Rabu, 04 Januari 2017

Membantah Seribu Perkara yang Katanya Allah Tidak Mampu (Pertemuan 63)

Ungkapan: "... saya tahu seribu perkara yang Allah tidak mampu melakukannya..." dipopulerkan oleh seorang da'i yang cukup fenomenal di dunia maya, di mana dia memiliki jasa besar yang ramai manusia bersedia masuk Islam setelah mendengar ceramahnya. Namun sebesar apapun jasa seseorang di dalam Islam, apabila kita menemukan kalimat-kalimat yang membahayakan akidah, kita mesti memberitahukannya kepada manusia, agar jangan sampai hanya karena membela seseorang kita malah membenarkan suatu yang mungkar atau menganggap mungkar suatu yang benar.

Kalimat: "...seribu perkara yang Allah tidak mampu melakukannya..." merupakan kalimat yang sengaja dibuat oleh orang-orang yang berpaham filsafat untuk bermain-main dalam urusan akidah. Mereka menjebak dengan pertanyaan: "Apakah Allah bisa memasukkan Nabi ke dalam neraka? Kalau tidak bisa berarti ada yang Allah tidak bisa melakukannya" perhatikan perkataan tersebut, tidak berlebihan kalau kita bilang ini kalimat memang betul-betul biadab, tidak berakhlak kepada Allah 'Azza wa Jalla. Mereka juga bertanya "Apakah Allah bisa menciptakan sebongkah batu yang lebih berat dari kemampuannya? Kalau bisa berarti ada yang Allah tidak mampu mengangkatnya". Dan pernyataan-pernyataan lain yang sampai berjumlah seribu perkara yang rasanya kita tidak sanggup untuk menyebutnya.

Dalam membantah pernyataan "...seribu perkara yang Allah tidak mampu melakukannya..." memerlukan kesungguhan dalam memahaminya, agar jangan sampai tercampur dua masalah yang seharusnya terpisah.

إن الله على كل شيء قدير

"Sesungguhnya Allah atas segala sesuatu Maha Mampu",

kalimat "sesuatu" di sini mencakup hal-hal yang bersifat wajib dan boleh, bukan dalam hal-hal yang bersifat mustahil, karena hal-hal yang bersifat mustahil bukanlah "sesuatu". Allah Ta'ala mengharamkan atas diri-Nya kezhaliman, ini berarti Dia Ta'ala mewajibkan atas diri-Nya keadilan. Maka mustahil Allah Ta'ala akan memasukkan Nabi ke dalam nar karena itu suatu kezhaliman dan mustahil Allah Ta'ala memasukkan orang-orang kafir ke jannah karena itu suatu ketidak-adilan.

Allah Ta'ala adalah satu-satu pencipta alam semesta, dan Dia Ta'ala tidak rela kalau ada pencipta lain beserta-Nya, maka mustahil Dia Ta'ala akan menciptakan satu atau lebih makhluk yang dapat menciptakan selain diri-Nya. Kalau yang berhubungan dengan "sesuatu", seperti: "Bisakah Allah memindahkan gunung-gunung ini agar daerah kita menjadi luas?" sebagaimana pertanyaan pembesar Quraisy, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "In syaa'a fa'ala", "Kalau Dia berkehendak maka Dia melakukannya". Lihatlah musyrikin jahiliyyah ini meskipun mereka kafir mereka tidak berani untuk menanyakan tentang Maha Mampu Allah Ta'ala dengan yang bukan "sesuatu", sehingga ini merupakan tanda dari berbagai tanda bahwa jahiliyyah modern lebih parah daripada jahiliyyah di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Oleh karenanya harus terbedakan antara sifat wajib, boleh dan mustahil bagi Allah Ta'ala agar kita tidak terjebak oleh kalam filsafat yang tidak beradab tersebut. Itulah Al-Furqan, itulah tamyiz, itulah pembeda yang jika tanpanya maka manusia menjadi bingung, sehingga haqq dikira bathil dan bathil dikira haqq, yang tanpanya seseorang merasa berada di jalur yang benar ternyata menyimpang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar