Rabu, 25 Januari 2017

Soal Benteng Ottoman yang Musnah (Pertemuan 88)

Pada pertemuan 85 yang berjudul: "Fitnah Perongrong Daulah Islamiyyah" kita telah menyinggung tentang daulah 'utsmaniyyah, turki 'utsmani atau ottoman, menyebutkan nama-nama rajanya dan tahun berkuasanya, serta memberikan sedikit alasan mengapa dinasti ini mengalami keruntuhan.

Pada hakekatnya gejala-gejala keruntuhan ottoman sudah dapat dirasakan jauh hari sebelum ia benar-benar runtuh sehingga kini berubah manjadi Republik Turki.

Namun bagi yang menyukai sejarah Islam tidak perlu khawatir dari kehilangan situs, karena situs-situs yang dikhabarkan hilang ternyata tidak semuanya hilang, sebagian telah pindah ke situs internet dan sebagiannya tersimpan di museum dalam bentuk replika.

Hanya saja kita maklum bahwa pada waktu itu kamera baru digunakan pada tahun 1800-an dengan segala keterbatasannya, namun kita bersyukur bahwa ahli sejarah ada menuliskan kejadian-kejadian penting dalam buku karya mereka.

Kita dapat menelusuri sejarah bahwa pada waktu itu paling tidak ada dua barisan besar yang sedang gencar-gencarnya melakukan ekspansi, yaitu Mongol dan Ottoman, meskipun yang namanya perang cenderung kejam, namun perbedaan dari keduanya sangat-sangat mencolok, yakni Mongol dengan segala kebengisannya dan Ottoman dengan segala sportifitasnya.

Pada saat penaklukan demi penaklukan negeri, tentunya negeri-negeri yang berhasil ditaklukkan akan menjadi milik penakluk, di mana benteng-benteng, rumah ibadah dan rakyatnya telah dikuasai. Jadi tidak semua peninggalan Ottoman itu murni buatan Ottoman, karena sebagiannya seperti benteng-benteng hanya tinggal mereparasi dan menempati sehingga tidak perlu untuk membangun lagi.

Ketika Ottoman telah runtuh, terpecah menjadi berbagai negara, baik menjadi negara-negara Islam maupun menjadi negara-negara kafir, tentunya peninggalan-peninggalan dari Ottoman menjadi milik negara-negara tersebut. Soal mereka mau memusnahkannya ataupun mau memeliharanya itu hak bagi negara-negara bersangkutan. Namun Republik Turki sampai saat ini tetap masih memeliharanya.

Tulisan ini merupakan keterusan dari pertemuan 74 dengan judul: "Situs Sejarah Islam di Haramain Tidak Ada yang Hilang". Di mana saat berbicara tentang perluasan Haramain, ada kalimat penting di situ yakni: "Jadi ini bukan bermaksud menghilangkan sejarah 'Abbasiyyah dan Ottoman, seandainya 'Abbasiyyah dan Ottoman masih ada tentu mereka akan melakukan hal yang sama".

Kalau puing-puing peninggalan Ottoman tidak mengganggu perluasan Haramain maka tidak ada alasan untuk dimusnahkan, terlebih lagi puing-puing peninggalan Ottoman bisa membahayakan jama'ah haji yang sedang beribadah dan lebih berbahaya kalau dijadikan tempat untuk mencari berkah.

Tujuan utama perlunya situs sejarah adalah untuk pengkajian ilmu pengetahuan, sedangkan sejarah tersebut telah dibukukan, sehingga bagi teman-teman yang ingin melihat rupa dari situs itu cukuplah diwakili dengan replika yang ada di museum Timur Tengah, dan itu patut kita syukuri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar