku daripadanya.
3). Tetapi jika aku beribadah kepada Engkau karena semata-mata kecintaanku kepada-Mu, maka janganlah, ya Ilahi, Engkau haramkan aku melihat keindahan-Mu yang azali".

Apabila perkataan tadi ditinjau secara zhahir (harfiyyah) maka Rabi'ah Al-Adawiyyah ini benar-benar ingin mencintai Allah Ta'ala semata, sehingga dia menghilangkan dua syari'at yaitu khauf dari an-nar dan raja' terhadap al-jannah, yakni meniadakan takut dari neraka dan meniadakan pula harap terhadap surga. (Diharapkan bagi pembaca untuk benar-benar memahami paragraf ini sebelum lanjut ke paragraf berikutnya)

Dari sinilah kaum shufi tertipu dalam membedakan antara cinta, takut dan harap. Memang cinta kepada Allah itu adalah cinta kepada Dzat-Nya, namun manusia juga disuruh oleh Allah Ta'ala untuk takut dari neraka dan harap terhadap surga.

Allah Ta'ala mengatakan tentang takut dari neraka:
واتقوا النار التي أعدت للكافرين
"Dan takutlah kalian dari neraka yang telah disediakan untuk orang-orang kafir" (QS. Ali 'Imran: 131)

Allah Ta'ala menceritakan tentang do'a Nabi Ibrahim 'alahis-salam yang mengharap surga:
واجعلني من ورثة جنة النعيم
"Dan jadikanlah aku orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan" (QS. Asy-Syura: 85)

Berkata sebagian ulama salaf:
1). Barangsiapa beribadah kepada Allah karena didorong rasa cinta saja, maka dia seorang zindiq (munafiq)
2). Barangsiapa beribadah kepada Allah karena didorong rasa takut saja, maka dia seorang haruri (khawarij)
3). Barangsiapa beribadah kepada Allah karena didorong rasa harap saja, maka dia seorang murji' (murji'ah).
4). Barangsiapa beribadah kepada Allah karena didorong rasa cinta, takut dan harap, maka dia seorang mu'min muwahhid (ahli tauhid) (Lihat Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyyah)

DALIL-DALIL KHAUF

Berikut ini dalil-dalil tentang khauf (takut) kepada Allah Ta'ala dan takut pula dari neraka-Nya:

Allah Ta'ala memerintahkan kepada hamba-Nya untuk takut hanya pada-Nya:
إنما ذالكم الشيطان يخوف أولياءه فلا تخافوهم و خافون إن كنتم مؤمنين
"Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaithan yang menakut-nakuti (kalian) dengan kawan-kawannya, maka janganlah kalian takut kepada mereka, tapi takutlah kalian hanya kepada-Ku jika kalian benar-benar orang yang beriman" (QS. Ali 'Imran: 175)

Dan dalam ayat lainnya:
و إياي فارهبون
"Hanya kepada-Ku lah kalian harus takut" (QS. Al-Baqarah: 40)

Allah Ta'ala memerintahkan agar hamba-Nya takut terhadap neraka:
واتقوا النار التي أعدت للكافرين
"Dan takutlah kalian dari neraka yang telah disiapkan untuk orang-orang kafir" (QS. Ali 'Imran: 131)

Allah Ta'ala menyebutkan tentang do'anya ulul-albab (orang-orang yang berakal):
سبحانك فقنا عذاب النار
"...Maha Suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari siksa neraka" (QS. Ali 'Imran: 191)

(Telah diulas pada pertemuan 71: Membantah Tidak Takut Neraka), mari lihat kembali apa yang dikatakan oleh Rabi'ah Al-Adawiyyah: "Ya Ilahi, jika sekiranya aku beribadah kepada Engkau karena takut akan siksa neraka, maka bakarlah aku dengan neraka-Mu". Coba adu dengan ayat ini: "Dan takutlah kalian dari neraka yang telah disiapkan untuk orang-orang kafir" (QS. Ali 'Imran: 131) dan adu dengan do'a Nabi Ibrahim 'alaihis-salam: "...Maha Suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari siksa neraka" (QS. Ali 'Imran: 191).

DALIL-DALIL RAJA'

Di bawah ini dalil raghbah (harap) dan rahbah (cemas):

Allah Ta'ala memuji Nabi Zakaria dan juga Nabi Yahya 'alaihimas-salam:
إنهم كانوا يسارعون في الخيرات ويدعوننا رغبا و رهبا و كانوا لنا خاشعون
"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdo'a kepada kami dengan harap dan cemas, dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami" (QS. Al-Anbiya': 90)

Mari lihat kembali perkataan Rabi'ah Al-Adawiyyah: "Dan jika aku beribadah kepada Engkau karena harap akan masuk surga, maka haramkanlah aku daripadanya". Coba adu dengan do'a Nabi Ibrahim 'alaihis-salam: "Dan jadikanlah aku orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan" (QS. Asy-Syura: 85).

PERBEDAAN ANTARA AHLUS-SUNNAH DAN SHUFIYYAH

Sebagian kaum shufi membantah kalau dirinya tidak takut neraka dan tidak mengharapkan surga. Mereka menjelaskan bantahannya itu dengan logika mereka. Ini tidak aneh, karena sumber pengambilan 'aqidah mereka di samping Al-Qur'an dan As-Sunnah juga akal sehat, bahkan jika ada dalil baik dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah yang bertentangan dengan akal sehat mereka, maka akal sehatlah yang menang, sementara dalil harus tunduk kepada akal sehat, ini sesuai dengan hadits munkar palsu yang mengatakan bahwa: "akal adalah agama, maka barangsiapa yang tidak menggunakan akalnya maka tidak ada agama baginya" (Hadits Munkar Palsu Riwayat Ahli Akal). Seandainya kesalahan shufiyyah cuma ini, maka sudah lebih dari cukup untuk sebagai bukti bahwa shufiyyah itu melenceng dari al-haqq.

Kaum shufi membagi dinul-Islam menjadi 4 tingkatan, yaitu syari'at, hakikat, tariqat, ma'rifat. Di mana bagi mereka syari'at sebagai kulit, sedangkan intinya adalah tashawwuf. Ini sama saja kaum shufi itu mengaku lebih paham dinul-Islam dibandingkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat beliau radhiyallahu 'anhum. Sedangkan tidak ada satu imam hadits pun yang meriwayatkan tafsir ala tashawwuf dan tidak ada pula satu imam madzhab pun yang memakai metode tashawwuf dalam kaedah-kaedah fiqih mereka. Justru yang ada malah ilmu tashawwuf itu dibantah dengan keras oleh para imam hadits dan para imam madzhab. Pertanda apa ini? Seandainya cuma ini kesalahan tashawwuf maka sudah lebih dari cukup sebagai bukti untuk menyatakan bahwa shufi adalah aliran yang sangat jauh menyimpang dari jalan sunnah. Baiklah, adapun bantahan yang lainnya insya Allah bisa pembaca dapatkan dari berbagai artikel yang bertebaran di internet. Na'am sampai di sini, wallahu a'lam.

Jumat, 03 Februari 2017

Bagi yang Merasa bahwa Siksa Akhirat merupakan Kekejian (Pertemuan 99)

Ketika orang-orang atheis merasa bahwa siksaan akhirat merupakan kekejian, maka mereka semakin yakin akan tidak perlunya pada dinul-Islam. Sikap mereka itu kurang-lebih sama dengan sikap pengingkaran kaum nabi-nabi terdahulu yang di'adzab oleh Allah Ta'ala.

Kalimat "sekeji inikah...?" yang diucapkan oleh orang-orang atheis pada hakikatnya memang bisa terkesan positif dan bisa pula terkesan negatif.

Bagi seorang muslim, kalimat "sekeji inikah...?" dapat bernilai positif; seolah-olah seseorang berkata dalam hatinya: "Sekeji inikah hukuman yang kudapat jika aku melakukan hal ini? Sungguh aku takut, jika aku berbuat maksiat terhadap Rabb-ku maka aku akan di'adzab pada hari yang dahsyat"

"Sesungguhnya jika aku berbuat maksiat terhadap Rabb-ku, sungguh aku takut akan 'adzab pada hari yang besar (kiamat)". (QS. Yunus: 15)

Namun tidak demikian bagi orang-orang atheis yang justru lebih cenderung negatif; seolah-olah seseorang protes pada hukuman yang dijatuhkan terhadap pelaku pelanggaran: "Sekeji inikah hukuman yang kudapat jika aku melakukan hal ini? Sungguh ini tidak berperi-kemanusiaan".

Adapun pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis akan menguraikan tinjauan secara negatif saja, lantaran inilah yang biasa dilontarkan oleh orang-orang atheis untuk menghancurkan iman kaum muslimin.

"Allah berkata: 'Wahai hamba-Ku, sesungguhnya aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku...'" (HR. Muslim, no. 2577)

Yakni: Keputusan Allah Ta'ala bersifat muthlaq, dan tidaklah Dia disifatkan dengan kezhaliman. Dia mengharamkan kezhaliman atas diri-Nya, sehingga Dia melarang makhluk-Nya untuk berbuat zhalim. Oleh karenanya adalah suatu keadilan dengan dihukumnya orang-orang yang zhalim, dan merupakan suatu kezhaliman apabila orang-orang zhalim itu dibiarkan begitu saja tanpa pertanggung-jawaban. Karena zhalim adalah lawan dari kata adil, atau ia berarti salah letak, bukanlah suatu keadilan jika orang yang tidak bersalah diadzab, sebab itu bukan tempat yang tepat.

Untuk pendekatan:

1. Alam semesta ini memang dikenal tidak punya selera humor, badai tornado akan menyapu apa saja yang dilewatinya, ia menerbangkan mobil bahkan rumah, ia menghancurkan kota, dan ia banyak menelan korban jiwa. Meskipun begitu mengerikan, orang-orang cuma bisa maklum seraya bilang: "Itu bencana alam"

2. Betapa banyak mangsa harimau yang telah berusaha lepas dan akhirnya tidak bisa berbuat banyak kecuali pasrah menanti ajalnya. Mangsa itu diperlakukan sedemikian rupa, tanpa ampun, lalu disantap dengan lahapnya. Meskipun begitu mengerikan, orang-orang cuma bisa maklum seraya bilang: "Itu hewan yang tak punya akal".

3. Seorang Raja mempunyai peraturan, kalau ada yang melahirkan bayi laki-laki maka akan dibunuh. Sebagai rakyat lemah yang masih menetap di negeri itu, jika bayi laki-laki mereka dirampas oleh pasukan Raja, betapapun sedihnya cuma bisa bilang: "Itu Raja yang zhalim".

4. Selihai bagaimana pun seseorang dalam melakukan protes ternyata tidak berguna, karena badai tornado, harimau dan Raja tidak peduli, tidak mau tahu.

"Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat kami, lalu kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan" (QS. Thaha: 126)

Yakni:
Kamu dulu sewaktu di dunia tidak menghiraukan tanda-tanda kekuasaan Allah Ta'ala, baik yang berupa alam semesta maupun Al-Qur'an. Bukannya kamu mengambil pelajaran dan memperbaiki diri, malah mendustakan dan sibuk dengan protes. Maka pada hari peradilan ini kamu tidak dihiraukan juga sebagaimana kamu tidak menghiraukan ayat-ayat-Nya. Keluhanmu tidak akan digubris, apalagi protesmu tidak akan menyelamatkan kamu dari adzab yang bakal menimpamu.

5. Allah Ta'ala memberikan peluang bagi manusia untuk bertaubat dan memperbaiki diri sampai ajal tiba:

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri" (QS. Al-Baqarah: 222)

Yakni;
Allah Ta'ala cinta kepada orang-orang yang bertaubat dari dosa-dosa yang telah mereka lakukan, dengan cara menyesalinya dan menggantinya dengan perbuatan baik, karena perbuatan baik akan menghapus perbuatan jelek, dan dengan cara berwudhu', karena wudhu' akan menggugurkan dosa-dosa.

6. Tidak berguna menunda keimanan sampai ajal menjemput nyawa:

"Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), 'Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan'. Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Rabbnya (tentulah kamu melihat peristiwa yang mengharukan). Berkata Allah, 'Bukankah (kebangkitan) itu benar?'. Mereka menjawab, 'Sungguh benar, demi Rabb kami'. Berkata Allah, 'Karena itu rasakanlah 'adzab ini, disebabkan kamu mengingkari(nya)" (QS. Al-An'am: 29-30)

Yakni:
Semasa di dunia, mereka mendustakan kebenaran akan datangnya hari kebangkitan, sehingga mereka tidak beriman, tidak beramal, tidak mengajak manusia kepada jalan yang lurus dan tidak bisa bersabar atas musibah yang menimpa mereka. Akibatnya di akhirat.mereka tinggal memetik hasilnya, yaitu 'adzab nar.

7. Semua berjalan di atas takdirnya masing-masing:

"Beramallah kalian karena semuanya dimudahkan untuk mencapai (takdir) yang diciptakan untuknya" (HR. Muslim)

Point 7 ini telah dijelaskan pada pertemuan 93: Takdir Bukan Skenario.

Yakni:
Merugilah orang-orang yang dimudahkan untuk menempuh jalan-jalan ahli nar sehingga dia dilemparkan ke nar, sebagaimana seorang atheis yang mati dalam keadaan atheis. Dan beruntunglah orang-orang yang dimudahkan untuk menempuh jalan-jalan ahli jannah sehingga dia dipersilakan masuk jannah, sebagaimana seorang shalih yang mati dalam keadaan shalih.

Wallahu a'lam

Rabu, 01 Februari 2017

Ini Dia Tata Cara Shalat dalam Al-Qur'an (Pertemuan 98)

Apakah tata cara shalat tidak ada dalam Al-Qur'an? 7 dalil di bawah ini semoga menjawabnya, insya Allah:

1. Perintah untuk mengerjakan dan berdiri di dalam shalat:
"Dan hendaklah kalian mendirikan shalat..." (QS. Al-Baqarah: 43)
Yakni: Hendaklah kalian mengerjakan shalat dengan berdiri, apabila tidak sanggup maka dengan duduk, apabila tidak sanggup maka dengan  berbaring, apabila tidak sanggup maka dengan isyarat mata, apabila masih juga tidak sanggup maka berarti dia telah mati sehingga tinggal dishalatkan.

2. Perintah untuk shalat berjama'ah:
"...dan ruku'lah kalian bersama orang-orang yang ruku'" (QS. Al-Baqarah: 43)
Yakni: Hendaklah kalian shalat dengan berjama'ah, apabila kalian masbuq namun masih mendapatkan ruku'nya imam maka shalat kalian sempurna. Namun apabila kalian tidak mendapatkan ruku'nya imam maka hendaknya kalian menambah jumlah raka'at yang tertinggal.

3. Perintah untuk ruku' dan sujud
"Wahai orang-orang yang beriman ruku'lah kalian, sujudlah kalian, beribadahlah kepada Rabb kalian..." (QS. Al-Hajj: 77)
Yakni: Sempurnakanlah ibadah shalat kalian dengan ruku' dan sujud

4. Perintah untuk mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, terutama dalam tata cara shalat:
"Katakanlah, jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku..." (QS. Ali 'Imran: 31)
Yakni: Ikutilah contoh teladan kalian itu, terutama dalam tata cara beribadah, terlebih lagi dalam tata cara shalat, jika kalian cinta kepada Allah Ta'ala.

5. Ancaman jika tidak mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan jalannya orang-orang yang beriman, terutama dalam tata cara shalat:
"Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang yang beriman, maka Kami biarkan dia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk buruk tempat kembali" (QS. An-Nisa: 115)
Yakni: Jika kalian tidak mau menerima apa yang datang dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, padahal sudah jelas pada kalian kebenaran. Dia tidak mau mengikuti apa yang diajarkan oleh para shahabat beliau dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, dalam hal cara berakidah maupun beribadah, yang di antaranya adalah shalat, maka kalian sesat dan tempat kalian adalah nar Jahannam.

6. Hadits adalah wahyu
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan". (QS. An-Najm: 3-4)
Yakni: Al-Qur'an dan Al-Hadits itu sama-sama wahyu yang diwahyukan oleh Allah Ta'ala. Di mana keduanya seperti sekeping koin yang kedua sisinya tak mungkin bisa untuk dipisahkan. Dengan demikian bahwa tata cara shalat ada di dalam Al-Qur'an karena Al-Qur'an memerintahkan detailnya untuk merujuk kepada Al-Hadits.

7. Perintah untuk mengambil apa yang ada pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam baik ucapan maupun perbuatan beliau terutama dalam tata cara shalat.
"Apa yang datang kepada kalian dari Rasul, maka ambillah..." (QS. Al-Hasyr: 7)
Yakni: Al -Hadits itu jangan dibuang, karena ia bagian dari wahyu, jangan sampai hanya gara-gara kalian lemah dalam ilmu hadits lalu seenaknya saja kalian membuangnya.
Wallahu a'lam

Selasa, 31 Januari 2017

Bahasa dari Manakah Surga, Neraka, Puasa, Bidadari dan Agama? (Pertemuan 97)


Ini sekedar penjelasan bahwa istilah Surga, Neraka, Puasa, Bidadari dan Agama itu bukan diambil dari bahasa Arab. Istilah-istilah di atas telah menjadi kata-kata baku dalam bahasa Indonesia yang sering diucapkan dan didengar sehari-hari.

Jadi penjelasan di bawah ini tidak bertujuan untuk menyalahkan istilah-istilah tersebut jika dibawa kepada ajaran Islam. Dikarenakan telah menjadi kata-kata baku, maka ia akan mempermudah dalam menterjemahkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia.

Contoh, ketika ada yang bertanya apa arti:
Jannah (جنة),
Naar (نار),
Shaum (صوم),
Huuriyyah (حورية) dan
Diin (دين)?,
maka dapat mudah dijawab dengan
Surga,
Neraka,
Puasa,
Bidadari dan
Agama.
Namun tetaplah merujuk kepada bahasa Arab ketika menjabarkannya.

Tentunya akan menjadi lebih elok kalau umat Islam terbiasa untuk menggunakan istilah-istilah dalam bahasa Arab ketika hendak mengupas perihal ajaran Islam. Mengapa?

1.Surga

Surga atau Sorga adalah suatu kata yang diambil dari bahasa sanskerta yaitu Svarga, kemudian dalam bahasa jawa kata tersebut diserap menjadi Swarga.

Bahasa Sanskerta merupakan sebuah bahasa klasik India, yang hingga saat ini ia dijadikan salah satu dari 23 bahasa resmi di sana, dan ia juga memiliki status yang sama di Nepal. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa ritual berjemaat dalam agama Hindu, Buddha dan Jaina.

Dulu sebelum agama Hindu dan Buddha masuk ke nusantara, di pulau Jawa dan Bali, seperti masyarakat Sunda dan Bali sudah menganut agama pribumi berupa pemujaan terhadap arwah leluhur. Mereka menyebut leluhur mereka dengan istilah Hyang dan tempat tinggal mereka di alam ghaib disebut Kahyangan, yakni tempat tinggal para Hyang atau leluhur

Dengan masuknya agama Hindu dan Buddha, maka istilah Swarga pun dipakai berdampingan dengan istilah Kahyangan.

Dalam tradisi Jawa baru, istilah Kahyangan dipakai untuk menyebut tempat tinggal para dewa dan bidadari. Sementara istilah Swarga tetap dipakai untuk menyebut tempat tinggal para roh yang semasa hidupnya bertindak penuh kebajikan sesuai dengan aturan agamanya.

MENURUT ISLAM

Jannah (جنة) itu adalah:
-suatu tempat yang penuh kenikmatan
(yakni, kenikmatan yang tidak akan pernah sirna, abadi selama-lamanya)
-yang telah disediakan oleh Allah Ta'ala
(yakni, telah diciptakan, dan termasuk yang paling awal diciptakan sebelum penciptaan langit dan bumi beserta segenap isinya)
-sebagai balasan bagi orang-orang yang bertakwa
(yakni, orang-orang yang beriman terhadap Allah dan hari akhirat, melaksanakan shalat dan membayar zakat, menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya).

2. Neraka

Istilah Neraka berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Naraka yang dalam mitilogi Hindu dilukiskan sebagai seorang raksasa kejam. Ia merupakan putri dari bumi, yang dilukiskan sebagai wanita cantik bernama Pertiwi. Naraka akhirnya tewas di tangan ayahnya sendiri, yaitu Wisnu yang dipuja umat Hindu sebagai dewa pemelihara dunia.

MENURUT ISLAM

Naar (نار) itu adalah:
-suatu tempat yang penuh penderitaan
(yakni penderitaan yang siapa pun tidak sanggup untuk menahannya)
-yang telah disediakan oleh Allah Ta'ala
(yakni telah diciptakan bersamaan dengan penciptaan Jannah)
-sebagai balasan bagi orang-orang yang durhaka
(yakni, bersifat abadi bagi orang-orang kafir dan bersifat sementara bagi orang-orang yang masih memiliki iman meski sekecil apapun imannya)

3. Puasa

Puasa berasal dari dua kata dalam bahasa Sanskerta yaitu Upa dan Vasa/ Wasa, Upa berarti dekat, sedangkan Vasa/ Wasa berarti Yang Maha Kuasa, ini sebagaimana umat Hindu Indonesia terkhusus di Bali menyebut tuhannya dengan Sang Hyang Widhi Wasa.

Jadi Upavasa/ Upawasa berarti mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, sehingga menjadi Puwasa kemudian Puasa. Menurut kitab Veda/ Weda, tujuan dari Upavasa/ Upawasa tidak sekedar menahan haus-lapar, tidak sekedar merasakan kesusahan orang-orang miskin, dan tidak sekedar menghapus dosa, lebih dari itu tujuan utamanya adalah untuk mengendalikan nafsu indria/ indera, mengendalikan keinginan dan mengendalikan Sad Ripu (enam musuh yang bersemayam di dalam diri manusia).

Indria/ indera diharuskan berada di bawah kesempurnaan pikiran dan pikiran di bawah kesadaran budhi/ budi. Jika Indria/ indera terkendali dan pikiran terkendali maka manusia akan dekat dengan kesucian, dekat dengan Tuhan.

MENURUT ISLAM

Shaum (صوم) itu adalah:
-menahan haus dan lapar dan dari segala yang membatalkannya
-dimulai sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari

4. Bidadari

Bidadari berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Vidhyadhari, adalah makhluk berwujud manusia berjenis kelamin perempuan yang tinggal di Kahyangan atau Surga. Tugas dan fungsi mereka menurut agama Hindu adalah menjadi penyampai pesan dewa kepada manusia.

Adakalanya mereka diutus untuk menguji sejauh mana ketekunan seorang (pria) pertapa, dengan cara membangunkan para petapa dari tapa mereka. Para bidadari memanfaatkan kecantikan fisik mereka untuk menguji para pertapa.

MENURUT ISLAM

Huuriyyah (حورية) adalah:
-wanita jannah yang diciptakan dari za'faran
(za'faran tidak memiliki satu arti, namun yang dimaksud di sini, kalau di Jazirah 'Arab ia sejenis bunga berwarna ungu yang cantik, dan memiliki wangi yang sangat harum, putik bunga tersebut banyak memiliki khasiat, sehingga dijuluki bunga termahal di dunia)
-huuriyyah ini ditakdirkan untuk menjadi istri bagi lelaki penghuni jannah di samping istri-istrinya yang dia telah nikahi sewaktu di dunia.

5. Agama

Agama berasal dari dua kata dalam bahasa Sanskerta yaitu A dan Gama. A berarti "tidak" sedangkan Gama berarti "kacau". Dengan demikian agama adalah sejenis peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengantarkan manusia dari kekacauan kepada ketertiban.

Orang Bali memaknai Agama sebagai peraruran, tata cara, upacara, hubungan manusia dengan raja. Sedangkan Igama adalah tata cara yang mengatur hubungan manusia dengan dewa-dewa. Sementara Ugama dipahami sebagai tata cara yang mengatur hubungan antar manusia.

MENURUT ISLAM

Din itu adalah:
-apa yang dijadikan keyakinan oleh manusia
-ia mencakup hukum atau perundang-undangan yang wajib dita'ati
-ia merupakan jalan yang wajib ditempuh oleh penganutnya
-ia sebagai balasan bagi pemeluknya di hari akhirat
-ia juga berupa akhlak yang menjadi cerminan bagi seseorang

Wallahu a'lam bish-shawwab

Senin, 30 Januari 2017

Indonesia bukan Suriah (Pertemuan 96)

WARGA SURIAH DAN NUSHAIRIYYAH

Berkata Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali:
"Kami semua anti orang-orang Nushairiyyah, namun kami tidak mendorong rakyat Suriah untuk menceburkan diri mereka ke dalam kebinasaan"

Yakni:
1. Kami beserta segenap ahlus-sunnah pun anti terhadap syi'ah nushairiyyah,
2. Namun kami tidak mendorong rakyat Suriah yang kondisinya masih sangat lemah ini tetap memaksakan diri untuk melawan tentara Basyar Al-Assad yang jauh lebih kuat,
3. Yang akibatnya semakin banyaklah rakyat Suriah yang akan dibunuh bahkan disembelih.

Beliau berkata:
"Aku katakan kepada warga Suriah hendaknya terlebih dahulu mentarbiyyah (mendidik) diri mereka di atas Islam yang benar, baik secara aqidah maupun manhaj, baru kemudian mereka mempersiapkan kekuatan senjata"

Yakni:
1. Kembali kepada bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam meluruskan aqidah, niatkan bahwa jihad itu adalah untuk Allah Ta'ala semata, mengharap jannahnya, bukan karena golongan dan bukan karena ingin disebut sebagai pahlawan.
2. Menjauhi kesyirikan dengan tidak meminta bantuan jin, tidak memakai jimat, tidak memohon pertolongan kepada penghuni kuburan, tidak mencari sebab kemenangan dengan menggantungkan senjata di atas pohon sebelum digunakan, tidak bertawassul kepada wali ini dan wali itu, dan tidak melakukan segala kesyirikan baik kecil maupun besar.
3. Mempersiapkan senjata yang seimbang dengan lawan, senjata yang membuat lawan menjadi takut dan gemetar, bukannya malah membuat mereka menjadi meremehkan, apalagi kalau hanya sekedar batu dan pisau dapur.

Beliau berkata:
"Apabila terwujud dua kekuatan ini, maka silakan kalian menjatuhkan si Babi Nushairi (Basyar Al-Assad) ini".

Yakni:
1. Apabila kalian sudah kembali kepada bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah, aqidah kalian pun sudah lurus serta persenjataan kalian juga telah membuat mereka takut dan gemetar maka silahkan melawan pasukan Basyar Al-Assad itu.
2. Basyar Al-Assad itu adalah babi yang najis aqidahnya, karena dia adalah kafir harbi yang sangat zhalim sehingga layak untuk dijatuhkan.
3. Apabila kedua kekuatan ini belum terwujud maka sabarlah kalian, atau hijrahlah ke negeri-negeri terdekat untuk menyelamatkan diri dari fitnah nushairi.

WARGA SURIAH DAN DAULAH ISLAMIYYAH

Itu antara warga Suriah dan pasukan Basyar Al-Assad, adapun kelompok lain yang bengisnya sama dengan Nushairiyyah adalah ISIS/ DAIS, keduanya bukan hanya bikin gerah dan menyakitkan hati bahkan lebih dari itu mereka merupakan predator kelas berat yang gemar sekali menyiksa dan menghabisi kaum muslimin.

WARGA INDONESIA

Bagi siapa saja yang sudah nampak di matanya tanda-tanda akan terjadinya perang, hendaklah semakin merapatkan diri ke barisan penguasa. Mengapa? Karena presiden kita bukanlah tipe Basyar Al-Assad, sehingga tidak layak kalau beliau dimusuhi hanya karena banyak hal yang belum beres di negeri ini.

FRONT PEMBELA ISLAM

Nama Front Pembela Islam bahasa Arabnya adalah Jabhah An-Nushrah Al-Islamiyyah, nama ini sama dengan Al-Qaida yang menamakan kelompok mereka Jabhah An-Nushrah Al-Islamiyyah. Entah apa hubungan di antara mereka wallahu a'lam.

Sebelum FPI, dulu ada Laskar Jihad yang dipimpin oleh Ja'far bin 'Umar Thalib. Namun Laskar Jihad ini akhirnya dibubarkan karena satu dan dua hal, namun dengan mudahnya Laskar Jihad ini langsung bubar begitu saja tanpa ada aksi-aksi yang meresahkan. Pada saat kehadiran suatu ormas sudah meresahkan masyarakat maka hendaklah pemimpinnya mengistirahatkan kelompoknya sampai kondisi benar-benar kondusif.

Ini karena:
1. Menjaga agar jangan sampai terjadi pertumpahan darah, sebab satu orang muslim yang terbunuh sungguh perkaranya sangat besar di hadapan Allah Ta'ala.
2. Niat mencegah kemunkaran adalah karena Allah Ta'ala, bukan karena popularitas, syahwat kepemimpinan dan merasa sudah hebat.
3. Hendaknya tiap ormas segera merapat kepada penguasa agar saling nasehat-menasehati, bukan untuk kedudukan yang bersifat duniawi.

Insya Allah kalau seorang pemimpin ikhlash karena Allah Ta'ala, mau untuk berlapang dada dan menghargai darah kaum muslimin, maka tentu dia tidak akan keberatan untuk mengistirahatkan kelompoknya untuk sementara. Tapi kalau sudah tidak mau dinasehati, tetap bersikeras untuk mengangkat keahlian beladiri, maka perlu dikatakan: Anda suka memberikan nasehat, tapi mengapa Anda marah kalau dinasehati?

Wajib Menyalahkan yang Salah (Pertemuan 95)

Ketika kaum liberalis menidak-bolehkan untuk mengklaim suatu kebenaran, yakni tidak boleh menganggap diri sendiri yang paling benar dan tidak boleh menyalahkan orang lain. Tapi ketika itu juga mereka malah menyalahkan orang-orang yang berpegang teguh pada kebenaran dan menyalahkan pula orang-orang yang membantah kebathilan. Bukankah itu menjilat air ludah sendiri namanya?.

Padahal wajib bagi kaum muslimin untuk:
1. Meyakini bahwa hanya Islam-lah din yang benar, sedangkan din selain Islam adalah salah.
2. Meyakini bahwa Allah-lah sesembahan yang benar, sedangkan sesembahan selain Allah adalah salah.
3. Meyakini bahwa Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah jalan yang lurus, sedangkan yang bertentangan dengan keduanya adalah jalan yang sesat.

DIN SELAIN ISLAM TIDAK AKAN DITERIMA OLEH ALLAH TA'ALA

Wajib bagi kaum muslimin untuk mengklaim bahwa Islam adalah din yang benar, sedangkan din yang lain adalah salah:
"Sesungguhnya din yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam"
(QS. Ali 'Imran: 19)

"Barangsiapa mencari selain Islam sebagai din, maka ia tidak akan diterima, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi"
(QS. Ali 'Imran: 85)

Din: agama

YANG DI'IBADAHI SELAIN ALLAH ADALAH BATHIL

Wajib bagi kaum muslimin untuk mengklaim bahwa hanya Allah-lah sesembahan yang berhak diibadahi, sedangkan yang diibadahi selain-Nya adalah bathil:
"Itu karena Allah adalah Al-Haqq dan sungguh apa yang mereka seru dari selain-Nya adalah Al-Bathil"
(QS. Luqman: 30)

Al-Haqq: shahih, sah, benar, layak, berhak
Al-Bathil: batal, tidak sah, salah, tidak layak, tidak berhak
Seru: do'a:
"Do'a adalah 'ibadah"
(Shahih Muslim dan Ashhabus-Sunan)

'Ibadah yang dimaksud di sini adalah yang tata caranya telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat"
(HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan Muslim no. 1533)

"Ambillah dariku (tata cara) manasik (haji) kalian, karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, mungkin saja aku tidak berhaji setelah hajiku ini"
(HR. Muslim)

Manasik: jamak dari nusuk: 'ibadah, sebagaimana:
"Inna shalaatii (Sesungguhnya shalatku) wa nusukii (dan 'ibadahku) wa mahyaaya (dan hidupku) wa mamaatii (dan matiku) lillaahi rabbil-'aalamin (hanya untuk Allah Rabb sekalian alam)"
(QS. Al-An'am: 162)

"Dan apa yang datang dari Rasul kepada kalian maka ambillah dan apa yang kalian dilarang darinya maka berhentilah"
(Al-Hasyr: 7)

Ambillah: laksanakanlah
Darinya: dari sesuatu yang dilarang
Berhentilah: tinggalkanlah

YANG BERTENTANGAN DENGAN AL-QUR'AN DAN AS-SUNNAH ADALAH JALAN YANG SESAT

"Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya, (yaitu) kitabullah dan sunnah Rasul-Nya"
(Hadits Shahih Lighairihi, HR. Malik, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At-Ta'zhim Wal-Minnah Fintisharis-Sunnah, hal. 12-13)

Hadits Shahih Lighairihi (Shahih karena yang lain) adalah:
Hasan + hasan = shahih lighairihi

LOGIKA

1. Kalau bukan karena bersalah tentulah perampok tidak dijebloskan ke penjara. Oleh karenanya siapa pun berhak untuk mengatakan bahwa perampok itu salah. Kalau ada yang mengatakan bahwa perampok itu tidak salah berarti dia menuduh bahwa polisi salah tangkap.

2. Kalau suatu saat rumah Anda kena rampok, apakah Anda tetap berpendapat bahwa perampok itu tidak salah? Kalau Anda tetap tidak mau menyalahkan perampok berarti Anda rela rumah Anda kena rampok. Kalau Anda rela rumah Anda kena rampok apakah Anda rela dengan perampokan yang terjadi di mana-mana? Kalau masih rela maka sebenarnya Anda lah perampoknya.

3. Kalau Anda belanja 25.000, sementara Anda memberikan uang 50.000, terus kembalinya 5.000, apakah Anda tidak mengatakan bahwa itu salah hitung? Atau begini saja, Anda kerja dengan gaji perbulan 3 juta, terus Anda cuma dikasih 500.000, apakah masih ngeyel tidak mau mengatakan salah hitung?

4. Ini yang lebih penting, kalau liberalis tetap tidak mau menyalahkan orang salah, maka berarti liberalis itu guoblok.

Minggu, 29 Januari 2017

Takdir Bukan Skenario (Pertemuan 94)

SINONIM SKENARIO

Nama lain dari skenario adalah naskah, jalan cerita, skrip, manuskrip, teks, konsep, dokumen, rancangan, sinopsis, ikhtisar, rangkuman, rekapitulasi, keputusan, gambaran, abstrak, ilustrasi, sketsa.

WAJIBNYA BERIMAN KEPADA TAKDIR

Awalnya penulis merasa janggal dengan istilah skenario jika ditujukan kepada Allah Ta'ala, namun mungkin yang mereka maksud adalah tentang takdir, kalau begitu setiap muslim memang wajib beriman kepada takdir:
"Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga dia beriman kepada takdir baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya". (Shahih, riwayat At-Tirmidzi dalam Sunannya, juz 4/ hal: 451, dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu 'anhu)

EMPAT PERKARA MEMAHAMI TAKDIR

Adapun untuk memahami tentang takdir, hendaknya menempuh 4 perkara, yaitu:
1. Allah Ta'ala Maha Mengetahui:
"Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu" (QS. At-Taubah: 115)
2. Allah Ta'ala memerintah pena untuk menulis kitab takdir:
"Yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena, lalu Allah berkata: "Tulislah", ia bertanya: "Wahai Rabb-ku apa yang harus aku tulis?, Allah menjawab: "Tulislah taqdir segala sesuatu sampai terjadinya hari kiamat" (Shahih Abu Dawud, no. 3933, dari 'Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu)
3. Allah Ta'ala Maha Berkehendak:
"Dan kalian tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allah Rabbul-'alamin" (QS. At-Takwir: 29)
4. Allah Ta'ala Maha Pencipta:
"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu" (QS. Ash-Shaffat: 94)

Dalam hal ini takdir tidak bisa diubah, karena kalau takdir bisa diubah maka berarti pengetahuan Allah Ta'ala itu terbatas hingga bisa meleset:
"Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu" (QS. At-Taubah: 115).

Takdir tidak bisa diubah juga karena ia telah ditulis:
"Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering" (HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata hadits hasan shahih, dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu),

Dan ia telah tersimpan baik di lauh mahfuzh:
"Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi melainkan (terdapat) di kitab yang nyata (lauh mahfuzh) (QS. An-Naml: 75)

Adapun nasib memang bisa berubah-ubah, hari ini miskin mungkin besok bisa kaya, hari ini sedih mungkin besok bisa gembira, hari ini ahli maksiat mungkin besok bisa ahli ibadah:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka" (QS. Ar-Ra'd: 11).

ALLAH TA'ALA MEMUDAHKAN MANUSIA UNTUK MENCAPAI TAKDIRNYA

Namun di saat yang sama manusia juga diberi kemudahan oleh Allah Ta'ala untuk mencapai takdirnya:
Lalu para shahabat bertanya: "Wahai Rasulullah bolehkah kami meninggalkan beramal dan menyerah pada takdir kami?", Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Tidak, bahkan beramallah kalian, karena semuanya dimudahkan untuk mencapai (takdir) yang diciptakan untuknya". (Hadits Shahih Muslim 4/2041-2042, dari 'Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu).

ALLAH TA'ALA MURKA PADA PELAKU DOSA

"Dan barangsiapa membunuh seorang mu'min dengan sengaja, maka balasannya adalah (nar) Jahannam, dia kekal (lama) di dalamnya. Allah murka kepadanya, dan melaknatnya (menjauhkankannya dari rahmat), serta menyediakan 'adzab yang besar untuknya" (QS. An-Nisa': 93).

SKENARIO TIDAK LAYAK MENGGANTIKAN ISTILAH TAKDIR

Ini merupakan dalil bahwa skenario tidak layak menggantikan istilah takdir, karena:
1. Tidak ada makhluk yang bisa keluar dari takdir Allah Ta'ala.
2. Allah Ta'ala murka pada pendosa, bahkan melaknatnya (menjauhkannya dari rahmat), dan Allah berhak memasukkannya ke dalam An-Nar maupun mengampuninya, dalam keadaan setiap makhluk tetap menjalani takdirnya masing-masing.
3. Sedangkan skenario, bisa saja orang keluar dari konsepnya, dia tidak akan disalahkan kalau betul dalam menjalani konsep, tapi ketika dia mulai keluar dari konsep maka baru dia disalahkan.

ALLAH TA'ALA TIDAK DISALAHKAN TAPI MANUSIALAH YANG DISALAHKAN

"Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, tapi merekalah yang akan ditanya (tentang apa yang mereka lakukan) (QS. Al-Anbiya': 23)

Sabtu, 28 Januari 2017

Penjelasan Benci Karena Allah (Pertemuan 93)

Ini sebagai bantahan bagi orang yang berpendapat bahwa dinul-Islam tidak mengajarkan kebencian.
1. Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
أوثق عرى الإيمان: الموالاة في الله، و المعاداة في الله، و الحب في الله، و البغض في الله
"Tali iman yang terkuat:
-berkasih sayang karena Allah,
-bermusuhan karena Allah,
-cinta karena Allah,
-benci pun karena Allah".
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ath-Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir (11537) melalui jalur Hanasy, dari Ikrimah, dari Ibnu 'Abbas.
Hadits ini juga datang dari beberapa shahabat lain, seperti hadits Ibnu Mas'ud yang diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi (378), Ath-Thabrani, dan yang lain; hadits Al-Bara' yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad (4/286) dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Iman (110).
Asy-Syaikh Al-Albani berkata: "Hadits tersebut, dengan seluruh jalur periwayatannya, naik menjadi derajat hasan, minimalnya. Wallahu a'lam (Ash-Shahihah 4/306 nomor 1728).
2. QS. Al-Mumtahanah [60] : 4
قد كان لكم أسوة حسنة والذين معه
Telah ada bagi kalian teladan yang baik pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya
إذ قال لقومهم إنا برآؤا منكم و مما تعبدون من دون الله
Ketika dia berkata kepada kaumnya: 'Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa-apa yang kalian ibadahi dari selain Allah
كفرنا بكم و بدا بيننا و بينكم العداوة و البغضاء أبدا حتى تؤمنوا بالله وحده
Kami mengingkari kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kalian mau beriman hanya kepada Allah'..."
3. QS. Al-Mumtahanah [60] : 9
إنما ينهيكم الله عن الذين قتلوكم في الدين و أخرجوكم من دياركم و ظهروا على إخراجكم أن تولوهم ومن يتولهم فأولائكهم الظالمون
"Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian menjadikan sebagai kawan kalian orang-orang yang memerangi kalian karena agama, dan yang mengusir kalian dari negeri-negeri kalian, dan yang membantu (orang lain) untuk mengusir kalian. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan maka itulah orang-orang yang zhalim".
4. Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
من أحب لله و أبغض لله و أعطى لله و منع لله فقد استكمل الإيمان
"Barangsiapa cinta karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah dan menahan pemberian karena Allah maka dia telah menyempurnakan iman"
(Hadits Riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan mereka berdua mengatakan hadits hasan, dalam At-Targhib wat-Tarhib dan dalam Shahih Al-Jami' 5965)
5. Dalil-dalil di atas membedakan antara kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada makhluk. Kalau kita cinta kepada seseorang biasanya dikarenakan kebaikan yang dia berikan kepada kita.
Cara untuk mencintai Allah tidak boleh disamakan dengan cara mencintai makhluk. Tidak boleh kita menyatakan bahwa saya mencintai Allah karena Dia telah berbuat baik kepada saya atau karena Dia telah menyelamatkan saya dari bencana. Cara yang benar dalam mencintai Allah adalah kita cinta pada Dzat-Nya, pada Allah sendiri.
Ini berbeda dengan harap dan takut, di mana kita dianjurkan untuk mengharap masuk Al-Jannah dan takut kalau dilemparkan ke dalam An Nar. Adapun benci karena Allah adalah kita membenci larangan-larangannya dan membenci orang-orang yang memusuhi kita karena agama. Itulah kebencian yang diajarkan oleh dinul-Islam. Kalau membenci seseorang karena dia merampas hak kita maka itu benci yang fitrah, yakni bersifat naluri, jadi tidak diajarkan pun, orang-orang sudah pandai sendiri.
6. Cinta dan benci memang suatu sifat yang berlawanan, namun seseorang tidak mungkin untuk mengerti apa itu cinta kalau dia tidak mengenal apa itu rasa benci. Seseorang tidak akan bisa mencintai Allah Ta'ala bersamaan dengan cintanya kepada berhala-berhala. Maka konsekwensinya adalah berhala-berhala itu wajib dibenci baru dia mengerti apa itu cinta kepada Allah.
7. Secara logika, kita tidak mungkin tahu apa itu panas kalau kita tidak pernah merasa dingin. Kita tidak tahu apa itu bahagia kalau kita tidak pernah merasa sedih. Demikian pula, bagaimana kita bisa menghindari bahaya kalau kita tidak tahu di situ ada bahaya. Sesungguhnya banyak manusia terjerumus di dalam kejahiliyyahan dikarenakan mereka tidak tahu apa itu jahiliyyah. Lantas, bagaimana mungkin kita bisa dikatakan mencintai tauhid kalau di saat yang sama kita mencintai syirik, ridha dan tanpa ada kebencian?
Bagaimana bisa dikatakan kita cinta kepada Allah, di saat Allah murka dengan orang-orang yang menyembah selain-Nya, lalu di saat yang sama kita malah bergembira. Seseorang yang cinta kalau Islam kalah berarti dia benci kalau Islam menang. Itulah sifat kaum munafiq.

Tidak Ada Lingga Yoni di Ka'bah (Pertemuan 92)

Lingga: lambang maskulin
Yoni: lambang feminin
Pada pertemuan ini merupakan bantahan bagi orang-orang yang menyangka bahwa di Ka'bah ada simbol Lingga Yoni.
A. Ka'bah dan Hijr Bukan Lingga Yoni
1. Ketika Muhammad 'alihish-shalatu was-salam berumur 35 tahun, terjadi banjir bandang sehingga ka'bah menjadi roboh.
2. Seorang tokoh Quraisy dari Bani Makhzum yang bernama Abu Wahb bin 'Abid bin 'Imran memberi peringatan kepada warga Quraisy: "Wahai kaum Quraisy, janganlah kalian memasukkan (dana) dalam pembangunannya (ka'bah) dari usaha kalian kecuali (rezeki) yang baik (halal), jangan melibatkan upah pelacur, hasil transaksi riba' dan uang kezhaliman dari orang lain".
3. Aku (A'isyah) bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang jadr (hijr) apakah ia termasuk bait (ka'bah)?.Beliau menjawab: "Na'am" (Ya). Aku bertanya lagi: "Maka kenapa mereka tidak memasukkannya (hijr) ke dalam bait (ka'bah)?". Beliau menjawab: "Karena kaummu (waktu itu) kurang dana". Aku bertanya lagi: "Mengapa posisi pintunya (ka'bah) tinggi?". Beliau menjawab: "Kaummu melakukannya agar orang tertentu saja yang boleh masuk dan mereka melarang (masuk) siapa yang tidak berkepentingan. Kalau bukan karena kaummu baru saja meninggalkan masa-masa jahiliyyah, maka aku khawatir hati mereka akan ingkar apabila aku memasukkan jadr (hijr) itu ke dalam bait (ka'bah) dan aku menurunkan pintunya sejajar tanah. (HR. Al-Bukhari 1585 dan Muslim 3313)
4. Hadits di atas terealisasi pada zaman 'Abdullah bin Az-Zubair, dia memproklamirkan diri menjadi Raja di Mekkah setelah Raja kedua dari Bani Umayyah yaitu Yazid bin Mu'wiyyah dikhabarkan wafat.
5. Pada masa pemerintahan kelima Bani Umayyah yaitu 'Abdul Malik bin Marwan, maka dibunuhlah 'Abdullah bin Az-Zubair dengan dipenggal kepalanya oleh Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Hajjaj adalah gubernur Iraq yang terkenal cukup kejam, meskipun begitu dia juga punya jasa besar dalam sejarah Islam dan dia pun mengembalikan model ka'bah sebagaimana zaman jahiliyyah.
6. Kemudian Raja 'Abdul-Malik bin Marwan belakangan menyesal karena mengetahui Ka'bah di masa 'Abdullah bin Az-Zubair dibangun berdasarkan hadits riwayat A'isyah.
7. Di masa pemerintahan Daulah 'Abbasiyyah yaitu Raja Harun Ar-Rasyid, beliau hendak mengembalikan model Ka'bah sebagaimana masa 'Abdullah Az-Zubair, namun Al-Imam Malik bin Anas menasehati beliau agar jangan menjadikan Ka'bah itu sebagai bahan permainan yang semaunya untuk dibongkar pasang oleh setiap pemimpin, sehingga menjadi hilang wibawanya di mata ummat.
Keterangan: Berdasarkan riwayat diatas, maka tidak ada hubungan sedikitpun dengan simbol Lingga Yoni. Ia hanya berbicara tentang model ka'bah dari masa ke masa. Dulu di zaman Nabi Ibrahim 'alaihish-shalatu was-salam tidak ada hijr. Adanya hijr itu di masa jahiliyyah, di mana mereka tidak punya cukup dana yang halal untuk menyelesaikan perbaikan terhadap bangunan ka'bah.
B. Hajar Aswad Bukan Yoni
Yang pertama kali membuat gagang perak untuk hajar aswad adalah 'Abdullah bin Az-Zubair. Pada waktu itu Mekkah dikepung oleh tentara yang diperintahkan oleh Yazid bin Mu'wiyyah, lantaran 'Abdullah bin Az-Zubair tidak mau membai'at Yazid, malah 'Abdullah membai'at dirinya sendiri, maka terjadilah perang ketapel di Al-Masjidul-Haram, bukan ketapel biasa tapi ketapel raksasa yang peluru ketapel ini sempat mengenai ka'bah dan sebagiannya roboh, sehingga hajar aswad pun menjadi pecah karenanya. Namun kemenangan akhirnya berada di tangan 'Abdullah bin Az-Zubair, adapun Yazid bin Mu'awiyyah dikhabarkan wafat mendadak di saat itu, sehingga pasukan ketapel pun mundur. Seusai perang maka 'Abdullah dengan perasaan terenyuh mengumpulkan pecahan hajar aswad tersebut, menghimpunkannya menjadi satu dan membuatkannya gagang perak.
Keterangan: Inipun tidak ada hubungannya dengan simbol Yoni. Hajar aswad dibungkus dengan gagang perak dalam rangka untuk menghimpun hajar aswad itu agar tidak pecah lantaran sebelumnya pernah pecah.
C. Jumrah Bukan Lingga Yoni
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu berkata: "Ketika Ibrahim Khalilullah melakukan ibadah haji, tiba-tiba Iblis menampakkan diri di hadapan beliau di jumrah 'Aqabah. Lalu Ibrahim melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga Iblis itupun masuk ke tanah. Iblis itu menampakkan dirinya kembali di jumrah yang kedua. Lalu Ibrahim melempari setan itu kembali dengan tujuh kerikil, hingga Iblis itupun masuk ke tanah. Kemudian Iblis menampakkan dirinya kembali di jumrah ketiga. Lalu Ibrahim melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga Iblis itu masuk ke tanah.
(Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim, beliau berdua menshahihkannya. Dishahihkan pula oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam At-Targhib wat-Tarhib (2/27), hadits nomor 1156).
Keterangan: Demikian juga dengan tiang jumrah, ia telah ada sejak Nabi Ibrahim 'alaihish-shalatu was-salam, dan sampai hari ini tidak ada simbol yang mengarah kepada Lingga Yoni di sana.
Sedangkan menurut pengakuan yang paling terlama bahwa agama hindu berdiri tahun 1500-an SM (sebelum masehi). Kalaulah benar begitu berarti semasa dengan Nabi Musa. Sedangkan Nabi Ibrahim sekitar 2000-an SM (sebelum masehi). Jadi umur jumrah lebih tua 500 tahun sebelum adanya simbol lingga yoni. Maka mana mungkin agama yang lebih tua bisa mewarisi agama yang lebih muda?.

Jumat, 27 Januari 2017

Semua tentang Abdul-Muththalib (Pertemuan 91)

Berbicara tentang 'Abdul-Muththalib mencakup:
1. Nasab dan keturunan 'Abdul-Muththalib
2. Penggalian sumur zam-zam
3. Nazar 'Abdul-Muththalib
4. Menghadapi Abrahah
5. Memelihara Muhammad 'alaihis-shalatu was-salam
1. Nasab dan keturunan 'Abdul-Muththalib
'Abdul-Muththalib (Syaibah)
bin Hasyim ('Amru)
bin 'Abdu Manaf (Al-Mughirah)
bin Qushai (Zaid)
bin Kilab
bin Murrah
bin Ka'ab
bin Lu'ay
bin Ghalib
bin Fihr (Quraisy)
Quraisy dari Bani Kinanah,
Kinanah dari Bani Ma'add,
Ma'ad bin 'Adnan,
'Adnan dari Bani Ya'rub,
Ya'rub bin Yasyjub,
Yasyjub bin Isma'il
Isma'il bin Ibrahim Khalilullah.
'Abdul-Muththalib punya 16 anak, yaitu 10 laki-laki dan 6 perempuan. Di antara anaknya ada Al-Harits, Hamzah, 'Abbas, Abu Thalib, Abu Lahab dan 'Abdullah.
Ini telah disebutkan dalam pertemuan 72: "Nasab Nabi Muhammad sampai Adam"
2. Penggalian sumur zam-zam 'Abdul-Muththalib bercerita: "Sesungguhnya aku benar-benar tertidur di Hijr, saat itu datang padaku seseorang, lalu dia berkata: 'Galilah Thibah!', aku bertanya: 'Apa itu Thibah?', kemudian dia menghilang dariku. Keesokan harinya aku kembali ke (Hijr) berbaring dengan memiringkan badanku, lalu tertidur di situ. Maka dia datang (lagi) menemuiku seraya berkata: 'Galilah Madhnunah!". Aku bertanya: 'Apa itu Madhnunah?', kemudian dia menghilang dariku. Keesokan harinya lagi aku kembali ke (hijr) berbaring dengan memiringkan badanku, lalu aku tertidur di situ. Maka dia datang (lagi) menemuiku seraya berkata: 'Galilah Zamzam!'. Aku bertanya: 'Apa itu Zamzam?'. Dia menjawab: 'Tidak habis terkuras selamanya dan tidak menjadi sedikit ainya, engkau memberi minum jama'ah haji yang agung, dan ia berada di antara kotoran dan darah, di tempat patukan gagak hitam yang kedua sayapnya ada bulu putihnya.
Ketika sudah jelas bagi Abdul-Muththalib jejak yang menunjukkan letaknya dan mengetahui bahwasanya mimpinya benar maka keesokan harinya beliau mecangkul dan bersamanya anaknya Al-Harits, waktu itu belum ada anak yang lain kecuali dia. Ketika 'Abdul-Muththalib melihat ada batu-batu yang tersusun melingkar, beliau langsung bertakbir: "Allahu akbar". Mendengar takbir beliau maka menjadi tahulah orang-orang Quraisy bahwa beliau telah menemukan apa yang beliau cari. Mereka pun menghampiri beliau seraya berkata: "Wahai 'Abdul-Muththalib, sesungguhnya itu adalah sumur nenek moyang kita Isma'il, dan sesungguhnya kami juga punya hak atas sumur itu. Maka libatkanlah kami bersamamu". Beliau menjawab: "Aku tidak setuju, karena ini telah dikhususkan bagiku bukan kalian". Mereka berkata: "Berbuat adillah kepada kami, karena kami tidak akan meninggalkanmu hingga kami siap bertikai denganmu dalam urusan ini". Beliau menjawab: "Kalau begitu, carilah seorang hakim yang kalian suka untuk menjadi penengah di antara aku dan kalian". Mereka berkata: "Seorang dukun perempuan dari Bani Sa'd Hudzaim". Beliau menjawab : "Baiklah".
Dukun itu sangat dimuliakan di Syam, maka berkendaraanlah Abdul-Muththalib dan bersamanya beberapa orang dari Bani Abdu Manaf, dan berkendaraan pula setiap kabilah dari Quraisy beberapa orang. Yang akan mereka lewati adalah gurun pasir tandus nan luas membentang. Ketika mereka sudah sampai di daerah antara Hijaz dan Syam, perbekalan air yang dibawa oleh 'Abdul-Muththalib dan rombongan sudah hampir habis, maka mereka kehausan hingga yakin akan binasa.
Maka rombongan dari kabilah Quraisy meminta air namun yang lain enggan untuk memberi, seraya berkata: "Kita ini sedang berada di gurun, dan kami mengkhawatirkan diri-diri kami seperti apa yang menimpa kalian. Tatkala 'Abdul-Muththalib melihat apa yang mereka lakukan dan apa yang beliau khawatirkan menimpa dirinya dan kawan-kawannya, maka beliau berkata: "Apa pendapat kalian?" Mereka menjawab: "Kami tak punya pendapat lain kecuali mengikuti apa pendapatmu, maka perintahkan kepada kami apa yang engkau inginkan."
Beliau berkata: "Aku mengusulkan agar setiap orang dari kalian menggali lubangnya masing-masing, mumpung saat ini kalian masih ada tenaga, lalu setiap ada yang mati maka teman-temanya akan menguburkan dia di lubang yang dia gali tersebut, terus begitu sampai tinggal satu orang yang akan meminum air yang masih tersisa".
Bertebaranlah setiap orang bersama kendaraannya masing-masing untuk mencari tempat galian yang kira-kira di situ bakal ada air, seraya mengatakan: "Itu adakah sebaik-baik perintah". Setiap orang pun mulai menggali, membuat lubang untuk dirinya sendiri, dia duduk di situ dalam keadaan menahan rasa haus dan menunggu mati.
Kemudian 'Abdul-Muththalib berkata kepada teman-temannya: "Demi Allah sesungguhnya pertemuan kita di sini bukanlah untuk menunggu mati, tidaklah layak kita berhenti menggali, karena itu suatu kelemahan, karena Allah akan memberi kita rezeki berupa air pada sebagian negeri. Bergegaslah". Maka bergegaslah mereka semua kecuali dari kabilah Quraisy, mereka cuma melihat tidak melakukan apa-apa.
Bersegeralah 'Abdul-Muththalib menaiki kendaraannya, maka ketika kendaraannya menekan tanah lalu terpancarlah air dari bawah kakinya mata air yang rasanya tawar. 'Abdul-Muththalib bertakbir dan bertakbir pula teman-temannya. Kemudian beliau turun dan minum lalu minum pulalah teman-temannya, mereka memenuhi tempat-tempat air mereka dan memberi minum tunggangan tunggangan mereka.
Kemudian beliau memanggil kabilah dari Quraisy, lalu berkata: "Kemarilah kepada air, Allah telah memberi kita minum, minumlah kalian dan beri minumlah tunggangan-tunggangan kalian". Maka merekapun datang untuk minum dan memberi minum tunggangan-tunggangan mereka, kemudian berkata: "Allah telah memutuskan perkaranya untukmu atas kami wahai 'Abdul-Muththalib, demi Allah kami tidak akan mengganggumu terhadap zamzam selamanya. Sesungguhnya yang memberimu air di gurun ini adalah dia yang memberimu minum zamzam. Maka pulanglah kepada air minummu itu dan jadilah sebagai penunjuk jalan!" Maka beliau pulang dan mereka pun pulang bersamanya. Dan tidak jadi menemui dukun, dan menjadi tenteramlah mereka antara beliau dan zamzam.
3. Nazar 'Abdul-Muththalib
'Abdul-Muththalib pernah bernadzar ketika sumur zamzam telah disepakati sebagai hak baliau, bahwa kalau anak lelakiku sudah genap 10 orang dan mereka sudah baligh semua dan dalam keadaan bisa membelaku maka akan aku korbankan salah satu dari mereka sebagai rasa syukurku kepada Allah.
Nadzar ini lantaran waktu itu anak 'Abdul-Muththalib hanya Al-Harits, sementara beliau merasa kurang kuat jika hanya punya satu anak lelaki, terlebih di zaman jahiliyyah, memiliki anak lelaki merupakan suatu kebanggaan apalagi kalau jumlahnya mencapai 10 orang, tentu luar biasa bangganya.
Nadzar tersebut pun dikhabarkan kepada anak-anaknya dan mereka semua menerima dan ta'at. Maka masing-masing menulis namanya sendiri-sendiri, setelah itu digulung pada anak panah yang tidak ada ujung tajamnya dan tidak ada bulu-bulunya, untuk kemudian diundi di depan patung Khubal.
Abdul-Muththalib berharap moga-moga bukan nama 'Abdullah yang keluar, sebab 'Abdullah adalah anak bungsu yang sangat disayanginya. Tapi begitu anak panah itu dicabut ternyata yang keluar adalah nama 'Abdullah.
Dengan tidak membuang waktu 'Abdul-Muththalib pun langsung membawa 'Abdullah ke berhala Isaf dan Nailah (dua berhala yang konon katanya dua sejoli yang pernah berzina di sisi Ka'bah) letak berhala Isaf dan Nailah ini di sisi sumur zamzam, 'Abdul-Muththalib membawa 'Abdullah ke sana untuk disembelih, namun teman-teman 'Abdullah berteriak agar itu jangan dilakukan, lalu orang-orang berkumpul dan menasehati 'Abdul-Muththalib.
Wahai 'Abdul-Muththalib apa yang akan kau lakukan dengan pisau dan anakmu itu, janganlah engkau menyembelih anakmu, jika engkau melakukannya nanti orang-orang akan menirumu sehingga mereka juga menyembelih anak-anak mereka, lalu habislah generasi kita lalu kita akan menjadi kaum yang lemah.
Orang-orang mengusulkan, bagaimana kalau kita mendatangi seorang dukun untuk dimintai pendapatnya, seandainya demi membebaskan 'Abdullah memerlukan tebusan maka kami siap untuk memberikan harta-harta kami untuk menebusnya. Abdul-Muththalib pun setuju.
Lumayan jauh perjalanan menuju rumah si dukun yaitu di Hijaz, menurut kabar bahwa dukun ini punya khadam (jin pembantu) yang ampuh, begitu rombongan tiba, mereka menyampaikan hajatnya, begini dan begini. Dukun berkata, sekarang pulanglah kalian dan datang kemari setelah tiga hari.
Tiga hari kemudian di rumah dukun. Dukun bertanya, berapa diyat (tebusan) 1 orang nyawa di antara kalian? Rombongan menjawab 10 ekor unta. Baiklah, undilah temanmu itu dengan 10 ekor unta di hadapan tuhan kalian, jika masih nama dia yang terpilih, maka tambahkan 10 ekor unta lagi, sampai nama unta yang terpilih.
Pengundian dilakukan di depan patung Khubal antara 'Abdullah dan 10 ekor unta. Sebelumnya 'Abdul-Muththalib berdo'a langsung kepada Allah agar yang terpilih bukan 'Abdullah. Ini merupakan kebiasaan kaum jahiliyyah kalau di saat genting dan terdesak mereka langsung berdo'anya kepada Allah saja tanpa perantara, karena mereka meyakini bahwa Allah sebagai Tuhan besar mereka. Sementara berhala-berhala itu menurut mereka adalah tuhan-tuhan kecil yang disembah sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya.
Undian pertama nama 'Abdullah yang terpilih, lalu ditambahkan lagi 10 ekor unta sehingga berjumlah 20 ekor. Undian kedua antara 'Abdullah dan 20 ekor unta, namun lagi-lagi 'Abdullah yang terpilih. Undian ketiga sampai undian yang kesepuluh, masih nama 'Abdullah yang terpilih hingga genap menjadi 100 ekor unta.
Undian kesebelas tulisan 100 ekor unta yang keluar, berarti 'Abdullah bebas, namun ada riwayat yang mengatakan bahwa 'Abdul-Muththalib waktu itu masih ragu, apakah Allah sudah ridha apa belum, lalu dia minta untuk diundi lagi, dan sampai 3 kali pengundian tetap tulisan 100 unta yang keluar. Akhirnya 'Abdul-Muththalib puas karena yakin bahwa Allah telah ridha. 100 ekor unta itupun disembelih semuanya di sisi Ka'bah dan bangkainya dibiarkan begitu saja, tidak untuk makan.
Diyat 100 ekor unta kemudian hari disetujui oleh Rasulullah 'alaihish-shalatu was salam, yakni sebagai tebusan bagi orang yang telah membunuh 1 orang.
4. Menhadapi Abrahah
Ketika Abrahah hendak menghancurkan Ka'bah, Abrahah dihadang oleh kabilah demi kabilah, namun semua kabilah yang menghadangnya kalah. Sehingga sempat pasukan Abrahah merampas harta milik warga Mekkah yang di antaranya 200 ekor unta milik 'Abdul-Muththalib.
Abrahah bertanya tentang siapakah tokoh pembesar kota Mekkah? Seseorang menjawab dia adalah 'Abdul-Muththalib. Baik, jemput dia ke sini. Berangkatlah seseorang tadi menemui 'Abdul-Muththalib. Wahai pembesar Quraisy, engkau diminta Tuan Raja untuk menghadap dan aku diutus untuk menjemput engkau dengan segala hormat.
Datanglah dua orang ini untuk menghadap Abrahah, Abrahah terpukau melihat Abdul-Muththalib yang sangat berwibawa, ingin sekali Abrahah mengajaknya untuk duduk berdua di singgasananya, namun khawatir banyak yang protes, akhirnya Abrahah memilih turun dari singgasana dan duduk bersama 'Abdul-Muththalib.
Abrarah berkata, kedatanganku di Mekkah ini bukan untuk memerangi kalian, kedatanganku hanya untuk menghancurkan ka'bah. Jika kalian tidak menghalangi kami maka kalian akan aman. Abdul-Muththalib menjawab, dan kami pun tidak punya kemampuan untuk menghadapi tentara kalian, aku mendatangimu sekalian ingin mengambil 200 ekor untaku yang kalian ambil. Abrahah keheranan, tadinya aku kagum pada wibawamu, aku mengira engkau datang sebagai wakil warga Mekkah untuk membela Ka'bah, tapi nyatanya engkau hanya malah menanyakan unta-untamu itu.
'Abdul-Muththalib menjawab, aku hanya rabbul-ibil (pemilik unta) tentulah aku akan membela unta-untaku sedangkan ka'bah maka ada rabbnya dan tentulah Allah yang akan membelanya dari serangan kalian. Abrahah menaikkan suaranya, kalau itu yang engkau mau ambillah 200 ekor untamu itu dan sekaligus aku bayarkan hutang-hutang nenek moyangmu, karena Allah tidak mungkin untuk menghalangiku.
Pulanglah 'Abdul-Muththalib dengan membawa 200 ekor unta miliknya dan menghimbau warga mekkah untuk naik ke atas bukit guna menghindari mala petaka, sambil menyaksikan apa yang akan dilakukan oleh tentara bergajah dan apa yang Allah balas terhadap perbuatan mereka.
Datanglah burung-burung dari arah laut, yang masing-masingnya membawa tiga batu, dua batu di kakinya dan satu batu di paruhnya. Lalu melempari tentara bergajah sehingga sebagian besar di antara mereka binasa, dan Abrarah pun terbunuh dalam peristiwa itu. Peristiwa yang menakjubkan, yang membuat orang-orang yang menyaksikannya tidak dapat untuk melupakan.
5. Memelihara Muhammad 'alaihish-shalatu was-salam
Ketika 'Abdullah bin 'Abdul-Muththalib meninggal dunia maka Aminah tetap tinggal di Mekkah di bawah penjagaan mertuanya 'Abdul Muththalib. Setelah Aminah melahirkan maka diberitahu kepada 'Abdul-Muththalib bahwa anakmu telah lahir, masya Allah padahal cucu, namun disebut sebagai anak lantaran ayah beliau telah wafat sehingga Muhammad 'alaihish-shalatu was salam diposisikan sebagai anak beliau.
'Abdul-Muththalib mencarikan ibu susu untuk cucunya Muhammad 'alaihish-shalatu was-salam, dan beliau mendapatkan Halimah As-Sa'diyyah. Selama 4 tahun bersama Halimah, lalu Muhammad 'alaihish-shalatu was-salam dikembalikan kepada ibunya Aminah. Sampai usia 6 tahun ibunya wafat, maka pemeliharaan digantikan oleh 'Abdul-Muththalib.
Pernah suatu hari Muhammad 'alaihish-shalatu was-salam duduk di kursi 'Abdul-Muththalib yang ada di sisi Ka'bah, kursi yang jangankan orang lain, anak-anak beliau saja tidak berani untuk duduk di situ, melihat yang demikian lalu paman-pamannya melarang dan mengisyaratkan untuk turun dari kursi tersebut, namun ketika 'Abdul-Muththalib datang, beliau menegur mereka dengan mengatakan: "Biarkan anakku berada di tempat dudukku, sungguh dia tahu tempat yang pantas baginya, demi Allah dia memiliki perkara yang besar".
Masuk usia 8 tahun, Abdul-Muththalib wafat dan beralih kepada pemeliharaan Abu Thalib sesuai dengan wasiat beliau.

Kamis, 26 Januari 2017

Siapakah Kaum Himyar? (Pertemuan 90)

Secara singkat Himyar itu adalah salah satu dari anak Saba' bin Yasyjub bin Ya'rub bin Qahthan. Ini sebagai bantahan bagi orang yang mengatakan bahwa Saba' bukan 'Arab, karena 'Arab diambil dari seseorang yang bernama Ya'rub. Apalagi Ya'rub inipun bukan Ya'rub yang pertama, karena sebelum 'Adnan lahir sudah ada nenek moyangnya yang bernama Ya'rub, yaitu Ya'rub bin Yasyjub bin Isma'il.

Pada pertemuan 72: "Nasab Nabi Muhammad sampai Adam", telah disebutkan bahwa 'Adnan adalah keturunan Nabi Isma'il 'alahish-shalatu was-salam, sedangkan 'Adnan tersebut punya dua anak yaitu 'Akk dan Ma'add. 'Akk menikah dengan wanita dari suku Al-'Asy'ari dan tinggal bersama mereka di Yaman, dari 'Akk inilah terlahir anak dari keturunannya yang bernama Himyar bin Saba' bin Yasyjub bin Ya'rub bin Qahthan. Adapun Ma'ad tetap di Mekkah dan berkembang menjadi bermacam suku yang di antaranya Fihr (Quraisy) yang dari Fihr inilah akan terlahir seorang Nabi yakni Muhammad 'alaihish-shalatu was-salam. Ini juga sebagai bantahan bagi orang yang mengatakan bahwa Saba' adalah Indonesia. Meskipun cukup masuk akal, tetap tidak bisa untuk diterima, karena Saba' tempatnya adalah di Yaman.

Kerajaan Saba' adalah kerajaan yang makmur dan daerahnya pun sangatlah subur, namun mereka adalah kaum penyembah bintang-bintang, telah diutus kepada mereka 13 rasul namun mereka kembali dan kembali lagi ke penyembahan kepada bintang-bintang tersebut. Di antara keturunan Saba' ada seorang Ratu yang bernama Balqis, dia merupakan keturunan yang ke 17.

Suatu hari burung Hudhud telat hadir pada pertemuan yang diadakan oleh Nabi Sulaiman 'alaihish-shalatu was-salam. Begitu Hudhud datang, ia menyampaikan alasannya bahwa saya melihat ada kerajaan yang besar yang dipimpin oleh seorang ratu, namun mereka menyembah bintang-bintang. Maka Nabi Sulaiman menyuruh Hudhud untuk mengantar surat kepada Ratu tersebut: "Janganlah kalian merasa tinggi terhadapku, datanglah kepadaku sebagai muslim". Singkat kata akhirnya Ratu Balqis masuk Islam dan kembali ke Yaman dengan membawa Islam.

Setelah Ratu Balqis wafat maka kaum Saba' kembali menyembah bintang-bintang. Lalu pecahlah bendungan Ma'rib karena digerogoti oleh tikus besar. Kerajaan Saba' kocar-kacir ke berbagai negeri dan dan daerahnya binasa.

Setelah keadaan mereda kaum Saba' kembali ke Yaman dan memulai lagi kerajaannya, namun kemakmuran telah berubah menjadi kesengsaraan dan kesuburan menjadi kegersangan. Allah Ta'ala menukar rahmat-Nya kepada Adzab, buah-buahan yang dulunya manis telah berubah menjadi buah-buah yang pahit. Ekonomi melemah dan kerajaan berada diambang keruntuhan.

Kemudian diserahkanlah kerajaan Saba' kepada saudara mereka yaitu kaum Himyar, yang salah satu dari rajanya yaitu Rabi'ah bin Nashr, setelahnya Tubban As'ad, setelahnya Hassan bin Tubban As'ad, setelahnya 'Amru bin Tubban As'ad, setelahnya Lakhni'ah, setelahnya Dzun-Nuwwas, setelahnya direbut oleh bangsa Habasyah yaitu Aryath, kemudian Aryath dibunuh oleh budak Abrahah, sehingga Abrahah naik menjadi Raja setelahnya anaknya Abrahah Ibnu Abrahah, setelahnya direbut kembali oleh bangsa Himyar yaitu Saif bin Dzi Yazn atas bantuan tentara Persia, dan setelahnya berada di bawah kekuasaan Rasulullah 'alaihis-shalatu was-salam.

Siapakah Iram bin Dzi Yazn? (Pertemuan 89)

Ini merupakan kelanjutan dari pertemuan 75: "Terkenalnya Kisah Rabi'ah bin Nashr" dan 84: Kisah "Hancurnya Yaman oleh Bangsa Habasyah"
Setelah peristiwa Ashhabul-Ukhdud (orang-orang yang membakar Nashrani shalih di dalam parit di daerah Najran atas perintah Raja Yaman yang bernama Zur'ah Zun-Nuwwas bin Tubban As'ad), maka Kaisar Romawi menyuruh An-Najasyi (Raja Habasyah) untuk mengirim bala tentara yang dipimpin oleh Aryath yang bersamanya pula seorang ahli perang bernama Abrahah Al-Asyram.
Ketika Yaman dikalahkan maka Dzun-Nuwwas melarikan diri menuju bibir pantai namun dapat dikejar oleh tentara Habasyah, akhirnya Dzun-Nuwwas pun bunuh diri dengan cara memacu kudanya terus ke laut dan mati tenggelam di sana.
Sementara ada satu orang lagi yang bernama Saif bin Dzi Yazn melarikan diri menuju Kisra Persia untuk mendapatkan pertolongan, namun itu tidak otomatis karena pasukan Habasyah tidak bisa dianggap remeh, perlu waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan diri.
Usai pertempuran maka Aryath diangkat menjadi Raja Yaman dan berkuasa hingga sekian tahun, sampai terjadi pertarungan antara Aryath dan Abrahah, meskipun Aryath sempat menghunuskan tombak ke wajah Abrahah namun akhirnya Aryath mati ditombak oleh budak setia milik Abrahah, dikarenakan Abrahah menang, sesuai kesepakatan tentu semua terntara bergabung di bawah kepemimpinan Abrahah sebagai raja Yaman.
Selanjutnya Abrahah mendapat surat dari Kaisar Romawi, bahwa kaisar bersumpah tidak akan menginjak Yaman sampai memecahkan topi baja Abrahah yakni membunuh Abrahah, lantaran Abrahah telah membunuh Aryath.
Sumpah Kaisar tidak dapat dibatalkan, ini membuat Abrahah menjadi takut, akhirnya Abrahah datang ke istana Kaisar lalu bersujud lama hingga disuruh berdiri oleh Kaisar. Abrahah memohon ampun dengan membawa topi bajanya untuk dipecahkan oleh Kaisar sekaligus membawa tanah dari Yaman agar Kaisar injak. Seraya berkata bahwa saya telah membangun Kullais (gereja) besar buat Kaisar yang belum ada gereja sebesar itu pada zamannya maupun sebelum-sebelumnya, dan saya bersumpah bahwa saya tidak akan puas sampai orang Arab Mekkah hajinya berpaling kepada Kullais.
Bergemalah sumpah Abrahah ke mana-mana hingga terdengar oleh seorang lelaki dari Nasa'ah, lalu dia datang ke Kullais untuk buang hajat di sana, kemudian pergi. Abrahah tiba-tiba melihat ada kotoran di Kullais, dan murka, siapa yang melakukan ini? Menurut saksi mata bahwa ini dilakukan oleh seorang Arab karena geram saat Tuan Raja bersumpah untuk memalingkan hajinya orang Arab ke Kullais.
Oleh sebab itu Abrahah bersumpah untuk menghancurkan Ka'bah, namun akhirnya dia dan pasukannya binasa diserang burung Ababil dan sebagian besar pasukan mati seketika itu. Jadi bukanlah yang dimaksud bahwa pasukan terserang penyakit cacar atau kusta atau segala macam, karena penyakit itu berproses, sementara dalam riwayat bahwa mereka mati saat itu juga.
Ketika Abrahah mati maka anaknya Ibnu Abrahah Al-Asyram menggantikan kedudukannya sebagai raja di Yaman. Lalu datanglah pasukan dari Persia untuk menyerang Yaman, dan akhirnya Yaman berhasil ditaklukkan, sehingga tidak menyisakan bangsa Habasyah (Sudan) di Yaman.
Maka berkuasalah Saif bin Dzi Yazn, rupanya dialah Iram bin Dzi Yazn itu. Saif bin Dzi Yazn mendapat ucapan selamat dari berbagai pembesar kabilah-kabilah Arab, lantaran telah mengembalikan Yaman kepada bangsa Himyar. Di antara yang datang adalah Abdul-Muththalib beserta rombongan dan saat itu umur Rasulullah baru 7 tahun (menurut pendapat Ibnu Katsir). Saif bin Dzi Yazn menyambut Abdul-Muththalib dengan Ahlan wa sahlan, sebuah kalimat yang belum pernah diucapkan oleh siapapun sebelumnya, karena Saif lah yang pertama kali mengucapkan kalimat itu, sebagai penghormatan untuk Abdu-Muththalib, lantaran Abdul-Muththalib adalah orang yang dipercayakan kaum Arab untuk memelihara Ka'bah, beliau juga seorang pembesar Quraisy, di mana Quraisy adalah kaum yang sangat disegani.
Saif bin Dzi Yazn mengatakan, sudah saatnya seorang nabi diutus, informasi ini beliau dapati sebagaimana terkenalnya kisah Rabi'ah bin Nashr, bahwa Iran bin Dzi Yazn akan dikalahkan oleh oleh seorang Nabi yang suci, yang mendapat wahyu dari langit, yang karenanya semua orang Yaman masuk Islam.

Rabu, 25 Januari 2017

Soal Benteng Ottoman yang Musnah (Pertemuan 88)

Pada pertemuan 85 yang berjudul: "Fitnah Perongrong Daulah Islamiyyah" kita telah menyinggung tentang daulah 'utsmaniyyah, turki 'utsmani atau ottoman, menyebutkan nama-nama rajanya dan tahun berkuasanya, serta memberikan sedikit alasan mengapa dinasti ini mengalami keruntuhan.

Pada hakekatnya gejala-gejala keruntuhan ottoman sudah dapat dirasakan jauh hari sebelum ia benar-benar runtuh sehingga kini berubah manjadi Republik Turki.

Namun bagi yang menyukai sejarah Islam tidak perlu khawatir dari kehilangan situs, karena situs-situs yang dikhabarkan hilang ternyata tidak semuanya hilang, sebagian telah pindah ke situs internet dan sebagiannya tersimpan di museum dalam bentuk replika.

Hanya saja kita maklum bahwa pada waktu itu kamera baru digunakan pada tahun 1800-an dengan segala keterbatasannya, namun kita bersyukur bahwa ahli sejarah ada menuliskan kejadian-kejadian penting dalam buku karya mereka.

Kita dapat menelusuri sejarah bahwa pada waktu itu paling tidak ada dua barisan besar yang sedang gencar-gencarnya melakukan ekspansi, yaitu Mongol dan Ottoman, meskipun yang namanya perang cenderung kejam, namun perbedaan dari keduanya sangat-sangat mencolok, yakni Mongol dengan segala kebengisannya dan Ottoman dengan segala sportifitasnya.

Pada saat penaklukan demi penaklukan negeri, tentunya negeri-negeri yang berhasil ditaklukkan akan menjadi milik penakluk, di mana benteng-benteng, rumah ibadah dan rakyatnya telah dikuasai. Jadi tidak semua peninggalan Ottoman itu murni buatan Ottoman, karena sebagiannya seperti benteng-benteng hanya tinggal mereparasi dan menempati sehingga tidak perlu untuk membangun lagi.

Ketika Ottoman telah runtuh, terpecah menjadi berbagai negara, baik menjadi negara-negara Islam maupun menjadi negara-negara kafir, tentunya peninggalan-peninggalan dari Ottoman menjadi milik negara-negara tersebut. Soal mereka mau memusnahkannya ataupun mau memeliharanya itu hak bagi negara-negara bersangkutan. Namun Republik Turki sampai saat ini tetap masih memeliharanya.

Tulisan ini merupakan keterusan dari pertemuan 74 dengan judul: "Situs Sejarah Islam di Haramain Tidak Ada yang Hilang". Di mana saat berbicara tentang perluasan Haramain, ada kalimat penting di situ yakni: "Jadi ini bukan bermaksud menghilangkan sejarah 'Abbasiyyah dan Ottoman, seandainya 'Abbasiyyah dan Ottoman masih ada tentu mereka akan melakukan hal yang sama".

Kalau puing-puing peninggalan Ottoman tidak mengganggu perluasan Haramain maka tidak ada alasan untuk dimusnahkan, terlebih lagi puing-puing peninggalan Ottoman bisa membahayakan jama'ah haji yang sedang beribadah dan lebih berbahaya kalau dijadikan tempat untuk mencari berkah.

Tujuan utama perlunya situs sejarah adalah untuk pengkajian ilmu pengetahuan, sedangkan sejarah tersebut telah dibukukan, sehingga bagi teman-teman yang ingin melihat rupa dari situs itu cukuplah diwakili dengan replika yang ada di museum Timur Tengah, dan itu patut kita syukuri.

Selasa, 24 Januari 2017

Mengapa Harus menulis? (Pertemuan 87)

العلم صيد والكتابة قيده
قيد صيودك بالحبال الواثقة
فمن الحماقة أن تصيد غزالة
وتتركها بين الخلائق طالقة

Al-'Ilmu shaidun wal-kitaabatu qayyiduh
Qayyid shuyuudaka bil-hibaalil-waatsiqah
Faminal-hamaaqati an tashiida ghazaalah
Wa tatrukuhaa bainal-khalaa'iqi thaalaqah

"Ilmu itu adalah buruan Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Maka termasuk kebodohan adalah kamu berburu kijang
Sementara kamu membiarkannya lepas di antara manusia".

Perkataan di atas adalah anjuran untuk mencatat agar mengingatkan kita di saat kita lupa, oleh karena itu Islam menyuruh ummatnya untuk mencatat terutama perihal utang piutang. Bahwa orang ini telah berhutang kepada saya atau saya telah berhutang kepada orang ini sekian dan seterusnya.

Pada saat kita mendengar atau membaca sesuatu sebenarnya otak kita secara otomatis sedang mencatatnya satu persatu, hanya saja catatan itu tidak bisa dimengerti oleh orang lain sampai kita menyampaikannya dengan benar, baik itu melalui lisan maupun tulisan.

Kalau kita hendak menyampaikan sesuatu yang bermanfaat maka mau tidak mau kita mesti memahami terlebih dahulu sesuatu itu, baik berdasar pada pengalaman atau dari proses pembelajaran.

Menulis memiliki banyak manfaat, dan untuk menjadi seorang penulis tentunya harus banyak membaca. Dengan membaca maka akan bertambahlah perbendaharaan kata-kata, yang ini sangat penting dalam membuat suatu tulisan bahkan dapat memperlancar kita dalam berbicara.

Yang perlu diperhatikan ketika mau menulis adalah faktor niat, bahwa kita sedang belajar dan belajar itu merupakan perintah agama, yang tentunya bernilai pahala. Oleh karenanya apakah orang lain mau membacanya ataukah tidak maka itu bukan urusan kita, dengan kata lain teruslah berkarya meskipun tidak ada yang "like".

Di saat menulis hendaklah tidak memposisikan diri sebagai editor, lepas saja, mengalir saja, tanpa ada beban, teruslah menulis sampai tulisan tersebut selesai. Setelah selesai baru diceck mana yang harus diperbaiki. Kalau belum-belum kita sudah banyak memperbaiki kata-kata, maka percayalah bahwa tulisan kita lama sekali mau selesai. Baru saja memulai sudah banyak yang dihapus, akhirnya mengulang lagi dan mengulang lagi.

Kadang kita bingung, apa yang akan kita tulis, oleh karenanya kita memerlukan suatu ide atau pokok pikiran utama. Misalnya kita melihat ada sebuah jembatan yang rusak, meskipun hanya berupa lubang namun itu cukup berbahaya bagi pengendara terutama yang beroda dua. Sebuah tulisan yang hendak kita angkat diharapkan bisa bermanfaat bagi pengguna jalan maupun pemerintah setempat yang mungkin belum sampai kepada mereka berita sehingga seolah mengabaikan perbaikan terhadap jembatan tersebut.

Ajaran Islam tidak membenarkan ummatnya untuk berdongeng, yakni mengarang cerita fiktif meskipun itu bermanfaat. Karena dongeng adalah cerita bohong dan sama saja mengajarkan orang lain untuk suka berbohong.

Kesibukan untuk menceritakan kisah-kisah palsu dapat berakibat terlalaikannya kita untuk mempelajari kisah-kisah yang nyata, kisah-kisah yang dikhabarkan oleh Allah Ta'ala dalam kitab-Nya, dalam hadits-hadits Nabi-Nya dan dalam riwayat-riwayat orang-orang shalih dari hamba-hamba-Nya.

Kisah-kisah palsu apabila tercampur dalam memori kita maka dapat pula berakibat bingungnya kita dalam memahami sesuatu, lantaran tidak memiliki pijakan yang tetap alias plin-plan. Suatu hari bilang begini tapi di hari yang lain bilang begitu.

Dalam hal ini Allah Ta'ala berkata: "Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an, seandainya Al-Qur'an itu bukan datang dari Allah, maka sungguh mereka akan melihat pertentangan yang banyak", yakni sungguh mereka akan mendapati antara ayat satu dengan ayat yang lainnya saling bertentangan, saling bertolak belakang.

Suatu cerita bohong tidaklah ia dijadikan kecuali untuk dibantah, diklarifikasi, dijelaskan kebohongannya. Biasanya cerita bohong itu mengandung kemunkaran, mengandung pertentangan terhadap kebenaran.

Misalnya seseorang mengarang cerita tentang kasih ibu yang terabaikan, ibu tersebut hidup terlantar di pinggir jalan sementara anak-anaknya tidak perduli sedikitpun. Sampai di sini cerita tersebut sudah nampak kemungkarannya, yaitu apa benar anak-anaknya tidak perduli sedikitpun? Apalagi kalau cerita itu dilanjutkan, dikasih bunga-bunga agar lebih menarik, yang akhirnya anak-anaknya menjadi celaka atau anak-anaknya akan menyesal. Kalau anak-anaknya celaka, apakah seorang ibu menjadi bahagia?, atau kalau anak-anaknya menyesal, apakah dikarenakan justru ibunya yang kena celaka? Cerita tersebut akan menjadi sangat parah tatkala pengarangnya sudah melibatkan kutukan Allah, itu sama halnya dengan mengada-adakan kebohongan atas nama Allah.

Seorang penulis yang pandai berdusta suatu hari nanti tidak akan dipercaya. Ini bisa kita lihat pada situs-situs tertentu maupun stasiun televisi yang gemar memosting atau menyiarkan berita-berita hoax atau abal-abal.

Jadi, kita hanya mengungkap semua kebenaran dan membantah segala kebathilan, dengan tetap berada dalam bimbingan ulama' sehingga tidak cenderung mengada-ada. Karena kita bertugas untuk memberitahu orang-orang ke arah kebaikan, bukan justru menjerumuskan mereka ke lembah kenistaan.

Fitnah Perongrong Daulah Islamiyyah (Pertemuan 85)

Ini mengenai daulah Islamiyyah:
1. Al-Khulafa'ur-Rasyidin
2. Daulah Umayyah
3. Daulah 'Abbasiyyah
4. Daulah 'Utsmaniyyah
5. Daulah Sau'diyyah

AL-KULAFA'UR-RASYIDIN
Berlangsung sampai 30 tahun

1). 632-634M Abu Bakr Ash-Shiddiq 11-13H, berkuasa selama 2 tahun.

*Beliau memerangi orang-orang yang murtadd yang di antaranya adalah kaum yang menolak membayar zakat lantaran berpendapat bahwa zakat hanyalah upeti.

2). 634-644M 'Umar bin Al-Khaththab 13-23H, berkuasa selama 10 tahun.

*Beliau wafat beberapa waktu setelah ditikam pisau beracun oleh Abu Lu'lu'ah Al-Majusi, ketika Abu Lu'luah tertangkap maka diapun bunuh diri dengan menggunakan pisau tersebut, yang kini kuburan Abu Lu'luah diagungkan oleh kaum syi'ah rafidhah.

3). 644 656M 'Utsman bin 'Affan 23-35H, berkuasa selama 12 tahun.

*Pertama kali munculnya pelopor syi'ah bernama Abdullah bin Saba' dan dari pengaruhnya pula muncul perberontakan pertama di dalam Islam yaitu khawarij. Pemberontakan khawarij tersebut menjadi sebab syahidnya khalifah 'Utsman bin 'Affan.

4). 656-661M 'Ali bin Abi Thalib 35-40H, berkuasa selama 5 tahun.

*Mengutus Ibnu 'Abbas untuk menasehati kelompok khawarij dan bertaubat dari khawarij itu sebagian kelompok, adapun sisanya diperangi.

*Mencambuk orang yang mengatakan bahwa 'Ali lebih utama dari Abu Bakr dan 'Umar. Membakar orang yang menguduskan/ mengkultuskan (menuhankan) 'Ali bin Abi Thalib.

*Beliau ditikam oleh Abdurrahman bin Muljim, serang mantan qari' yang pernah diutus oleh 'Umar bin Al-Khaththab ke Mesir dan pernah memerintahkan agar orang Mesir memuliakannya, namun tak disangka dia terpengaruh fitnah khawarij.

5). 661-661M Hasan bin 'Ali 40-40H, berkuasa selama 4 bulan.

*Hasan bin 'Ali mengqishash 'Abdurrahman bin Muljim, setelah itu mayatnya dibakar. Kemudian beliau menyerahkan kepemimpinannya kepada Mu'awiyyah bin Abi Sufyan.

DAULAH UMAYYAH
Terdiri dari dua fase:
A. Damaskus
B. Kordoba

A. 661-750 di Damaskus

1. 661-680 Mu'wiyyah bin Abi Sufyan
2. 680-683 Yazid bin Mu'awiyyah

*Peristiwa syahidnya Husain di Karbala, oleh tentara Yazid, padahal beliau tidak memerintahkan tentaranya sampai sejauh itu. Ini terjadi pada hakikatnya adalah atas jebakan dari syi'ah

3. 683-684 Mu'wiyyah bin Yazid
4. 684-685 Marwan bin Al-Hakam
5. 685-705 'Abdul-Malik bin Marwan

*Munculnya istilah rafidhah pada syi'ah, lantaran menolak Zaid bin Ali Zainal-Abidin 695-740M, Zaid mengatakan: "Rafadhtumuunii fa antum rafiidhah", "Kalian menolakku, maka kalian rafidhah"

(Al-Imam Abu Hanifah 699-767M)

6. 705-715 Al-Walid bin 'Abdul-Malik (Al-Imam Malik bin Anas 714-800M)
7. 715-716 Sulaiman bin 'Abdul-Malik

*Al-Ja'd bin Dirham 715-724M, adalah guru Jahm bin Shafwan 696-745M. Al-Ja'd disembelih oleh Khalid bin 'Abdillah Al-Qasri, seorang gubernur 'Iraq di masa Bani Umayyah, pada 'idul-adhha lantaran Ja'd mengatakan Allah tidak mengangkat Nabi Ibrahim sebagai khalil dan Dia tidak berbicara kepada Nabi Musa. Ajaran Al-Ja'd bin Dirham diteruskan oleh Jahm bin Shafwan yang menolak sifat-sifat Allah.

8. 717-720 'Umar bin 'Abdul-'Aziz

#Beliau seorang 'amir/ pemimpin sekaligus ahlul-ilmi, di mana sunnah benar-benar dibela dan keadilan benar-benar merata, sehingga ada yang menyebut beliau sebagai khalifah kelima, namun dengan rendah hati beliau mengatakan: "Debu jihad yang menempel di hidung Mu'awiyyah jauh lebih baik daripada 'Umar bin 'Abdul-'Aziz".

9. 720-724 Yazid bin 'Abdul-Malik
10. 724743- Hisyam bin 'Abdul-Malik

*Munculnya aliran mu'tazilah yang diusung oleh Wasil bin Atha' bahwa pelaku dosa besar tidak mu'min dan tidak kafir, pendapat ini bertentangan dengan gurunya Al-Hasan Al-Bashri yang menyatakan pelaku dosa besar selain syirik imannya berkurang dan tidak kafir. Al-Hasan Al-Bashri adalah murid 'Utsman bin 'Affan, 'Abdullah bin 'Abbas, 'Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy'ari, Anas bin Malik, Jabir bin 'Abdullah dan 'Abdullah bin 'Umar, sehingga beliau menjadi guru besar di Bashrah.

11. 743-744 Al-Walid bin Yazid
12. 744-744 Yazid bin Walid
13. 744-744 Ibrahim bin Malik
14. 744-750 Marwan bin Muhammad

B. 929-1031 di Kordoba

Daulah Umayyah pertama
929-961 'Abdurrahman bin Muhammad
961-979 Al-Hakam bin 'Abdurrahman
976-1009 Hisyam bin Al-Hakam
1009-1009 Muhammad
1009-1010 Sulaiman bin Al-Hakam
1010-1012 Hisyam bin Al-Hakam
1012-1016 Sulaiman bin Al-Hakam
1018-1018 'Abdurrahman

Daulah Hammudid pertama
1016-1018 'Ali bin Hammud An-Nashir 1018-1021 Al-Qasim Al-Ma'mun bin Hammud
1021-1023 Yahya bin 'Ali bin Hammud
1023-1023 Al-Qasim Al-Ma'mun bin Hammud

Daulah Umayyah kedua
1023-1024 'Abdurrahman
1024-1025 Muhammad bin 'Abdurrahman

Daulah Hammudi kedua
1025-2031 Yahya bin 'Ali Hammud

Daulah Umayyah ketiga
1026-1031 Hisyam

DAULAH 'ABBASIYYAH
Terdiri dari 2 fase:
A. Baghdad
B. Kairo

A. 750-1258 di Baghdad

750-754 Ash-Shaffah
754-755 An-Manshur
755-785 Al-Mahdi

(Al-Imam Asy-Syafi'i 767-819M)
(Al-Imam Ahmad bin Hanbal 780-855M)

785-786 Al-Hadi
786-809 Harun Ar-Rasyid

[Al-Imam Al-Bukhari 810-870M]
Di antara guru beliau adalah Al-Imam Asy-Syafi'i.

809-813 Al-Amin
813-833 Al-Ma'mun

[Al-Imam Abu Dawud 817-889M]
[Al-Imam Muslim 821-875M]
[Al-Imam At-Tirmidzi 822-892M]
[Al-Imam Ibnu Majah 824/826-887M]
[Al-Imam An-Nasa'i 829-915M]

*Fitnah besar yang menyatakan Al-Qur'an adalah makhluk sehingga Al-Imam Ibnu Hanbal disiksa dan dipenjara hanya karena tidak mau mengatakan sesuatu yang tidak pernah dikatakan oleh pendahulunya yaitu para shahabat dan tabi'in, di mana telah sepakat ahlus-sunnah bahwa Al-Qur'an adalah perkataan Allah bukan makhluk.

833-842 Al-Mu'tashim
842-847 Al-Wathiq
847-861 Al-Mutawakkil
861-862 Al-Muntasir
862-866 Al-Musta'in
866-869 Al-Mu'tazz
869-870 Al-Muhtadi
870-892 Al-Mu'tamid
892-902 Al-Mu'tadid
902-908 Al-Muktafi
908-932 Al-Muqtadir

*930M Mekkah di serang oleh syi'ah qaramithah dan mencuri hajar aswad selama 22 tahun. Syi'ah qaramithah diambil dari nama Abu Thahir Al-Qurmuthi/ Al-Qirmith yang beraliran syi'ah isma'iliyyah, yakni mengatas-namakan Isma'il bin Ja'far Ash-Shadiq. Syi'ah qaramithah dalam melakukan pembantaian di berbagai kota adalah bekerjasama dengan nashrani dan kaum tartar/ Mongol.

932-934 Al-Qahir
934-940 Ar-Radhi
940-944 Al-Muttaqi
944-946 Al-Mustakfi
946-974 Al-Muthi'
974 991 Ath-Thai
991-1031 Al-Qadir
1031-1075 Al-Qaim
1075-1094 Al-Muqtadhi
1094-1118 Al-Muntazhir
1118-1135 Al-Mustarsyid
1135-1136 Ar-Rasyid
1136-1160 Al-Muqtafi
1160-1170 Al-Mustanjid
1170-1180 Al-Mustadi
1180-1225 An-Nashir
1225-1226 Azh-Zhahir
1226-1242 Al-Mustanshir
1242-1258 Al-Musta'shim Billah

*Baghdad runtuh diserang bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan atas kerjasama dengan seorang syi'ah rafidhah Ibnu Alqami perdana menteri Al-Musta'shim Billah yang berkhianat.

B. 1261-1517 di Kairo

1261-1262 Al-Mustanshir 2
1262-1302 Al-Hakim 1
1302-1340 Al-Mustakfi 2
1340-1341 Al Watsiq 2
1341-1352 Al-Hakim 2
1352-1362 Al-Mu'tadid
1362-1377 Al-Mutawakkil 1
1377-1377 Al-Musta'shim 2
1377-1383 Al-Mutwakkil 1
1383-1386 Al-Watsiq 3
1386-1389 Al-Musta'shim 2
1389-1406 Al-Mutawakkil 1
1406-1414 Al-Musta'in
1414-1441 Al-Mu'tadid 3
1441-1451 Al-Mustakfi 3
1451-1455 Al-Qaim 2
1455-1479 Al-Mustanjid 2
1479-1497 Al-Mutawakkil 2
1497-1508 Al-Mustamsik
1508-1516 Al-Mutawakkil 3
1516-1517 Al-Mustamsik
1517-1517 Al-Mutawakkil 3

DAULAH 'UTSMANIYYAH

1230-1281 Artughul Ghazi
1281-1299 'Utsman bin Artughul
1299-1326 Osman 1 (pertama)

*Tahun 1299 Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah memimpin sebuah pasukan untuk melawan pasukan Mongol di Syakhab, dekat kota Damaskus dan beliau mendapat kemenangan yang gilang gemilang.

1326-1362 Orhan 1
1362-1389 Murad 1
1389-1403 Bayazid 1
1403-1405 Isa Celebi
1405-1411 Sulaiman Celebi
1411-1413 Musa Celebi
1413-1413 Mehmed Celebi
1413-1421 Mehmed 1
1421-1444 Murad 2
1444-1446 Mehmed 2
1446-1451 Murad 2
1451-1481 Mehmed 2
1481-1512 Bayazid 2
1512-1520 Selim 1
1520-1566 Sulaiman 1
1566-1574 Selim 2
1574-1595 Murad 3
1595-1603 Mehmed 3
1603-1917 Ahmad 1
1617-1618 Musthafa 1
1618-1622 Osman 2
1622-1623 Musthafa 1
1623-1640 Murad 4
1640-1648 Ibrahim 1
1648-1687 Mehmed 4
1687-1691 Sulaiman 2
1691-1695 Ahmad 2
1695-1703 Musthafa 2
1703-1730 Ahmed 3

#Syaikhul-Islam Muhammad bin 'Abdul-Wahhab 1703-1792M, beliau lahir di 'Uyainah Najd, suatu daerah yang tidak masuk wilayah kekuasaan Daulah 'Utsmaniyyah.

1730-1754 Mahmud 1
1754-1757 Osman 3
1757-1774 Musthafa 3
1774-1789 'Abdul-Hamid 1
1789-1807 Salim 3
1807-1808 Musthafa 4
1808-1839 Mahmud 2
1839-1861 'Abdul-Majid 1
1861-1876 'Abdul-'Aziz 1
1876-1976 Murad 5
1976-1909 'Abdul-Hamid 2
1909-1918 Mehmed 5
1918-1922 Mehmed 6 (terakhir) 1922-1924 'Abdul-Majid 2

*Kehancuran daulah 'utsmaniyyah dipicu beberapa sebab, secara internal banyak terjadi kemaksiatan di istana-istana, terjadi pula pembunuhan antar saudara hanya karena hendak menjadi raja, intinya sudah semakin jauhnya mereka dari nilai-nilai Islam. Adapun secara eksternal mereka serba ketinggalan terutama dalam persenjataan perang, terlebih lagi ekonomi mereka terus melemah akibat terhentinya ekspansi.

DAULAH SA'UDIYYAH
Sejarah daulah sa'udiyyah ini cukup panjang yang insya Allah akan kita kupas pada pertemuan yang lainnya.

*MUSUH BESAR DAULAH ISLAMIYYAH: KEKAISARAN MONGOL/ KAUM TARTAR

1206-1227 Jenghis Khan
1229-1241 Ogedei Khan
1246-1248 Guyuk Khan
1251-1259 Mongke Khan
1260-1294 Kublai Khan
1333-1370 Toghan Temur Khan

Kode:
* Kemunculan Fitnah
(...) Imam Madzhab
[...] Imam Hadits
# 'Ulama Ahlus-Sunnah