Selasa, 10 Januari 2017

Islam Bukan Soal Rebutan Kekuasaan, Kisah Musailamah Al-Kadzdzab (Pertemuan 70)

Fathu Makkah (فتح مكة) adalah peristiwa pembebasan kota Mekkah yang terjadi pada tahun 630 M atau lebih tepatnya 10 Ramadhan 8 H, di mana 10.000 pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah 'alaihish-shalatu was-salam berangkat dari Madinah menuju Mekkah dan setelah itu Mekkah pun berhasil ditaklukkan secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah.

Setelah peristiwa Fathu Makkah maka manusia datang berbondong-bondong dari berbagai penjuru negeri hendak menemui Rasulullah 'alaihish-shalatu was-salam untuk menyatakan keislaman mereka (lihat surah An-Nashr). Di antara rombongan yang datang adalah dari Yamamah, rombongan dari Yamamah ini menemui Rasulullah 'alaihish-shalatu was-salam namun meninggalkan salah seorang dari mereka untuk menjaga kendaraan, barang-barang dan perbekalan mereka. Setelah diberitahu bahwa masih ada satu orang yang tidak diajak masuk maka Rasulullah 'alaihish-shalatu was-salam menasehati mereka dengan mengatakan: "Belum tentu orang yang ditugaskan untuk menjaga lebih mulia dari kalian", sampailah kabar itu kepada orang tadi sehingga membuat dirinya menjadi GR (Gede Rasa), orang itu adalah Musailamah bin Habib Al-Hanafi, yakni dari Bani Hanifah yang kemudian hari menjadi Nabi Palsu sehingga mendapat gelar Al-Kadzdzab.

Dari Sa'id Al-Khudri ridhwanullahi 'alaih berkata: Aku mendengar Rasulullah 'alaihish-shalatu was-salam berkhuthbah: "Wahai manusia, sesungguhnya aku melihat di dalam mimpiku di malam lailatul-qadr kemudian aku dilupakan dan aku melihat padaku ada dua gelang emas namun aku membencinya, dua gelang emas itupun aku tiup dan terbang. Aku takwilkan bahwa ada dua orang pendusta yang ingin melekat dengan kedudukanku, yang satu orang dari Yamamah dan satu orang lagi dari Yaman. (Atau sebagaimana persisnya Rasulullah 'alaihish-shalatu was-salam katakan). Dua orang itu adalah Musailamah bin Habib Al-Hanafi yakni dari Bani Hanifah asal Yamamah dan Aswad bin Ka'ab Al-Anasi asal Shan'a-Yaman.

Dari Abu Hurairah ridhwanullahi 'alaih berkata: Aku mendengar Rasulullah 'alaihish-shalatu was-salam berkata: "Tidak terjadi hari kiamat sampai genap keluar 30 Dajjal pendusta yang semuanya mengaku nabi"

Rasulullah 'alaihish-shalatu was-salam mengutus para pemimpin untuk mengambil zakat ke berbagai negeri, zakat yang diambil dari orang-orang yang mampu bagi yang hartanya sudah sampai nishab 12 bulan, yang kelak untuk dibagikan kepada kaum fakir dan miskin. Di antara yang diutus adalah Muhajir bin Umayyah bin Mughirah ridwanullahi 'alaih untuk mendatangi Shan'a-Yaman yang kemudian berhadapan dengan nabi palsu Aswad bin Ka'ab Al-Anasi.

Musailamah bin Habib Al-Hanafi mengirim surat melalui dua orang utusannya: "Dari Musailamah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah, salam atas engkau, amma ba'du. Sesungguhnya aku diserikatkan dengan engkau, untukmu separuh dunia dan untuk kami separuh dunia, sesungguhnya Quraisy adalah kaum yang melampaui batas". Setelah dibacakan surat itu maka Rasulullah 'alaihish-shalatu was-salam menanyai dua utusan tersebut: "Apa yang ingin kalian berdua katakan?", mereka menjawab: "Kami berkata sebagaimana perkataannya?". Rasulullah 'alaihish-shalatu was-salam berkata: "Adapun aku mengingkarinya, sungguh demi Allah, seandainya bukan karena utusan tidak boleh dibunuh maka akan aku penggal batang leher kalian berdua", dalam riwayat lain: "Seandainya bukan karena tamu tidak boleh dibunuh maka akan aku bunuh kalian berdua".

Demikianlah ajaran Islam yang tidak memperbolehkan ummatnya untuk membunuh utusan atau tamu, meskipun dia datang dengan maksud jelek, meskipun hati terasa jengkel, meskipun pada kelanjutannya akan berperang juga dengan mereka, masalahnya yang namanya utusan kan lemah, tidak punya kekuatan, jadi tidak jantan kalau membinasakan orang lemah, karena itu Rasulullah 'alaihish shalatu was-salam membiarkan utusan itu pergi, namun Rasulullah 'alaihish-shalatu was-salam menyuarakan perang terhadap mereka.

Rasulullah membalas surat: "Bismillaahirrahmaanirrahiim, dari Muhammad Rasulullah kepada Musailamah Al-Kadzdzab (Pendusta), keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk, amma ba'du. Sesungguhnya bumi ini milik Allah, Dia mewariskan kepada siapa saja yang dikehendakinya dan akibat yang baik bagi orang-orang yang bertakwa".

Musailamah salah dalam memahami nubuwwah, padahal kenabian sebenarnya bukanlah urusan kekuasaan, bukan urusan bagi wilayah tapi menegakkan kalimat tauhid, kalau saja Romawi dan Persia masuk Islam semuanya maka tetap mereka dibiarkan bersama penguasanya, bukannya diganggu karena kenabian bukanlah penjajahan.

Perstiwa nabi palsu ini terjadi pada akhir-akhir 10 H. Musailamah Al-Kadzdzab akhirnya terbunuh pada perang Yamamah di zaman kekhalifahan Abu Bakr Ash-Shiddiq ridhwanullah 'alaih oleh seorang ahli tombak yang bernama Wahshi ridhwanullah 'alaih seraya mengatakan: "Aku membunuh dengan tombak ini manusia terbaik dan aku pun membunuh dengan tombak yang sama manusia terjelek". Yakni dengan tombak ini beliau pernah membunuh Hamzah bin Abdul-Muththalib ridwanullah 'alaih di perang Uhud, namun setelah beliau masuk Islam maka dengan tombak yang sama beliau membunuh Musailamah Al-Kadzdzab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar