Selasa, 31 Januari 2017

Bahasa dari Manakah Surga, Neraka, Puasa, Bidadari dan Agama? (Pertemuan 97)


Ini sekedar penjelasan bahwa istilah Surga, Neraka, Puasa, Bidadari dan Agama itu bukan diambil dari bahasa Arab. Istilah-istilah di atas telah menjadi kata-kata baku dalam bahasa Indonesia yang sering diucapkan dan didengar sehari-hari.

Jadi penjelasan di bawah ini tidak bertujuan untuk menyalahkan istilah-istilah tersebut jika dibawa kepada ajaran Islam. Dikarenakan telah menjadi kata-kata baku, maka ia akan mempermudah dalam menterjemahkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia.

Contoh, ketika ada yang bertanya apa arti:
Jannah (جنة),
Naar (نار),
Shaum (صوم),
Huuriyyah (حورية) dan
Diin (دين)?,
maka dapat mudah dijawab dengan
Surga,
Neraka,
Puasa,
Bidadari dan
Agama.
Namun tetaplah merujuk kepada bahasa Arab ketika menjabarkannya.

Tentunya akan menjadi lebih elok kalau umat Islam terbiasa untuk menggunakan istilah-istilah dalam bahasa Arab ketika hendak mengupas perihal ajaran Islam. Mengapa?

1.Surga

Surga atau Sorga adalah suatu kata yang diambil dari bahasa sanskerta yaitu Svarga, kemudian dalam bahasa jawa kata tersebut diserap menjadi Swarga.

Bahasa Sanskerta merupakan sebuah bahasa klasik India, yang hingga saat ini ia dijadikan salah satu dari 23 bahasa resmi di sana, dan ia juga memiliki status yang sama di Nepal. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa ritual berjemaat dalam agama Hindu, Buddha dan Jaina.

Dulu sebelum agama Hindu dan Buddha masuk ke nusantara, di pulau Jawa dan Bali, seperti masyarakat Sunda dan Bali sudah menganut agama pribumi berupa pemujaan terhadap arwah leluhur. Mereka menyebut leluhur mereka dengan istilah Hyang dan tempat tinggal mereka di alam ghaib disebut Kahyangan, yakni tempat tinggal para Hyang atau leluhur

Dengan masuknya agama Hindu dan Buddha, maka istilah Swarga pun dipakai berdampingan dengan istilah Kahyangan.

Dalam tradisi Jawa baru, istilah Kahyangan dipakai untuk menyebut tempat tinggal para dewa dan bidadari. Sementara istilah Swarga tetap dipakai untuk menyebut tempat tinggal para roh yang semasa hidupnya bertindak penuh kebajikan sesuai dengan aturan agamanya.

MENURUT ISLAM

Jannah (جنة) itu adalah:
-suatu tempat yang penuh kenikmatan
(yakni, kenikmatan yang tidak akan pernah sirna, abadi selama-lamanya)
-yang telah disediakan oleh Allah Ta'ala
(yakni, telah diciptakan, dan termasuk yang paling awal diciptakan sebelum penciptaan langit dan bumi beserta segenap isinya)
-sebagai balasan bagi orang-orang yang bertakwa
(yakni, orang-orang yang beriman terhadap Allah dan hari akhirat, melaksanakan shalat dan membayar zakat, menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya).

2. Neraka

Istilah Neraka berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Naraka yang dalam mitilogi Hindu dilukiskan sebagai seorang raksasa kejam. Ia merupakan putri dari bumi, yang dilukiskan sebagai wanita cantik bernama Pertiwi. Naraka akhirnya tewas di tangan ayahnya sendiri, yaitu Wisnu yang dipuja umat Hindu sebagai dewa pemelihara dunia.

MENURUT ISLAM

Naar (نار) itu adalah:
-suatu tempat yang penuh penderitaan
(yakni penderitaan yang siapa pun tidak sanggup untuk menahannya)
-yang telah disediakan oleh Allah Ta'ala
(yakni telah diciptakan bersamaan dengan penciptaan Jannah)
-sebagai balasan bagi orang-orang yang durhaka
(yakni, bersifat abadi bagi orang-orang kafir dan bersifat sementara bagi orang-orang yang masih memiliki iman meski sekecil apapun imannya)

3. Puasa

Puasa berasal dari dua kata dalam bahasa Sanskerta yaitu Upa dan Vasa/ Wasa, Upa berarti dekat, sedangkan Vasa/ Wasa berarti Yang Maha Kuasa, ini sebagaimana umat Hindu Indonesia terkhusus di Bali menyebut tuhannya dengan Sang Hyang Widhi Wasa.

Jadi Upavasa/ Upawasa berarti mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, sehingga menjadi Puwasa kemudian Puasa. Menurut kitab Veda/ Weda, tujuan dari Upavasa/ Upawasa tidak sekedar menahan haus-lapar, tidak sekedar merasakan kesusahan orang-orang miskin, dan tidak sekedar menghapus dosa, lebih dari itu tujuan utamanya adalah untuk mengendalikan nafsu indria/ indera, mengendalikan keinginan dan mengendalikan Sad Ripu (enam musuh yang bersemayam di dalam diri manusia).

Indria/ indera diharuskan berada di bawah kesempurnaan pikiran dan pikiran di bawah kesadaran budhi/ budi. Jika Indria/ indera terkendali dan pikiran terkendali maka manusia akan dekat dengan kesucian, dekat dengan Tuhan.

MENURUT ISLAM

Shaum (صوم) itu adalah:
-menahan haus dan lapar dan dari segala yang membatalkannya
-dimulai sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari

4. Bidadari

Bidadari berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Vidhyadhari, adalah makhluk berwujud manusia berjenis kelamin perempuan yang tinggal di Kahyangan atau Surga. Tugas dan fungsi mereka menurut agama Hindu adalah menjadi penyampai pesan dewa kepada manusia.

Adakalanya mereka diutus untuk menguji sejauh mana ketekunan seorang (pria) pertapa, dengan cara membangunkan para petapa dari tapa mereka. Para bidadari memanfaatkan kecantikan fisik mereka untuk menguji para pertapa.

MENURUT ISLAM

Huuriyyah (حورية) adalah:
-wanita jannah yang diciptakan dari za'faran
(za'faran tidak memiliki satu arti, namun yang dimaksud di sini, kalau di Jazirah 'Arab ia sejenis bunga berwarna ungu yang cantik, dan memiliki wangi yang sangat harum, putik bunga tersebut banyak memiliki khasiat, sehingga dijuluki bunga termahal di dunia)
-huuriyyah ini ditakdirkan untuk menjadi istri bagi lelaki penghuni jannah di samping istri-istrinya yang dia telah nikahi sewaktu di dunia.

5. Agama

Agama berasal dari dua kata dalam bahasa Sanskerta yaitu A dan Gama. A berarti "tidak" sedangkan Gama berarti "kacau". Dengan demikian agama adalah sejenis peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengantarkan manusia dari kekacauan kepada ketertiban.

Orang Bali memaknai Agama sebagai peraruran, tata cara, upacara, hubungan manusia dengan raja. Sedangkan Igama adalah tata cara yang mengatur hubungan manusia dengan dewa-dewa. Sementara Ugama dipahami sebagai tata cara yang mengatur hubungan antar manusia.

MENURUT ISLAM

Din itu adalah:
-apa yang dijadikan keyakinan oleh manusia
-ia mencakup hukum atau perundang-undangan yang wajib dita'ati
-ia merupakan jalan yang wajib ditempuh oleh penganutnya
-ia sebagai balasan bagi pemeluknya di hari akhirat
-ia juga berupa akhlak yang menjadi cerminan bagi seseorang

Wallahu a'lam bish-shawwab

Senin, 30 Januari 2017

Indonesia bukan Suriah (Pertemuan 96)

WARGA SURIAH DAN NUSHAIRIYYAH

Berkata Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali:
"Kami semua anti orang-orang Nushairiyyah, namun kami tidak mendorong rakyat Suriah untuk menceburkan diri mereka ke dalam kebinasaan"

Yakni:
1. Kami beserta segenap ahlus-sunnah pun anti terhadap syi'ah nushairiyyah,
2. Namun kami tidak mendorong rakyat Suriah yang kondisinya masih sangat lemah ini tetap memaksakan diri untuk melawan tentara Basyar Al-Assad yang jauh lebih kuat,
3. Yang akibatnya semakin banyaklah rakyat Suriah yang akan dibunuh bahkan disembelih.

Beliau berkata:
"Aku katakan kepada warga Suriah hendaknya terlebih dahulu mentarbiyyah (mendidik) diri mereka di atas Islam yang benar, baik secara aqidah maupun manhaj, baru kemudian mereka mempersiapkan kekuatan senjata"

Yakni:
1. Kembali kepada bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam meluruskan aqidah, niatkan bahwa jihad itu adalah untuk Allah Ta'ala semata, mengharap jannahnya, bukan karena golongan dan bukan karena ingin disebut sebagai pahlawan.
2. Menjauhi kesyirikan dengan tidak meminta bantuan jin, tidak memakai jimat, tidak memohon pertolongan kepada penghuni kuburan, tidak mencari sebab kemenangan dengan menggantungkan senjata di atas pohon sebelum digunakan, tidak bertawassul kepada wali ini dan wali itu, dan tidak melakukan segala kesyirikan baik kecil maupun besar.
3. Mempersiapkan senjata yang seimbang dengan lawan, senjata yang membuat lawan menjadi takut dan gemetar, bukannya malah membuat mereka menjadi meremehkan, apalagi kalau hanya sekedar batu dan pisau dapur.

Beliau berkata:
"Apabila terwujud dua kekuatan ini, maka silakan kalian menjatuhkan si Babi Nushairi (Basyar Al-Assad) ini".

Yakni:
1. Apabila kalian sudah kembali kepada bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah, aqidah kalian pun sudah lurus serta persenjataan kalian juga telah membuat mereka takut dan gemetar maka silahkan melawan pasukan Basyar Al-Assad itu.
2. Basyar Al-Assad itu adalah babi yang najis aqidahnya, karena dia adalah kafir harbi yang sangat zhalim sehingga layak untuk dijatuhkan.
3. Apabila kedua kekuatan ini belum terwujud maka sabarlah kalian, atau hijrahlah ke negeri-negeri terdekat untuk menyelamatkan diri dari fitnah nushairi.

WARGA SURIAH DAN DAULAH ISLAMIYYAH

Itu antara warga Suriah dan pasukan Basyar Al-Assad, adapun kelompok lain yang bengisnya sama dengan Nushairiyyah adalah ISIS/ DAIS, keduanya bukan hanya bikin gerah dan menyakitkan hati bahkan lebih dari itu mereka merupakan predator kelas berat yang gemar sekali menyiksa dan menghabisi kaum muslimin.

WARGA INDONESIA

Bagi siapa saja yang sudah nampak di matanya tanda-tanda akan terjadinya perang, hendaklah semakin merapatkan diri ke barisan penguasa. Mengapa? Karena presiden kita bukanlah tipe Basyar Al-Assad, sehingga tidak layak kalau beliau dimusuhi hanya karena banyak hal yang belum beres di negeri ini.

FRONT PEMBELA ISLAM

Nama Front Pembela Islam bahasa Arabnya adalah Jabhah An-Nushrah Al-Islamiyyah, nama ini sama dengan Al-Qaida yang menamakan kelompok mereka Jabhah An-Nushrah Al-Islamiyyah. Entah apa hubungan di antara mereka wallahu a'lam.

Sebelum FPI, dulu ada Laskar Jihad yang dipimpin oleh Ja'far bin 'Umar Thalib. Namun Laskar Jihad ini akhirnya dibubarkan karena satu dan dua hal, namun dengan mudahnya Laskar Jihad ini langsung bubar begitu saja tanpa ada aksi-aksi yang meresahkan. Pada saat kehadiran suatu ormas sudah meresahkan masyarakat maka hendaklah pemimpinnya mengistirahatkan kelompoknya sampai kondisi benar-benar kondusif.

Ini karena:
1. Menjaga agar jangan sampai terjadi pertumpahan darah, sebab satu orang muslim yang terbunuh sungguh perkaranya sangat besar di hadapan Allah Ta'ala.
2. Niat mencegah kemunkaran adalah karena Allah Ta'ala, bukan karena popularitas, syahwat kepemimpinan dan merasa sudah hebat.
3. Hendaknya tiap ormas segera merapat kepada penguasa agar saling nasehat-menasehati, bukan untuk kedudukan yang bersifat duniawi.

Insya Allah kalau seorang pemimpin ikhlash karena Allah Ta'ala, mau untuk berlapang dada dan menghargai darah kaum muslimin, maka tentu dia tidak akan keberatan untuk mengistirahatkan kelompoknya untuk sementara. Tapi kalau sudah tidak mau dinasehati, tetap bersikeras untuk mengangkat keahlian beladiri, maka perlu dikatakan: Anda suka memberikan nasehat, tapi mengapa Anda marah kalau dinasehati?

Wajib Menyalahkan yang Salah (Pertemuan 95)

Ketika kaum liberalis menidak-bolehkan untuk mengklaim suatu kebenaran, yakni tidak boleh menganggap diri sendiri yang paling benar dan tidak boleh menyalahkan orang lain. Tapi ketika itu juga mereka malah menyalahkan orang-orang yang berpegang teguh pada kebenaran dan menyalahkan pula orang-orang yang membantah kebathilan. Bukankah itu menjilat air ludah sendiri namanya?.

Padahal wajib bagi kaum muslimin untuk:
1. Meyakini bahwa hanya Islam-lah din yang benar, sedangkan din selain Islam adalah salah.
2. Meyakini bahwa Allah-lah sesembahan yang benar, sedangkan sesembahan selain Allah adalah salah.
3. Meyakini bahwa Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah jalan yang lurus, sedangkan yang bertentangan dengan keduanya adalah jalan yang sesat.

DIN SELAIN ISLAM TIDAK AKAN DITERIMA OLEH ALLAH TA'ALA

Wajib bagi kaum muslimin untuk mengklaim bahwa Islam adalah din yang benar, sedangkan din yang lain adalah salah:
"Sesungguhnya din yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam"
(QS. Ali 'Imran: 19)

"Barangsiapa mencari selain Islam sebagai din, maka ia tidak akan diterima, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi"
(QS. Ali 'Imran: 85)

Din: agama

YANG DI'IBADAHI SELAIN ALLAH ADALAH BATHIL

Wajib bagi kaum muslimin untuk mengklaim bahwa hanya Allah-lah sesembahan yang berhak diibadahi, sedangkan yang diibadahi selain-Nya adalah bathil:
"Itu karena Allah adalah Al-Haqq dan sungguh apa yang mereka seru dari selain-Nya adalah Al-Bathil"
(QS. Luqman: 30)

Al-Haqq: shahih, sah, benar, layak, berhak
Al-Bathil: batal, tidak sah, salah, tidak layak, tidak berhak
Seru: do'a:
"Do'a adalah 'ibadah"
(Shahih Muslim dan Ashhabus-Sunan)

'Ibadah yang dimaksud di sini adalah yang tata caranya telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat"
(HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan Muslim no. 1533)

"Ambillah dariku (tata cara) manasik (haji) kalian, karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, mungkin saja aku tidak berhaji setelah hajiku ini"
(HR. Muslim)

Manasik: jamak dari nusuk: 'ibadah, sebagaimana:
"Inna shalaatii (Sesungguhnya shalatku) wa nusukii (dan 'ibadahku) wa mahyaaya (dan hidupku) wa mamaatii (dan matiku) lillaahi rabbil-'aalamin (hanya untuk Allah Rabb sekalian alam)"
(QS. Al-An'am: 162)

"Dan apa yang datang dari Rasul kepada kalian maka ambillah dan apa yang kalian dilarang darinya maka berhentilah"
(Al-Hasyr: 7)

Ambillah: laksanakanlah
Darinya: dari sesuatu yang dilarang
Berhentilah: tinggalkanlah

YANG BERTENTANGAN DENGAN AL-QUR'AN DAN AS-SUNNAH ADALAH JALAN YANG SESAT

"Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya, (yaitu) kitabullah dan sunnah Rasul-Nya"
(Hadits Shahih Lighairihi, HR. Malik, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At-Ta'zhim Wal-Minnah Fintisharis-Sunnah, hal. 12-13)

Hadits Shahih Lighairihi (Shahih karena yang lain) adalah:
Hasan + hasan = shahih lighairihi

LOGIKA

1. Kalau bukan karena bersalah tentulah perampok tidak dijebloskan ke penjara. Oleh karenanya siapa pun berhak untuk mengatakan bahwa perampok itu salah. Kalau ada yang mengatakan bahwa perampok itu tidak salah berarti dia menuduh bahwa polisi salah tangkap.

2. Kalau suatu saat rumah Anda kena rampok, apakah Anda tetap berpendapat bahwa perampok itu tidak salah? Kalau Anda tetap tidak mau menyalahkan perampok berarti Anda rela rumah Anda kena rampok. Kalau Anda rela rumah Anda kena rampok apakah Anda rela dengan perampokan yang terjadi di mana-mana? Kalau masih rela maka sebenarnya Anda lah perampoknya.

3. Kalau Anda belanja 25.000, sementara Anda memberikan uang 50.000, terus kembalinya 5.000, apakah Anda tidak mengatakan bahwa itu salah hitung? Atau begini saja, Anda kerja dengan gaji perbulan 3 juta, terus Anda cuma dikasih 500.000, apakah masih ngeyel tidak mau mengatakan salah hitung?

4. Ini yang lebih penting, kalau liberalis tetap tidak mau menyalahkan orang salah, maka berarti liberalis itu guoblok.

Minggu, 29 Januari 2017

Takdir Bukan Skenario (Pertemuan 94)

SINONIM SKENARIO

Nama lain dari skenario adalah naskah, jalan cerita, skrip, manuskrip, teks, konsep, dokumen, rancangan, sinopsis, ikhtisar, rangkuman, rekapitulasi, keputusan, gambaran, abstrak, ilustrasi, sketsa.

WAJIBNYA BERIMAN KEPADA TAKDIR

Awalnya penulis merasa janggal dengan istilah skenario jika ditujukan kepada Allah Ta'ala, namun mungkin yang mereka maksud adalah tentang takdir, kalau begitu setiap muslim memang wajib beriman kepada takdir:
"Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga dia beriman kepada takdir baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya". (Shahih, riwayat At-Tirmidzi dalam Sunannya, juz 4/ hal: 451, dari Jabir bin 'Abdullah radhiyallahu 'anhu)

EMPAT PERKARA MEMAHAMI TAKDIR

Adapun untuk memahami tentang takdir, hendaknya menempuh 4 perkara, yaitu:
1. Allah Ta'ala Maha Mengetahui:
"Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu" (QS. At-Taubah: 115)
2. Allah Ta'ala memerintah pena untuk menulis kitab takdir:
"Yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena, lalu Allah berkata: "Tulislah", ia bertanya: "Wahai Rabb-ku apa yang harus aku tulis?, Allah menjawab: "Tulislah taqdir segala sesuatu sampai terjadinya hari kiamat" (Shahih Abu Dawud, no. 3933, dari 'Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu)
3. Allah Ta'ala Maha Berkehendak:
"Dan kalian tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allah Rabbul-'alamin" (QS. At-Takwir: 29)
4. Allah Ta'ala Maha Pencipta:
"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu" (QS. Ash-Shaffat: 94)

Dalam hal ini takdir tidak bisa diubah, karena kalau takdir bisa diubah maka berarti pengetahuan Allah Ta'ala itu terbatas hingga bisa meleset:
"Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu" (QS. At-Taubah: 115).

Takdir tidak bisa diubah juga karena ia telah ditulis:
"Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering" (HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata hadits hasan shahih, dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu),

Dan ia telah tersimpan baik di lauh mahfuzh:
"Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi melainkan (terdapat) di kitab yang nyata (lauh mahfuzh) (QS. An-Naml: 75)

Adapun nasib memang bisa berubah-ubah, hari ini miskin mungkin besok bisa kaya, hari ini sedih mungkin besok bisa gembira, hari ini ahli maksiat mungkin besok bisa ahli ibadah:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka" (QS. Ar-Ra'd: 11).

ALLAH TA'ALA MEMUDAHKAN MANUSIA UNTUK MENCAPAI TAKDIRNYA

Namun di saat yang sama manusia juga diberi kemudahan oleh Allah Ta'ala untuk mencapai takdirnya:
Lalu para shahabat bertanya: "Wahai Rasulullah bolehkah kami meninggalkan beramal dan menyerah pada takdir kami?", Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Tidak, bahkan beramallah kalian, karena semuanya dimudahkan untuk mencapai (takdir) yang diciptakan untuknya". (Hadits Shahih Muslim 4/2041-2042, dari 'Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu).

ALLAH TA'ALA MURKA PADA PELAKU DOSA

"Dan barangsiapa membunuh seorang mu'min dengan sengaja, maka balasannya adalah (nar) Jahannam, dia kekal (lama) di dalamnya. Allah murka kepadanya, dan melaknatnya (menjauhkankannya dari rahmat), serta menyediakan 'adzab yang besar untuknya" (QS. An-Nisa': 93).

SKENARIO TIDAK LAYAK MENGGANTIKAN ISTILAH TAKDIR

Ini merupakan dalil bahwa skenario tidak layak menggantikan istilah takdir, karena:
1. Tidak ada makhluk yang bisa keluar dari takdir Allah Ta'ala.
2. Allah Ta'ala murka pada pendosa, bahkan melaknatnya (menjauhkannya dari rahmat), dan Allah berhak memasukkannya ke dalam An-Nar maupun mengampuninya, dalam keadaan setiap makhluk tetap menjalani takdirnya masing-masing.
3. Sedangkan skenario, bisa saja orang keluar dari konsepnya, dia tidak akan disalahkan kalau betul dalam menjalani konsep, tapi ketika dia mulai keluar dari konsep maka baru dia disalahkan.

ALLAH TA'ALA TIDAK DISALAHKAN TAPI MANUSIALAH YANG DISALAHKAN

"Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, tapi merekalah yang akan ditanya (tentang apa yang mereka lakukan) (QS. Al-Anbiya': 23)

Sabtu, 28 Januari 2017

Penjelasan Benci Karena Allah (Pertemuan 93)

Ini sebagai bantahan bagi orang yang berpendapat bahwa dinul-Islam tidak mengajarkan kebencian.
1. Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
أوثق عرى الإيمان: الموالاة في الله، و المعاداة في الله، و الحب في الله، و البغض في الله
"Tali iman yang terkuat:
-berkasih sayang karena Allah,
-bermusuhan karena Allah,
-cinta karena Allah,
-benci pun karena Allah".
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ath-Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir (11537) melalui jalur Hanasy, dari Ikrimah, dari Ibnu 'Abbas.
Hadits ini juga datang dari beberapa shahabat lain, seperti hadits Ibnu Mas'ud yang diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi (378), Ath-Thabrani, dan yang lain; hadits Al-Bara' yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad (4/286) dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Iman (110).
Asy-Syaikh Al-Albani berkata: "Hadits tersebut, dengan seluruh jalur periwayatannya, naik menjadi derajat hasan, minimalnya. Wallahu a'lam (Ash-Shahihah 4/306 nomor 1728).
2. QS. Al-Mumtahanah [60] : 4
قد كان لكم أسوة حسنة والذين معه
Telah ada bagi kalian teladan yang baik pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya
إذ قال لقومهم إنا برآؤا منكم و مما تعبدون من دون الله
Ketika dia berkata kepada kaumnya: 'Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa-apa yang kalian ibadahi dari selain Allah
كفرنا بكم و بدا بيننا و بينكم العداوة و البغضاء أبدا حتى تؤمنوا بالله وحده
Kami mengingkari kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kalian mau beriman hanya kepada Allah'..."
3. QS. Al-Mumtahanah [60] : 9
إنما ينهيكم الله عن الذين قتلوكم في الدين و أخرجوكم من دياركم و ظهروا على إخراجكم أن تولوهم ومن يتولهم فأولائكهم الظالمون
"Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian menjadikan sebagai kawan kalian orang-orang yang memerangi kalian karena agama, dan yang mengusir kalian dari negeri-negeri kalian, dan yang membantu (orang lain) untuk mengusir kalian. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan maka itulah orang-orang yang zhalim".
4. Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
من أحب لله و أبغض لله و أعطى لله و منع لله فقد استكمل الإيمان
"Barangsiapa cinta karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah dan menahan pemberian karena Allah maka dia telah menyempurnakan iman"
(Hadits Riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan mereka berdua mengatakan hadits hasan, dalam At-Targhib wat-Tarhib dan dalam Shahih Al-Jami' 5965)
5. Dalil-dalil di atas membedakan antara kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada makhluk. Kalau kita cinta kepada seseorang biasanya dikarenakan kebaikan yang dia berikan kepada kita.
Cara untuk mencintai Allah tidak boleh disamakan dengan cara mencintai makhluk. Tidak boleh kita menyatakan bahwa saya mencintai Allah karena Dia telah berbuat baik kepada saya atau karena Dia telah menyelamatkan saya dari bencana. Cara yang benar dalam mencintai Allah adalah kita cinta pada Dzat-Nya, pada Allah sendiri.
Ini berbeda dengan harap dan takut, di mana kita dianjurkan untuk mengharap masuk Al-Jannah dan takut kalau dilemparkan ke dalam An Nar. Adapun benci karena Allah adalah kita membenci larangan-larangannya dan membenci orang-orang yang memusuhi kita karena agama. Itulah kebencian yang diajarkan oleh dinul-Islam. Kalau membenci seseorang karena dia merampas hak kita maka itu benci yang fitrah, yakni bersifat naluri, jadi tidak diajarkan pun, orang-orang sudah pandai sendiri.
6. Cinta dan benci memang suatu sifat yang berlawanan, namun seseorang tidak mungkin untuk mengerti apa itu cinta kalau dia tidak mengenal apa itu rasa benci. Seseorang tidak akan bisa mencintai Allah Ta'ala bersamaan dengan cintanya kepada berhala-berhala. Maka konsekwensinya adalah berhala-berhala itu wajib dibenci baru dia mengerti apa itu cinta kepada Allah.
7. Secara logika, kita tidak mungkin tahu apa itu panas kalau kita tidak pernah merasa dingin. Kita tidak tahu apa itu bahagia kalau kita tidak pernah merasa sedih. Demikian pula, bagaimana kita bisa menghindari bahaya kalau kita tidak tahu di situ ada bahaya. Sesungguhnya banyak manusia terjerumus di dalam kejahiliyyahan dikarenakan mereka tidak tahu apa itu jahiliyyah. Lantas, bagaimana mungkin kita bisa dikatakan mencintai tauhid kalau di saat yang sama kita mencintai syirik, ridha dan tanpa ada kebencian?
Bagaimana bisa dikatakan kita cinta kepada Allah, di saat Allah murka dengan orang-orang yang menyembah selain-Nya, lalu di saat yang sama kita malah bergembira. Seseorang yang cinta kalau Islam kalah berarti dia benci kalau Islam menang. Itulah sifat kaum munafiq.

Tidak Ada Lingga Yoni di Ka'bah (Pertemuan 92)

Lingga: lambang maskulin
Yoni: lambang feminin
Pada pertemuan ini merupakan bantahan bagi orang-orang yang menyangka bahwa di Ka'bah ada simbol Lingga Yoni.
A. Ka'bah dan Hijr Bukan Lingga Yoni
1. Ketika Muhammad 'alihish-shalatu was-salam berumur 35 tahun, terjadi banjir bandang sehingga ka'bah menjadi roboh.
2. Seorang tokoh Quraisy dari Bani Makhzum yang bernama Abu Wahb bin 'Abid bin 'Imran memberi peringatan kepada warga Quraisy: "Wahai kaum Quraisy, janganlah kalian memasukkan (dana) dalam pembangunannya (ka'bah) dari usaha kalian kecuali (rezeki) yang baik (halal), jangan melibatkan upah pelacur, hasil transaksi riba' dan uang kezhaliman dari orang lain".
3. Aku (A'isyah) bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang jadr (hijr) apakah ia termasuk bait (ka'bah)?.Beliau menjawab: "Na'am" (Ya). Aku bertanya lagi: "Maka kenapa mereka tidak memasukkannya (hijr) ke dalam bait (ka'bah)?". Beliau menjawab: "Karena kaummu (waktu itu) kurang dana". Aku bertanya lagi: "Mengapa posisi pintunya (ka'bah) tinggi?". Beliau menjawab: "Kaummu melakukannya agar orang tertentu saja yang boleh masuk dan mereka melarang (masuk) siapa yang tidak berkepentingan. Kalau bukan karena kaummu baru saja meninggalkan masa-masa jahiliyyah, maka aku khawatir hati mereka akan ingkar apabila aku memasukkan jadr (hijr) itu ke dalam bait (ka'bah) dan aku menurunkan pintunya sejajar tanah. (HR. Al-Bukhari 1585 dan Muslim 3313)
4. Hadits di atas terealisasi pada zaman 'Abdullah bin Az-Zubair, dia memproklamirkan diri menjadi Raja di Mekkah setelah Raja kedua dari Bani Umayyah yaitu Yazid bin Mu'wiyyah dikhabarkan wafat.
5. Pada masa pemerintahan kelima Bani Umayyah yaitu 'Abdul Malik bin Marwan, maka dibunuhlah 'Abdullah bin Az-Zubair dengan dipenggal kepalanya oleh Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Hajjaj adalah gubernur Iraq yang terkenal cukup kejam, meskipun begitu dia juga punya jasa besar dalam sejarah Islam dan dia pun mengembalikan model ka'bah sebagaimana zaman jahiliyyah.
6. Kemudian Raja 'Abdul-Malik bin Marwan belakangan menyesal karena mengetahui Ka'bah di masa 'Abdullah bin Az-Zubair dibangun berdasarkan hadits riwayat A'isyah.
7. Di masa pemerintahan Daulah 'Abbasiyyah yaitu Raja Harun Ar-Rasyid, beliau hendak mengembalikan model Ka'bah sebagaimana masa 'Abdullah Az-Zubair, namun Al-Imam Malik bin Anas menasehati beliau agar jangan menjadikan Ka'bah itu sebagai bahan permainan yang semaunya untuk dibongkar pasang oleh setiap pemimpin, sehingga menjadi hilang wibawanya di mata ummat.
Keterangan: Berdasarkan riwayat diatas, maka tidak ada hubungan sedikitpun dengan simbol Lingga Yoni. Ia hanya berbicara tentang model ka'bah dari masa ke masa. Dulu di zaman Nabi Ibrahim 'alaihish-shalatu was-salam tidak ada hijr. Adanya hijr itu di masa jahiliyyah, di mana mereka tidak punya cukup dana yang halal untuk menyelesaikan perbaikan terhadap bangunan ka'bah.
B. Hajar Aswad Bukan Yoni
Yang pertama kali membuat gagang perak untuk hajar aswad adalah 'Abdullah bin Az-Zubair. Pada waktu itu Mekkah dikepung oleh tentara yang diperintahkan oleh Yazid bin Mu'wiyyah, lantaran 'Abdullah bin Az-Zubair tidak mau membai'at Yazid, malah 'Abdullah membai'at dirinya sendiri, maka terjadilah perang ketapel di Al-Masjidul-Haram, bukan ketapel biasa tapi ketapel raksasa yang peluru ketapel ini sempat mengenai ka'bah dan sebagiannya roboh, sehingga hajar aswad pun menjadi pecah karenanya. Namun kemenangan akhirnya berada di tangan 'Abdullah bin Az-Zubair, adapun Yazid bin Mu'awiyyah dikhabarkan wafat mendadak di saat itu, sehingga pasukan ketapel pun mundur. Seusai perang maka 'Abdullah dengan perasaan terenyuh mengumpulkan pecahan hajar aswad tersebut, menghimpunkannya menjadi satu dan membuatkannya gagang perak.
Keterangan: Inipun tidak ada hubungannya dengan simbol Yoni. Hajar aswad dibungkus dengan gagang perak dalam rangka untuk menghimpun hajar aswad itu agar tidak pecah lantaran sebelumnya pernah pecah.
C. Jumrah Bukan Lingga Yoni
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu berkata: "Ketika Ibrahim Khalilullah melakukan ibadah haji, tiba-tiba Iblis menampakkan diri di hadapan beliau di jumrah 'Aqabah. Lalu Ibrahim melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga Iblis itupun masuk ke tanah. Iblis itu menampakkan dirinya kembali di jumrah yang kedua. Lalu Ibrahim melempari setan itu kembali dengan tujuh kerikil, hingga Iblis itupun masuk ke tanah. Kemudian Iblis menampakkan dirinya kembali di jumrah ketiga. Lalu Ibrahim melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga Iblis itu masuk ke tanah.
(Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim, beliau berdua menshahihkannya. Dishahihkan pula oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam At-Targhib wat-Tarhib (2/27), hadits nomor 1156).
Keterangan: Demikian juga dengan tiang jumrah, ia telah ada sejak Nabi Ibrahim 'alaihish-shalatu was-salam, dan sampai hari ini tidak ada simbol yang mengarah kepada Lingga Yoni di sana.
Sedangkan menurut pengakuan yang paling terlama bahwa agama hindu berdiri tahun 1500-an SM (sebelum masehi). Kalaulah benar begitu berarti semasa dengan Nabi Musa. Sedangkan Nabi Ibrahim sekitar 2000-an SM (sebelum masehi). Jadi umur jumrah lebih tua 500 tahun sebelum adanya simbol lingga yoni. Maka mana mungkin agama yang lebih tua bisa mewarisi agama yang lebih muda?.

Jumat, 27 Januari 2017

Semua tentang Abdul-Muththalib (Pertemuan 91)

Berbicara tentang 'Abdul-Muththalib mencakup:
1. Nasab dan keturunan 'Abdul-Muththalib
2. Penggalian sumur zam-zam
3. Nazar 'Abdul-Muththalib
4. Menghadapi Abrahah
5. Memelihara Muhammad 'alaihis-shalatu was-salam
1. Nasab dan keturunan 'Abdul-Muththalib
'Abdul-Muththalib (Syaibah)
bin Hasyim ('Amru)
bin 'Abdu Manaf (Al-Mughirah)
bin Qushai (Zaid)
bin Kilab
bin Murrah
bin Ka'ab
bin Lu'ay
bin Ghalib
bin Fihr (Quraisy)
Quraisy dari Bani Kinanah,
Kinanah dari Bani Ma'add,
Ma'ad bin 'Adnan,
'Adnan dari Bani Ya'rub,
Ya'rub bin Yasyjub,
Yasyjub bin Isma'il
Isma'il bin Ibrahim Khalilullah.
'Abdul-Muththalib punya 16 anak, yaitu 10 laki-laki dan 6 perempuan. Di antara anaknya ada Al-Harits, Hamzah, 'Abbas, Abu Thalib, Abu Lahab dan 'Abdullah.
Ini telah disebutkan dalam pertemuan 72: "Nasab Nabi Muhammad sampai Adam"
2. Penggalian sumur zam-zam 'Abdul-Muththalib bercerita: "Sesungguhnya aku benar-benar tertidur di Hijr, saat itu datang padaku seseorang, lalu dia berkata: 'Galilah Thibah!', aku bertanya: 'Apa itu Thibah?', kemudian dia menghilang dariku. Keesokan harinya aku kembali ke (Hijr) berbaring dengan memiringkan badanku, lalu tertidur di situ. Maka dia datang (lagi) menemuiku seraya berkata: 'Galilah Madhnunah!". Aku bertanya: 'Apa itu Madhnunah?', kemudian dia menghilang dariku. Keesokan harinya lagi aku kembali ke (hijr) berbaring dengan memiringkan badanku, lalu aku tertidur di situ. Maka dia datang (lagi) menemuiku seraya berkata: 'Galilah Zamzam!'. Aku bertanya: 'Apa itu Zamzam?'. Dia menjawab: 'Tidak habis terkuras selamanya dan tidak menjadi sedikit ainya, engkau memberi minum jama'ah haji yang agung, dan ia berada di antara kotoran dan darah, di tempat patukan gagak hitam yang kedua sayapnya ada bulu putihnya.
Ketika sudah jelas bagi Abdul-Muththalib jejak yang menunjukkan letaknya dan mengetahui bahwasanya mimpinya benar maka keesokan harinya beliau mecangkul dan bersamanya anaknya Al-Harits, waktu itu belum ada anak yang lain kecuali dia. Ketika 'Abdul-Muththalib melihat ada batu-batu yang tersusun melingkar, beliau langsung bertakbir: "Allahu akbar". Mendengar takbir beliau maka menjadi tahulah orang-orang Quraisy bahwa beliau telah menemukan apa yang beliau cari. Mereka pun menghampiri beliau seraya berkata: "Wahai 'Abdul-Muththalib, sesungguhnya itu adalah sumur nenek moyang kita Isma'il, dan sesungguhnya kami juga punya hak atas sumur itu. Maka libatkanlah kami bersamamu". Beliau menjawab: "Aku tidak setuju, karena ini telah dikhususkan bagiku bukan kalian". Mereka berkata: "Berbuat adillah kepada kami, karena kami tidak akan meninggalkanmu hingga kami siap bertikai denganmu dalam urusan ini". Beliau menjawab: "Kalau begitu, carilah seorang hakim yang kalian suka untuk menjadi penengah di antara aku dan kalian". Mereka berkata: "Seorang dukun perempuan dari Bani Sa'd Hudzaim". Beliau menjawab : "Baiklah".
Dukun itu sangat dimuliakan di Syam, maka berkendaraanlah Abdul-Muththalib dan bersamanya beberapa orang dari Bani Abdu Manaf, dan berkendaraan pula setiap kabilah dari Quraisy beberapa orang. Yang akan mereka lewati adalah gurun pasir tandus nan luas membentang. Ketika mereka sudah sampai di daerah antara Hijaz dan Syam, perbekalan air yang dibawa oleh 'Abdul-Muththalib dan rombongan sudah hampir habis, maka mereka kehausan hingga yakin akan binasa.
Maka rombongan dari kabilah Quraisy meminta air namun yang lain enggan untuk memberi, seraya berkata: "Kita ini sedang berada di gurun, dan kami mengkhawatirkan diri-diri kami seperti apa yang menimpa kalian. Tatkala 'Abdul-Muththalib melihat apa yang mereka lakukan dan apa yang beliau khawatirkan menimpa dirinya dan kawan-kawannya, maka beliau berkata: "Apa pendapat kalian?" Mereka menjawab: "Kami tak punya pendapat lain kecuali mengikuti apa pendapatmu, maka perintahkan kepada kami apa yang engkau inginkan."
Beliau berkata: "Aku mengusulkan agar setiap orang dari kalian menggali lubangnya masing-masing, mumpung saat ini kalian masih ada tenaga, lalu setiap ada yang mati maka teman-temanya akan menguburkan dia di lubang yang dia gali tersebut, terus begitu sampai tinggal satu orang yang akan meminum air yang masih tersisa".
Bertebaranlah setiap orang bersama kendaraannya masing-masing untuk mencari tempat galian yang kira-kira di situ bakal ada air, seraya mengatakan: "Itu adakah sebaik-baik perintah". Setiap orang pun mulai menggali, membuat lubang untuk dirinya sendiri, dia duduk di situ dalam keadaan menahan rasa haus dan menunggu mati.
Kemudian 'Abdul-Muththalib berkata kepada teman-temannya: "Demi Allah sesungguhnya pertemuan kita di sini bukanlah untuk menunggu mati, tidaklah layak kita berhenti menggali, karena itu suatu kelemahan, karena Allah akan memberi kita rezeki berupa air pada sebagian negeri. Bergegaslah". Maka bergegaslah mereka semua kecuali dari kabilah Quraisy, mereka cuma melihat tidak melakukan apa-apa.
Bersegeralah 'Abdul-Muththalib menaiki kendaraannya, maka ketika kendaraannya menekan tanah lalu terpancarlah air dari bawah kakinya mata air yang rasanya tawar. 'Abdul-Muththalib bertakbir dan bertakbir pula teman-temannya. Kemudian beliau turun dan minum lalu minum pulalah teman-temannya, mereka memenuhi tempat-tempat air mereka dan memberi minum tunggangan tunggangan mereka.
Kemudian beliau memanggil kabilah dari Quraisy, lalu berkata: "Kemarilah kepada air, Allah telah memberi kita minum, minumlah kalian dan beri minumlah tunggangan-tunggangan kalian". Maka merekapun datang untuk minum dan memberi minum tunggangan-tunggangan mereka, kemudian berkata: "Allah telah memutuskan perkaranya untukmu atas kami wahai 'Abdul-Muththalib, demi Allah kami tidak akan mengganggumu terhadap zamzam selamanya. Sesungguhnya yang memberimu air di gurun ini adalah dia yang memberimu minum zamzam. Maka pulanglah kepada air minummu itu dan jadilah sebagai penunjuk jalan!" Maka beliau pulang dan mereka pun pulang bersamanya. Dan tidak jadi menemui dukun, dan menjadi tenteramlah mereka antara beliau dan zamzam.
3. Nazar 'Abdul-Muththalib
'Abdul-Muththalib pernah bernadzar ketika sumur zamzam telah disepakati sebagai hak baliau, bahwa kalau anak lelakiku sudah genap 10 orang dan mereka sudah baligh semua dan dalam keadaan bisa membelaku maka akan aku korbankan salah satu dari mereka sebagai rasa syukurku kepada Allah.
Nadzar ini lantaran waktu itu anak 'Abdul-Muththalib hanya Al-Harits, sementara beliau merasa kurang kuat jika hanya punya satu anak lelaki, terlebih di zaman jahiliyyah, memiliki anak lelaki merupakan suatu kebanggaan apalagi kalau jumlahnya mencapai 10 orang, tentu luar biasa bangganya.
Nadzar tersebut pun dikhabarkan kepada anak-anaknya dan mereka semua menerima dan ta'at. Maka masing-masing menulis namanya sendiri-sendiri, setelah itu digulung pada anak panah yang tidak ada ujung tajamnya dan tidak ada bulu-bulunya, untuk kemudian diundi di depan patung Khubal.
Abdul-Muththalib berharap moga-moga bukan nama 'Abdullah yang keluar, sebab 'Abdullah adalah anak bungsu yang sangat disayanginya. Tapi begitu anak panah itu dicabut ternyata yang keluar adalah nama 'Abdullah.
Dengan tidak membuang waktu 'Abdul-Muththalib pun langsung membawa 'Abdullah ke berhala Isaf dan Nailah (dua berhala yang konon katanya dua sejoli yang pernah berzina di sisi Ka'bah) letak berhala Isaf dan Nailah ini di sisi sumur zamzam, 'Abdul-Muththalib membawa 'Abdullah ke sana untuk disembelih, namun teman-teman 'Abdullah berteriak agar itu jangan dilakukan, lalu orang-orang berkumpul dan menasehati 'Abdul-Muththalib.
Wahai 'Abdul-Muththalib apa yang akan kau lakukan dengan pisau dan anakmu itu, janganlah engkau menyembelih anakmu, jika engkau melakukannya nanti orang-orang akan menirumu sehingga mereka juga menyembelih anak-anak mereka, lalu habislah generasi kita lalu kita akan menjadi kaum yang lemah.
Orang-orang mengusulkan, bagaimana kalau kita mendatangi seorang dukun untuk dimintai pendapatnya, seandainya demi membebaskan 'Abdullah memerlukan tebusan maka kami siap untuk memberikan harta-harta kami untuk menebusnya. Abdul-Muththalib pun setuju.
Lumayan jauh perjalanan menuju rumah si dukun yaitu di Hijaz, menurut kabar bahwa dukun ini punya khadam (jin pembantu) yang ampuh, begitu rombongan tiba, mereka menyampaikan hajatnya, begini dan begini. Dukun berkata, sekarang pulanglah kalian dan datang kemari setelah tiga hari.
Tiga hari kemudian di rumah dukun. Dukun bertanya, berapa diyat (tebusan) 1 orang nyawa di antara kalian? Rombongan menjawab 10 ekor unta. Baiklah, undilah temanmu itu dengan 10 ekor unta di hadapan tuhan kalian, jika masih nama dia yang terpilih, maka tambahkan 10 ekor unta lagi, sampai nama unta yang terpilih.
Pengundian dilakukan di depan patung Khubal antara 'Abdullah dan 10 ekor unta. Sebelumnya 'Abdul-Muththalib berdo'a langsung kepada Allah agar yang terpilih bukan 'Abdullah. Ini merupakan kebiasaan kaum jahiliyyah kalau di saat genting dan terdesak mereka langsung berdo'anya kepada Allah saja tanpa perantara, karena mereka meyakini bahwa Allah sebagai Tuhan besar mereka. Sementara berhala-berhala itu menurut mereka adalah tuhan-tuhan kecil yang disembah sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya.
Undian pertama nama 'Abdullah yang terpilih, lalu ditambahkan lagi 10 ekor unta sehingga berjumlah 20 ekor. Undian kedua antara 'Abdullah dan 20 ekor unta, namun lagi-lagi 'Abdullah yang terpilih. Undian ketiga sampai undian yang kesepuluh, masih nama 'Abdullah yang terpilih hingga genap menjadi 100 ekor unta.
Undian kesebelas tulisan 100 ekor unta yang keluar, berarti 'Abdullah bebas, namun ada riwayat yang mengatakan bahwa 'Abdul-Muththalib waktu itu masih ragu, apakah Allah sudah ridha apa belum, lalu dia minta untuk diundi lagi, dan sampai 3 kali pengundian tetap tulisan 100 unta yang keluar. Akhirnya 'Abdul-Muththalib puas karena yakin bahwa Allah telah ridha. 100 ekor unta itupun disembelih semuanya di sisi Ka'bah dan bangkainya dibiarkan begitu saja, tidak untuk makan.
Diyat 100 ekor unta kemudian hari disetujui oleh Rasulullah 'alaihish-shalatu was salam, yakni sebagai tebusan bagi orang yang telah membunuh 1 orang.
4. Menhadapi Abrahah
Ketika Abrahah hendak menghancurkan Ka'bah, Abrahah dihadang oleh kabilah demi kabilah, namun semua kabilah yang menghadangnya kalah. Sehingga sempat pasukan Abrahah merampas harta milik warga Mekkah yang di antaranya 200 ekor unta milik 'Abdul-Muththalib.
Abrahah bertanya tentang siapakah tokoh pembesar kota Mekkah? Seseorang menjawab dia adalah 'Abdul-Muththalib. Baik, jemput dia ke sini. Berangkatlah seseorang tadi menemui 'Abdul-Muththalib. Wahai pembesar Quraisy, engkau diminta Tuan Raja untuk menghadap dan aku diutus untuk menjemput engkau dengan segala hormat.
Datanglah dua orang ini untuk menghadap Abrahah, Abrahah terpukau melihat Abdul-Muththalib yang sangat berwibawa, ingin sekali Abrahah mengajaknya untuk duduk berdua di singgasananya, namun khawatir banyak yang protes, akhirnya Abrahah memilih turun dari singgasana dan duduk bersama 'Abdul-Muththalib.
Abrarah berkata, kedatanganku di Mekkah ini bukan untuk memerangi kalian, kedatanganku hanya untuk menghancurkan ka'bah. Jika kalian tidak menghalangi kami maka kalian akan aman. Abdul-Muththalib menjawab, dan kami pun tidak punya kemampuan untuk menghadapi tentara kalian, aku mendatangimu sekalian ingin mengambil 200 ekor untaku yang kalian ambil. Abrahah keheranan, tadinya aku kagum pada wibawamu, aku mengira engkau datang sebagai wakil warga Mekkah untuk membela Ka'bah, tapi nyatanya engkau hanya malah menanyakan unta-untamu itu.
'Abdul-Muththalib menjawab, aku hanya rabbul-ibil (pemilik unta) tentulah aku akan membela unta-untaku sedangkan ka'bah maka ada rabbnya dan tentulah Allah yang akan membelanya dari serangan kalian. Abrahah menaikkan suaranya, kalau itu yang engkau mau ambillah 200 ekor untamu itu dan sekaligus aku bayarkan hutang-hutang nenek moyangmu, karena Allah tidak mungkin untuk menghalangiku.
Pulanglah 'Abdul-Muththalib dengan membawa 200 ekor unta miliknya dan menghimbau warga mekkah untuk naik ke atas bukit guna menghindari mala petaka, sambil menyaksikan apa yang akan dilakukan oleh tentara bergajah dan apa yang Allah balas terhadap perbuatan mereka.
Datanglah burung-burung dari arah laut, yang masing-masingnya membawa tiga batu, dua batu di kakinya dan satu batu di paruhnya. Lalu melempari tentara bergajah sehingga sebagian besar di antara mereka binasa, dan Abrarah pun terbunuh dalam peristiwa itu. Peristiwa yang menakjubkan, yang membuat orang-orang yang menyaksikannya tidak dapat untuk melupakan.
5. Memelihara Muhammad 'alaihish-shalatu was-salam
Ketika 'Abdullah bin 'Abdul-Muththalib meninggal dunia maka Aminah tetap tinggal di Mekkah di bawah penjagaan mertuanya 'Abdul Muththalib. Setelah Aminah melahirkan maka diberitahu kepada 'Abdul-Muththalib bahwa anakmu telah lahir, masya Allah padahal cucu, namun disebut sebagai anak lantaran ayah beliau telah wafat sehingga Muhammad 'alaihish-shalatu was salam diposisikan sebagai anak beliau.
'Abdul-Muththalib mencarikan ibu susu untuk cucunya Muhammad 'alaihish-shalatu was-salam, dan beliau mendapatkan Halimah As-Sa'diyyah. Selama 4 tahun bersama Halimah, lalu Muhammad 'alaihish-shalatu was-salam dikembalikan kepada ibunya Aminah. Sampai usia 6 tahun ibunya wafat, maka pemeliharaan digantikan oleh 'Abdul-Muththalib.
Pernah suatu hari Muhammad 'alaihish-shalatu was-salam duduk di kursi 'Abdul-Muththalib yang ada di sisi Ka'bah, kursi yang jangankan orang lain, anak-anak beliau saja tidak berani untuk duduk di situ, melihat yang demikian lalu paman-pamannya melarang dan mengisyaratkan untuk turun dari kursi tersebut, namun ketika 'Abdul-Muththalib datang, beliau menegur mereka dengan mengatakan: "Biarkan anakku berada di tempat dudukku, sungguh dia tahu tempat yang pantas baginya, demi Allah dia memiliki perkara yang besar".
Masuk usia 8 tahun, Abdul-Muththalib wafat dan beralih kepada pemeliharaan Abu Thalib sesuai dengan wasiat beliau.

Kamis, 26 Januari 2017

Siapakah Kaum Himyar? (Pertemuan 90)

Secara singkat Himyar itu adalah salah satu dari anak Saba' bin Yasyjub bin Ya'rub bin Qahthan. Ini sebagai bantahan bagi orang yang mengatakan bahwa Saba' bukan 'Arab, karena 'Arab diambil dari seseorang yang bernama Ya'rub. Apalagi Ya'rub inipun bukan Ya'rub yang pertama, karena sebelum 'Adnan lahir sudah ada nenek moyangnya yang bernama Ya'rub, yaitu Ya'rub bin Yasyjub bin Isma'il.

Pada pertemuan 72: "Nasab Nabi Muhammad sampai Adam", telah disebutkan bahwa 'Adnan adalah keturunan Nabi Isma'il 'alahish-shalatu was-salam, sedangkan 'Adnan tersebut punya dua anak yaitu 'Akk dan Ma'add. 'Akk menikah dengan wanita dari suku Al-'Asy'ari dan tinggal bersama mereka di Yaman, dari 'Akk inilah terlahir anak dari keturunannya yang bernama Himyar bin Saba' bin Yasyjub bin Ya'rub bin Qahthan. Adapun Ma'ad tetap di Mekkah dan berkembang menjadi bermacam suku yang di antaranya Fihr (Quraisy) yang dari Fihr inilah akan terlahir seorang Nabi yakni Muhammad 'alaihish-shalatu was-salam. Ini juga sebagai bantahan bagi orang yang mengatakan bahwa Saba' adalah Indonesia. Meskipun cukup masuk akal, tetap tidak bisa untuk diterima, karena Saba' tempatnya adalah di Yaman.

Kerajaan Saba' adalah kerajaan yang makmur dan daerahnya pun sangatlah subur, namun mereka adalah kaum penyembah bintang-bintang, telah diutus kepada mereka 13 rasul namun mereka kembali dan kembali lagi ke penyembahan kepada bintang-bintang tersebut. Di antara keturunan Saba' ada seorang Ratu yang bernama Balqis, dia merupakan keturunan yang ke 17.

Suatu hari burung Hudhud telat hadir pada pertemuan yang diadakan oleh Nabi Sulaiman 'alaihish-shalatu was-salam. Begitu Hudhud datang, ia menyampaikan alasannya bahwa saya melihat ada kerajaan yang besar yang dipimpin oleh seorang ratu, namun mereka menyembah bintang-bintang. Maka Nabi Sulaiman menyuruh Hudhud untuk mengantar surat kepada Ratu tersebut: "Janganlah kalian merasa tinggi terhadapku, datanglah kepadaku sebagai muslim". Singkat kata akhirnya Ratu Balqis masuk Islam dan kembali ke Yaman dengan membawa Islam.

Setelah Ratu Balqis wafat maka kaum Saba' kembali menyembah bintang-bintang. Lalu pecahlah bendungan Ma'rib karena digerogoti oleh tikus besar. Kerajaan Saba' kocar-kacir ke berbagai negeri dan dan daerahnya binasa.

Setelah keadaan mereda kaum Saba' kembali ke Yaman dan memulai lagi kerajaannya, namun kemakmuran telah berubah menjadi kesengsaraan dan kesuburan menjadi kegersangan. Allah Ta'ala menukar rahmat-Nya kepada Adzab, buah-buahan yang dulunya manis telah berubah menjadi buah-buah yang pahit. Ekonomi melemah dan kerajaan berada diambang keruntuhan.

Kemudian diserahkanlah kerajaan Saba' kepada saudara mereka yaitu kaum Himyar, yang salah satu dari rajanya yaitu Rabi'ah bin Nashr, setelahnya Tubban As'ad, setelahnya Hassan bin Tubban As'ad, setelahnya 'Amru bin Tubban As'ad, setelahnya Lakhni'ah, setelahnya Dzun-Nuwwas, setelahnya direbut oleh bangsa Habasyah yaitu Aryath, kemudian Aryath dibunuh oleh budak Abrahah, sehingga Abrahah naik menjadi Raja setelahnya anaknya Abrahah Ibnu Abrahah, setelahnya direbut kembali oleh bangsa Himyar yaitu Saif bin Dzi Yazn atas bantuan tentara Persia, dan setelahnya berada di bawah kekuasaan Rasulullah 'alaihis-shalatu was-salam.

Siapakah Iram bin Dzi Yazn? (Pertemuan 89)

Ini merupakan kelanjutan dari pertemuan 75: "Terkenalnya Kisah Rabi'ah bin Nashr" dan 84: Kisah "Hancurnya Yaman oleh Bangsa Habasyah"
Setelah peristiwa Ashhabul-Ukhdud (orang-orang yang membakar Nashrani shalih di dalam parit di daerah Najran atas perintah Raja Yaman yang bernama Zur'ah Zun-Nuwwas bin Tubban As'ad), maka Kaisar Romawi menyuruh An-Najasyi (Raja Habasyah) untuk mengirim bala tentara yang dipimpin oleh Aryath yang bersamanya pula seorang ahli perang bernama Abrahah Al-Asyram.
Ketika Yaman dikalahkan maka Dzun-Nuwwas melarikan diri menuju bibir pantai namun dapat dikejar oleh tentara Habasyah, akhirnya Dzun-Nuwwas pun bunuh diri dengan cara memacu kudanya terus ke laut dan mati tenggelam di sana.
Sementara ada satu orang lagi yang bernama Saif bin Dzi Yazn melarikan diri menuju Kisra Persia untuk mendapatkan pertolongan, namun itu tidak otomatis karena pasukan Habasyah tidak bisa dianggap remeh, perlu waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan diri.
Usai pertempuran maka Aryath diangkat menjadi Raja Yaman dan berkuasa hingga sekian tahun, sampai terjadi pertarungan antara Aryath dan Abrahah, meskipun Aryath sempat menghunuskan tombak ke wajah Abrahah namun akhirnya Aryath mati ditombak oleh budak setia milik Abrahah, dikarenakan Abrahah menang, sesuai kesepakatan tentu semua terntara bergabung di bawah kepemimpinan Abrahah sebagai raja Yaman.
Selanjutnya Abrahah mendapat surat dari Kaisar Romawi, bahwa kaisar bersumpah tidak akan menginjak Yaman sampai memecahkan topi baja Abrahah yakni membunuh Abrahah, lantaran Abrahah telah membunuh Aryath.
Sumpah Kaisar tidak dapat dibatalkan, ini membuat Abrahah menjadi takut, akhirnya Abrahah datang ke istana Kaisar lalu bersujud lama hingga disuruh berdiri oleh Kaisar. Abrahah memohon ampun dengan membawa topi bajanya untuk dipecahkan oleh Kaisar sekaligus membawa tanah dari Yaman agar Kaisar injak. Seraya berkata bahwa saya telah membangun Kullais (gereja) besar buat Kaisar yang belum ada gereja sebesar itu pada zamannya maupun sebelum-sebelumnya, dan saya bersumpah bahwa saya tidak akan puas sampai orang Arab Mekkah hajinya berpaling kepada Kullais.
Bergemalah sumpah Abrahah ke mana-mana hingga terdengar oleh seorang lelaki dari Nasa'ah, lalu dia datang ke Kullais untuk buang hajat di sana, kemudian pergi. Abrahah tiba-tiba melihat ada kotoran di Kullais, dan murka, siapa yang melakukan ini? Menurut saksi mata bahwa ini dilakukan oleh seorang Arab karena geram saat Tuan Raja bersumpah untuk memalingkan hajinya orang Arab ke Kullais.
Oleh sebab itu Abrahah bersumpah untuk menghancurkan Ka'bah, namun akhirnya dia dan pasukannya binasa diserang burung Ababil dan sebagian besar pasukan mati seketika itu. Jadi bukanlah yang dimaksud bahwa pasukan terserang penyakit cacar atau kusta atau segala macam, karena penyakit itu berproses, sementara dalam riwayat bahwa mereka mati saat itu juga.
Ketika Abrahah mati maka anaknya Ibnu Abrahah Al-Asyram menggantikan kedudukannya sebagai raja di Yaman. Lalu datanglah pasukan dari Persia untuk menyerang Yaman, dan akhirnya Yaman berhasil ditaklukkan, sehingga tidak menyisakan bangsa Habasyah (Sudan) di Yaman.
Maka berkuasalah Saif bin Dzi Yazn, rupanya dialah Iram bin Dzi Yazn itu. Saif bin Dzi Yazn mendapat ucapan selamat dari berbagai pembesar kabilah-kabilah Arab, lantaran telah mengembalikan Yaman kepada bangsa Himyar. Di antara yang datang adalah Abdul-Muththalib beserta rombongan dan saat itu umur Rasulullah baru 7 tahun (menurut pendapat Ibnu Katsir). Saif bin Dzi Yazn menyambut Abdul-Muththalib dengan Ahlan wa sahlan, sebuah kalimat yang belum pernah diucapkan oleh siapapun sebelumnya, karena Saif lah yang pertama kali mengucapkan kalimat itu, sebagai penghormatan untuk Abdu-Muththalib, lantaran Abdul-Muththalib adalah orang yang dipercayakan kaum Arab untuk memelihara Ka'bah, beliau juga seorang pembesar Quraisy, di mana Quraisy adalah kaum yang sangat disegani.
Saif bin Dzi Yazn mengatakan, sudah saatnya seorang nabi diutus, informasi ini beliau dapati sebagaimana terkenalnya kisah Rabi'ah bin Nashr, bahwa Iran bin Dzi Yazn akan dikalahkan oleh oleh seorang Nabi yang suci, yang mendapat wahyu dari langit, yang karenanya semua orang Yaman masuk Islam.

Rabu, 25 Januari 2017

Soal Benteng Ottoman yang Musnah (Pertemuan 88)

Pada pertemuan 85 yang berjudul: "Fitnah Perongrong Daulah Islamiyyah" kita telah menyinggung tentang daulah 'utsmaniyyah, turki 'utsmani atau ottoman, menyebutkan nama-nama rajanya dan tahun berkuasanya, serta memberikan sedikit alasan mengapa dinasti ini mengalami keruntuhan.

Pada hakekatnya gejala-gejala keruntuhan ottoman sudah dapat dirasakan jauh hari sebelum ia benar-benar runtuh sehingga kini berubah manjadi Republik Turki.

Namun bagi yang menyukai sejarah Islam tidak perlu khawatir dari kehilangan situs, karena situs-situs yang dikhabarkan hilang ternyata tidak semuanya hilang, sebagian telah pindah ke situs internet dan sebagiannya tersimpan di museum dalam bentuk replika.

Hanya saja kita maklum bahwa pada waktu itu kamera baru digunakan pada tahun 1800-an dengan segala keterbatasannya, namun kita bersyukur bahwa ahli sejarah ada menuliskan kejadian-kejadian penting dalam buku karya mereka.

Kita dapat menelusuri sejarah bahwa pada waktu itu paling tidak ada dua barisan besar yang sedang gencar-gencarnya melakukan ekspansi, yaitu Mongol dan Ottoman, meskipun yang namanya perang cenderung kejam, namun perbedaan dari keduanya sangat-sangat mencolok, yakni Mongol dengan segala kebengisannya dan Ottoman dengan segala sportifitasnya.

Pada saat penaklukan demi penaklukan negeri, tentunya negeri-negeri yang berhasil ditaklukkan akan menjadi milik penakluk, di mana benteng-benteng, rumah ibadah dan rakyatnya telah dikuasai. Jadi tidak semua peninggalan Ottoman itu murni buatan Ottoman, karena sebagiannya seperti benteng-benteng hanya tinggal mereparasi dan menempati sehingga tidak perlu untuk membangun lagi.

Ketika Ottoman telah runtuh, terpecah menjadi berbagai negara, baik menjadi negara-negara Islam maupun menjadi negara-negara kafir, tentunya peninggalan-peninggalan dari Ottoman menjadi milik negara-negara tersebut. Soal mereka mau memusnahkannya ataupun mau memeliharanya itu hak bagi negara-negara bersangkutan. Namun Republik Turki sampai saat ini tetap masih memeliharanya.

Tulisan ini merupakan keterusan dari pertemuan 74 dengan judul: "Situs Sejarah Islam di Haramain Tidak Ada yang Hilang". Di mana saat berbicara tentang perluasan Haramain, ada kalimat penting di situ yakni: "Jadi ini bukan bermaksud menghilangkan sejarah 'Abbasiyyah dan Ottoman, seandainya 'Abbasiyyah dan Ottoman masih ada tentu mereka akan melakukan hal yang sama".

Kalau puing-puing peninggalan Ottoman tidak mengganggu perluasan Haramain maka tidak ada alasan untuk dimusnahkan, terlebih lagi puing-puing peninggalan Ottoman bisa membahayakan jama'ah haji yang sedang beribadah dan lebih berbahaya kalau dijadikan tempat untuk mencari berkah.

Tujuan utama perlunya situs sejarah adalah untuk pengkajian ilmu pengetahuan, sedangkan sejarah tersebut telah dibukukan, sehingga bagi teman-teman yang ingin melihat rupa dari situs itu cukuplah diwakili dengan replika yang ada di museum Timur Tengah, dan itu patut kita syukuri.

Selasa, 24 Januari 2017

Mengapa Harus menulis? (Pertemuan 87)

العلم صيد والكتابة قيده
قيد صيودك بالحبال الواثقة
فمن الحماقة أن تصيد غزالة
وتتركها بين الخلائق طالقة

Al-'Ilmu shaidun wal-kitaabatu qayyiduh
Qayyid shuyuudaka bil-hibaalil-waatsiqah
Faminal-hamaaqati an tashiida ghazaalah
Wa tatrukuhaa bainal-khalaa'iqi thaalaqah

"Ilmu itu adalah buruan Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Maka termasuk kebodohan adalah kamu berburu kijang
Sementara kamu membiarkannya lepas di antara manusia".

Perkataan di atas adalah anjuran untuk mencatat agar mengingatkan kita di saat kita lupa, oleh karena itu Islam menyuruh ummatnya untuk mencatat terutama perihal utang piutang. Bahwa orang ini telah berhutang kepada saya atau saya telah berhutang kepada orang ini sekian dan seterusnya.

Pada saat kita mendengar atau membaca sesuatu sebenarnya otak kita secara otomatis sedang mencatatnya satu persatu, hanya saja catatan itu tidak bisa dimengerti oleh orang lain sampai kita menyampaikannya dengan benar, baik itu melalui lisan maupun tulisan.

Kalau kita hendak menyampaikan sesuatu yang bermanfaat maka mau tidak mau kita mesti memahami terlebih dahulu sesuatu itu, baik berdasar pada pengalaman atau dari proses pembelajaran.

Menulis memiliki banyak manfaat, dan untuk menjadi seorang penulis tentunya harus banyak membaca. Dengan membaca maka akan bertambahlah perbendaharaan kata-kata, yang ini sangat penting dalam membuat suatu tulisan bahkan dapat memperlancar kita dalam berbicara.

Yang perlu diperhatikan ketika mau menulis adalah faktor niat, bahwa kita sedang belajar dan belajar itu merupakan perintah agama, yang tentunya bernilai pahala. Oleh karenanya apakah orang lain mau membacanya ataukah tidak maka itu bukan urusan kita, dengan kata lain teruslah berkarya meskipun tidak ada yang "like".

Di saat menulis hendaklah tidak memposisikan diri sebagai editor, lepas saja, mengalir saja, tanpa ada beban, teruslah menulis sampai tulisan tersebut selesai. Setelah selesai baru diceck mana yang harus diperbaiki. Kalau belum-belum kita sudah banyak memperbaiki kata-kata, maka percayalah bahwa tulisan kita lama sekali mau selesai. Baru saja memulai sudah banyak yang dihapus, akhirnya mengulang lagi dan mengulang lagi.

Kadang kita bingung, apa yang akan kita tulis, oleh karenanya kita memerlukan suatu ide atau pokok pikiran utama. Misalnya kita melihat ada sebuah jembatan yang rusak, meskipun hanya berupa lubang namun itu cukup berbahaya bagi pengendara terutama yang beroda dua. Sebuah tulisan yang hendak kita angkat diharapkan bisa bermanfaat bagi pengguna jalan maupun pemerintah setempat yang mungkin belum sampai kepada mereka berita sehingga seolah mengabaikan perbaikan terhadap jembatan tersebut.

Ajaran Islam tidak membenarkan ummatnya untuk berdongeng, yakni mengarang cerita fiktif meskipun itu bermanfaat. Karena dongeng adalah cerita bohong dan sama saja mengajarkan orang lain untuk suka berbohong.

Kesibukan untuk menceritakan kisah-kisah palsu dapat berakibat terlalaikannya kita untuk mempelajari kisah-kisah yang nyata, kisah-kisah yang dikhabarkan oleh Allah Ta'ala dalam kitab-Nya, dalam hadits-hadits Nabi-Nya dan dalam riwayat-riwayat orang-orang shalih dari hamba-hamba-Nya.

Kisah-kisah palsu apabila tercampur dalam memori kita maka dapat pula berakibat bingungnya kita dalam memahami sesuatu, lantaran tidak memiliki pijakan yang tetap alias plin-plan. Suatu hari bilang begini tapi di hari yang lain bilang begitu.

Dalam hal ini Allah Ta'ala berkata: "Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an, seandainya Al-Qur'an itu bukan datang dari Allah, maka sungguh mereka akan melihat pertentangan yang banyak", yakni sungguh mereka akan mendapati antara ayat satu dengan ayat yang lainnya saling bertentangan, saling bertolak belakang.

Suatu cerita bohong tidaklah ia dijadikan kecuali untuk dibantah, diklarifikasi, dijelaskan kebohongannya. Biasanya cerita bohong itu mengandung kemunkaran, mengandung pertentangan terhadap kebenaran.

Misalnya seseorang mengarang cerita tentang kasih ibu yang terabaikan, ibu tersebut hidup terlantar di pinggir jalan sementara anak-anaknya tidak perduli sedikitpun. Sampai di sini cerita tersebut sudah nampak kemungkarannya, yaitu apa benar anak-anaknya tidak perduli sedikitpun? Apalagi kalau cerita itu dilanjutkan, dikasih bunga-bunga agar lebih menarik, yang akhirnya anak-anaknya menjadi celaka atau anak-anaknya akan menyesal. Kalau anak-anaknya celaka, apakah seorang ibu menjadi bahagia?, atau kalau anak-anaknya menyesal, apakah dikarenakan justru ibunya yang kena celaka? Cerita tersebut akan menjadi sangat parah tatkala pengarangnya sudah melibatkan kutukan Allah, itu sama halnya dengan mengada-adakan kebohongan atas nama Allah.

Seorang penulis yang pandai berdusta suatu hari nanti tidak akan dipercaya. Ini bisa kita lihat pada situs-situs tertentu maupun stasiun televisi yang gemar memosting atau menyiarkan berita-berita hoax atau abal-abal.

Jadi, kita hanya mengungkap semua kebenaran dan membantah segala kebathilan, dengan tetap berada dalam bimbingan ulama' sehingga tidak cenderung mengada-ada. Karena kita bertugas untuk memberitahu orang-orang ke arah kebaikan, bukan justru menjerumuskan mereka ke lembah kenistaan.

Fitnah Perongrong Daulah Islamiyyah (Pertemuan 85)

Ini mengenai daulah Islamiyyah:
1. Al-Khulafa'ur-Rasyidin
2. Daulah Umayyah
3. Daulah 'Abbasiyyah
4. Daulah 'Utsmaniyyah
5. Daulah Sau'diyyah

AL-KULAFA'UR-RASYIDIN
Berlangsung sampai 30 tahun

1). 632-634M Abu Bakr Ash-Shiddiq 11-13H, berkuasa selama 2 tahun.

*Beliau memerangi orang-orang yang murtadd yang di antaranya adalah kaum yang menolak membayar zakat lantaran berpendapat bahwa zakat hanyalah upeti.

2). 634-644M 'Umar bin Al-Khaththab 13-23H, berkuasa selama 10 tahun.

*Beliau wafat beberapa waktu setelah ditikam pisau beracun oleh Abu Lu'lu'ah Al-Majusi, ketika Abu Lu'luah tertangkap maka diapun bunuh diri dengan menggunakan pisau tersebut, yang kini kuburan Abu Lu'luah diagungkan oleh kaum syi'ah rafidhah.

3). 644 656M 'Utsman bin 'Affan 23-35H, berkuasa selama 12 tahun.

*Pertama kali munculnya pelopor syi'ah bernama Abdullah bin Saba' dan dari pengaruhnya pula muncul perberontakan pertama di dalam Islam yaitu khawarij. Pemberontakan khawarij tersebut menjadi sebab syahidnya khalifah 'Utsman bin 'Affan.

4). 656-661M 'Ali bin Abi Thalib 35-40H, berkuasa selama 5 tahun.

*Mengutus Ibnu 'Abbas untuk menasehati kelompok khawarij dan bertaubat dari khawarij itu sebagian kelompok, adapun sisanya diperangi.

*Mencambuk orang yang mengatakan bahwa 'Ali lebih utama dari Abu Bakr dan 'Umar. Membakar orang yang menguduskan/ mengkultuskan (menuhankan) 'Ali bin Abi Thalib.

*Beliau ditikam oleh Abdurrahman bin Muljim, serang mantan qari' yang pernah diutus oleh 'Umar bin Al-Khaththab ke Mesir dan pernah memerintahkan agar orang Mesir memuliakannya, namun tak disangka dia terpengaruh fitnah khawarij.

5). 661-661M Hasan bin 'Ali 40-40H, berkuasa selama 4 bulan.

*Hasan bin 'Ali mengqishash 'Abdurrahman bin Muljim, setelah itu mayatnya dibakar. Kemudian beliau menyerahkan kepemimpinannya kepada Mu'awiyyah bin Abi Sufyan.

DAULAH UMAYYAH
Terdiri dari dua fase:
A. Damaskus
B. Kordoba

A. 661-750 di Damaskus

1. 661-680 Mu'wiyyah bin Abi Sufyan
2. 680-683 Yazid bin Mu'awiyyah

*Peristiwa syahidnya Husain di Karbala, oleh tentara Yazid, padahal beliau tidak memerintahkan tentaranya sampai sejauh itu. Ini terjadi pada hakikatnya adalah atas jebakan dari syi'ah

3. 683-684 Mu'wiyyah bin Yazid
4. 684-685 Marwan bin Al-Hakam
5. 685-705 'Abdul-Malik bin Marwan

*Munculnya istilah rafidhah pada syi'ah, lantaran menolak Zaid bin Ali Zainal-Abidin 695-740M, Zaid mengatakan: "Rafadhtumuunii fa antum rafiidhah", "Kalian menolakku, maka kalian rafidhah"

(Al-Imam Abu Hanifah 699-767M)

6. 705-715 Al-Walid bin 'Abdul-Malik (Al-Imam Malik bin Anas 714-800M)
7. 715-716 Sulaiman bin 'Abdul-Malik

*Al-Ja'd bin Dirham 715-724M, adalah guru Jahm bin Shafwan 696-745M. Al-Ja'd disembelih oleh Khalid bin 'Abdillah Al-Qasri, seorang gubernur 'Iraq di masa Bani Umayyah, pada 'idul-adhha lantaran Ja'd mengatakan Allah tidak mengangkat Nabi Ibrahim sebagai khalil dan Dia tidak berbicara kepada Nabi Musa. Ajaran Al-Ja'd bin Dirham diteruskan oleh Jahm bin Shafwan yang menolak sifat-sifat Allah.

8. 717-720 'Umar bin 'Abdul-'Aziz

#Beliau seorang 'amir/ pemimpin sekaligus ahlul-ilmi, di mana sunnah benar-benar dibela dan keadilan benar-benar merata, sehingga ada yang menyebut beliau sebagai khalifah kelima, namun dengan rendah hati beliau mengatakan: "Debu jihad yang menempel di hidung Mu'awiyyah jauh lebih baik daripada 'Umar bin 'Abdul-'Aziz".

9. 720-724 Yazid bin 'Abdul-Malik
10. 724743- Hisyam bin 'Abdul-Malik

*Munculnya aliran mu'tazilah yang diusung oleh Wasil bin Atha' bahwa pelaku dosa besar tidak mu'min dan tidak kafir, pendapat ini bertentangan dengan gurunya Al-Hasan Al-Bashri yang menyatakan pelaku dosa besar selain syirik imannya berkurang dan tidak kafir. Al-Hasan Al-Bashri adalah murid 'Utsman bin 'Affan, 'Abdullah bin 'Abbas, 'Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy'ari, Anas bin Malik, Jabir bin 'Abdullah dan 'Abdullah bin 'Umar, sehingga beliau menjadi guru besar di Bashrah.

11. 743-744 Al-Walid bin Yazid
12. 744-744 Yazid bin Walid
13. 744-744 Ibrahim bin Malik
14. 744-750 Marwan bin Muhammad

B. 929-1031 di Kordoba

Daulah Umayyah pertama
929-961 'Abdurrahman bin Muhammad
961-979 Al-Hakam bin 'Abdurrahman
976-1009 Hisyam bin Al-Hakam
1009-1009 Muhammad
1009-1010 Sulaiman bin Al-Hakam
1010-1012 Hisyam bin Al-Hakam
1012-1016 Sulaiman bin Al-Hakam
1018-1018 'Abdurrahman

Daulah Hammudid pertama
1016-1018 'Ali bin Hammud An-Nashir 1018-1021 Al-Qasim Al-Ma'mun bin Hammud
1021-1023 Yahya bin 'Ali bin Hammud
1023-1023 Al-Qasim Al-Ma'mun bin Hammud

Daulah Umayyah kedua
1023-1024 'Abdurrahman
1024-1025 Muhammad bin 'Abdurrahman

Daulah Hammudi kedua
1025-2031 Yahya bin 'Ali Hammud

Daulah Umayyah ketiga
1026-1031 Hisyam

DAULAH 'ABBASIYYAH
Terdiri dari 2 fase:
A. Baghdad
B. Kairo

A. 750-1258 di Baghdad

750-754 Ash-Shaffah
754-755 An-Manshur
755-785 Al-Mahdi

(Al-Imam Asy-Syafi'i 767-819M)
(Al-Imam Ahmad bin Hanbal 780-855M)

785-786 Al-Hadi
786-809 Harun Ar-Rasyid

[Al-Imam Al-Bukhari 810-870M]
Di antara guru beliau adalah Al-Imam Asy-Syafi'i.

809-813 Al-Amin
813-833 Al-Ma'mun

[Al-Imam Abu Dawud 817-889M]
[Al-Imam Muslim 821-875M]
[Al-Imam At-Tirmidzi 822-892M]
[Al-Imam Ibnu Majah 824/826-887M]
[Al-Imam An-Nasa'i 829-915M]

*Fitnah besar yang menyatakan Al-Qur'an adalah makhluk sehingga Al-Imam Ibnu Hanbal disiksa dan dipenjara hanya karena tidak mau mengatakan sesuatu yang tidak pernah dikatakan oleh pendahulunya yaitu para shahabat dan tabi'in, di mana telah sepakat ahlus-sunnah bahwa Al-Qur'an adalah perkataan Allah bukan makhluk.

833-842 Al-Mu'tashim
842-847 Al-Wathiq
847-861 Al-Mutawakkil
861-862 Al-Muntasir
862-866 Al-Musta'in
866-869 Al-Mu'tazz
869-870 Al-Muhtadi
870-892 Al-Mu'tamid
892-902 Al-Mu'tadid
902-908 Al-Muktafi
908-932 Al-Muqtadir

*930M Mekkah di serang oleh syi'ah qaramithah dan mencuri hajar aswad selama 22 tahun. Syi'ah qaramithah diambil dari nama Abu Thahir Al-Qurmuthi/ Al-Qirmith yang beraliran syi'ah isma'iliyyah, yakni mengatas-namakan Isma'il bin Ja'far Ash-Shadiq. Syi'ah qaramithah dalam melakukan pembantaian di berbagai kota adalah bekerjasama dengan nashrani dan kaum tartar/ Mongol.

932-934 Al-Qahir
934-940 Ar-Radhi
940-944 Al-Muttaqi
944-946 Al-Mustakfi
946-974 Al-Muthi'
974 991 Ath-Thai
991-1031 Al-Qadir
1031-1075 Al-Qaim
1075-1094 Al-Muqtadhi
1094-1118 Al-Muntazhir
1118-1135 Al-Mustarsyid
1135-1136 Ar-Rasyid
1136-1160 Al-Muqtafi
1160-1170 Al-Mustanjid
1170-1180 Al-Mustadi
1180-1225 An-Nashir
1225-1226 Azh-Zhahir
1226-1242 Al-Mustanshir
1242-1258 Al-Musta'shim Billah

*Baghdad runtuh diserang bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan atas kerjasama dengan seorang syi'ah rafidhah Ibnu Alqami perdana menteri Al-Musta'shim Billah yang berkhianat.

B. 1261-1517 di Kairo

1261-1262 Al-Mustanshir 2
1262-1302 Al-Hakim 1
1302-1340 Al-Mustakfi 2
1340-1341 Al Watsiq 2
1341-1352 Al-Hakim 2
1352-1362 Al-Mu'tadid
1362-1377 Al-Mutawakkil 1
1377-1377 Al-Musta'shim 2
1377-1383 Al-Mutwakkil 1
1383-1386 Al-Watsiq 3
1386-1389 Al-Musta'shim 2
1389-1406 Al-Mutawakkil 1
1406-1414 Al-Musta'in
1414-1441 Al-Mu'tadid 3
1441-1451 Al-Mustakfi 3
1451-1455 Al-Qaim 2
1455-1479 Al-Mustanjid 2
1479-1497 Al-Mutawakkil 2
1497-1508 Al-Mustamsik
1508-1516 Al-Mutawakkil 3
1516-1517 Al-Mustamsik
1517-1517 Al-Mutawakkil 3

DAULAH 'UTSMANIYYAH

1230-1281 Artughul Ghazi
1281-1299 'Utsman bin Artughul
1299-1326 Osman 1 (pertama)

*Tahun 1299 Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah memimpin sebuah pasukan untuk melawan pasukan Mongol di Syakhab, dekat kota Damaskus dan beliau mendapat kemenangan yang gilang gemilang.

1326-1362 Orhan 1
1362-1389 Murad 1
1389-1403 Bayazid 1
1403-1405 Isa Celebi
1405-1411 Sulaiman Celebi
1411-1413 Musa Celebi
1413-1413 Mehmed Celebi
1413-1421 Mehmed 1
1421-1444 Murad 2
1444-1446 Mehmed 2
1446-1451 Murad 2
1451-1481 Mehmed 2
1481-1512 Bayazid 2
1512-1520 Selim 1
1520-1566 Sulaiman 1
1566-1574 Selim 2
1574-1595 Murad 3
1595-1603 Mehmed 3
1603-1917 Ahmad 1
1617-1618 Musthafa 1
1618-1622 Osman 2
1622-1623 Musthafa 1
1623-1640 Murad 4
1640-1648 Ibrahim 1
1648-1687 Mehmed 4
1687-1691 Sulaiman 2
1691-1695 Ahmad 2
1695-1703 Musthafa 2
1703-1730 Ahmed 3

#Syaikhul-Islam Muhammad bin 'Abdul-Wahhab 1703-1792M, beliau lahir di 'Uyainah Najd, suatu daerah yang tidak masuk wilayah kekuasaan Daulah 'Utsmaniyyah.

1730-1754 Mahmud 1
1754-1757 Osman 3
1757-1774 Musthafa 3
1774-1789 'Abdul-Hamid 1
1789-1807 Salim 3
1807-1808 Musthafa 4
1808-1839 Mahmud 2
1839-1861 'Abdul-Majid 1
1861-1876 'Abdul-'Aziz 1
1876-1976 Murad 5
1976-1909 'Abdul-Hamid 2
1909-1918 Mehmed 5
1918-1922 Mehmed 6 (terakhir) 1922-1924 'Abdul-Majid 2

*Kehancuran daulah 'utsmaniyyah dipicu beberapa sebab, secara internal banyak terjadi kemaksiatan di istana-istana, terjadi pula pembunuhan antar saudara hanya karena hendak menjadi raja, intinya sudah semakin jauhnya mereka dari nilai-nilai Islam. Adapun secara eksternal mereka serba ketinggalan terutama dalam persenjataan perang, terlebih lagi ekonomi mereka terus melemah akibat terhentinya ekspansi.

DAULAH SA'UDIYYAH
Sejarah daulah sa'udiyyah ini cukup panjang yang insya Allah akan kita kupas pada pertemuan yang lainnya.

*MUSUH BESAR DAULAH ISLAMIYYAH: KEKAISARAN MONGOL/ KAUM TARTAR

1206-1227 Jenghis Khan
1229-1241 Ogedei Khan
1246-1248 Guyuk Khan
1251-1259 Mongke Khan
1260-1294 Kublai Khan
1333-1370 Toghan Temur Khan

Kode:
* Kemunculan Fitnah
(...) Imam Madzhab
[...] Imam Hadits
# 'Ulama Ahlus-Sunnah

Senin, 23 Januari 2017

Kisah Hancurnya Yaman oleh Bangsa Habasyah (Pertemuan 85)

Pada pertemuan kali ini kita akan menceritakan kisah raja-raja Yaman sampai runtuhnya kerajaan mereka ditangan bangsa Habasyah. Yakni melibatkan:
A. Sekilas tentang Raja Rabi'ah bin Nashr
B. Raja Tubban As'ad Abu Karib
C. Raja Hassan bin Tubban As'ad
D. Raja Amru bin Tubban As'ad
E. Raja Lakhni'ah Al-Himyari
F. Raja Zur'ah Dzun-Nuwwas bin Tubban As'ad
G. Raja Aryath
H. Raja Abrahah

A. Sekilas tentang Raja Rabi'ah bin Nashr

Pada pertemuan 75 kita telah menceritakan Raja Rabi'ah bin Nashr, ada baiknya kita rangkum sedikitnya 5 point dari kisah tersebut sebelum masuk ke kisah yang berikutnya:
1. Rabi'ah bin Nashr adalah salah satu raja dari raja-raja Yaman, kisah ini terjadi di zaman jauh sebelum lahirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
2. Dia bermimpi yang setelah ditebak mimpinya oleh dua orang dukun terkenal yang bernama Sathih dan Syiqq bahwa Raja melihat bara api, yang keluar melesat dari kegelapan, lalu jatuh ke dataran yang rendah/ antara padang rumput dan bukit, kemudian dimakan oleh makhluk yang memiliki tengkorak/ ubun-ubun (makhluk yang bernyawa).
3. Sathih dan Syiqq menafsirkan bahwa Yaman akan diserbu dan dikuasai oleh bangsa Habasyah/Sudan setelah 60 atau 70 tahun dari masa kekuasaan Raja Rabi'ah.
4. Setelah bangsa Habasyah berkuasa selama 70 tahun di Yaman, kemudian bangsa Habasyah itu akan ditumbangkan oleh Iram bin Dzi Yazn.
5. Namun kerajaan Iram bin Dzi Yazan akan dikalahkan oleh seorang Nabi dari keturunan Fihr (Qiraisy) yang akan terus berkuasa sampai dunia ini berakhir.

B. Raja Tubban As'ad Abu Karib

Sekarang masuk kepada kisah Raja Tubban As'ad, telah sedikit disinggung pada pertemuan 74 tentang Raja ini dengan nama Tubba'/ Tubba' Abu Karab As'ad/ Tabban bin As'ad, memang terjadi perbedaan penyebutan antara Tubban dan Tabban/ Tubban As'ad dan Tabban bin As'ad/ Abu Karab dan Abu Karib. Namun supaya tidak bingung kita pilih nama Tubban As'ad Abu Karib sebagaimana matan sirah Ibnu Hisyam.

Setelah Rabi'ah bin Nashr mendapat kabar buruk dari Sathih dan Syiqq, beliau kan meninggalkan Yaman dan pindah ke Iraq, lalu Raja Persia mempersilahkannya tinggal di daerah Hirah. Entah bagaimana keadaan pemerintahan Yaman ketika rajanya pergi, wallahu a'lam, yang jelas ketika Rabi'ah wafat maka naiklah raja berikutnya yang bernama Tubban As'ad atau Abu Karib atau Tubba'.

Tubba' ini punya kebiasaan menjadikan Madinah menjadi persinggahan saat dia hendak ke Syam, sampai terlahir darinya seorang anak di Madinah, tapi dia tinggalkan anak dan istrinya di Madinah sementara dia terus menuju Yaman. Suatu hari dia mendengar kabar bahwa anaknya yang di Madinah dibunuh secara zhalim, maka dia pun marah besar dan bermaksud hendak memerangi penduduk Madinah. Namun kaum Madinah adalah kaum yang unik, penduduknya sedari dulu memang disebut sebagai kaum anshar, di mana mereka berperang di siang hari tapi menjamu lawan perangnya di malam hari, sehingga Tubba' beranggapan bahwa kaum anshar itu orang-orang baik.

Ketika melihat pasukan Tubba' yang begitu besar maka kaum Anshar diambang kekalahan, lalu datanglah kepada Tubba' dua orang pendeta Yahudi yang mengatakan bahwa jika Tuan Raja tetap memerangi Madinah maka Tuan Raja akan mendapat bencana dari Allah, karena kota Madinah ini adalah kota hijrah Nabi yang akan datang dari Mekkah.

( هي مهاجر نبي يخرج من هذا الحرام من قريش في آخر الزكان تكون داره وقراره)

"Madinah ini adalah tempat hijrahnya Nabi yang datang dari tanah haram, dari kaum Quraisy pada akhir zaman, kota yang menjadi rumahnya dan tempat menetapnya"

Riwayat di atas sebagai bukti bahwa akan diutusnya seorang nabi di Mekkah yang ternyata telah diketahui oleh orang-orang Yahudi melaui kitab suci dan kabar dari pendeta-pendeta mereka.

Melihat kedalaman ilmu dua pendeta tadi maka Tubba' pun masuk agama Yahudi, maka dari Raja Tubba'lah agama Yahudi bisa masuk ke Yaman.

Suatu hari ada suatu kaum yaitu dari Bani Hudzail bin Mudrikah menawarkan kepada Tubba': "Wahai Tuan Raja, maukah engkau kami tunjukkan suatu rumah yang banyak hartanya, di mana rumah itu tidak dihiraukan oleh raja-raja sebelum engkau, di sana ada mutiara, batu permata berjad dan yakut, emas serta perak?" Raja menjawab: "tentu", mereka berkata: "Rumah yang ada di Mekkah yang penduduknya beribadah di sana dan shalat di sisinya!".

Sebelum Tubba' berangkat, dia teringat kepada dua pendeta Yahudi yang pernah mengajarinya ilmu, karenanya diutuslah seseorang untuk menjemputnya. Setelah tiba maka Tubba' meminta pendapat dua pendeta itu, lalu mereka berkata: "Tidaklah yang diinginkan kaum itu melainkan mencelakakanmu dan membinasakan terntaramu wahai Tuan Raja, karena kami tidak mengetahui suatu rumah di bumi ini yang dijadikan Allah khusus untuk-Nya selain rumah tersebut, dan apabila engkau tetap bersikeras melakukan apa yang kami peringatkan padamu maka sungguh akan celakalah engkau dan binasalah orang-orang yang bersamamu!".

Tubban bertanya: "Apa yang kalian berdua perintahkan untuk aku lakukan jika aku sudah datang ke sana? Mereka menjawab: "Engkau lakukan di sana apa yang dilakukan oleh penduduknya, engkau berthawwaf mengelilingi ka'bah, mengagungkan dan memuliakannya, engkau mencukur rambutmu di sisinya dan engkau merendahkan hatimu sampai engkau keluar darinya."

Tubba' bertanya: "Apa yang menghalangi kalian berdua untuk melakukan hal itu?" Mereka menjawab: "Adapun demi Allah, sesungguhnya itu adalah bait yang dibangun oleh bapak kami Ibrahim, dan sesungguhnya kami pun ingin melakukan apa yang kami kabarkan padamu, tapi penduduknya telah menghalangi kami dan bait itu dengan patung-patung yang mereka letakkan di sekitarnya, mereka mengotori bait itu dengan darah hewan yang mereka sembelih di sisinya dan mereka itu najis pelaku syirik!".

Tubba' menerima nasehat mereka berdua dan membenarkan berita yang mereka khabarkan. Lalu memanggil orang-orang yang telah mempengaruhinya dari Bani Hudzail untuk ditebas tangan dan kaki mereka bersilangan yakni dibunuh semuanya.

Kemudian berangkat menuju Mekkah, setibanya di sana dia berthawwaf mengelilingi bait dan menyembelih kurban di sisinya, mencukur rambutnya, tinggal di Mekkah selama 6 hari, menyembelih hewan untuk diberikan kepada manusia, memberi makan kepada penduduknya.

Dia bermimpi memberi kiswah pada bait, maka diapun memakaikan kain kasar untuk menutup bait, lalu bermimpi lagi memberi kiswah yang lebih bagus dari sebelumnya, maka dia pun memakaikan kain yang lebih bagus untuk menutupnya.

Tubba' adalah orang yang pertama kali menutup kiswah pada ka'bah, dan mewasiatkan agar kiswah itu diganti dengan yang baru apabila kiswah yang lama sudah kelihatan usang, memerintahkan penduduk Mekkah untuk membersihkan sekitar ka'bah, melarang mereka mengotorinya dengan pancaran darah hewan sembelihan maupun darah haidh, membuatkan pintu pada ka'bah dan memberinya kunci.

Kemudian dia keluar dari Mekkah menuju Yaman bersama tentara dan dua pendeta. Ketika sampai di Yaman, dia menyeru rakyatnya untuk masuk agama Yahudi, maka terjadilah kekacauan karena rakyatnya merupakan penyembah berhala, lalu dijadikanlah api sebagai hakim, yang konon katanya api itu akan memakan orang yang zhalim dan tidak membahayakan orang yang dizhalimi.

Maka dikobarkanlah api unggun yang besar, lalu majulah beberapa orang bersama berhalanya mendekati api, begitu api menyambar mereka, mereka pun mundur beberapa langkah, tapi kaumya terus menyemangati mereka agar tetap sabar, jangan goyah, sehingga mereka pun memutuskan untuk mencebur ke dalam api, yang akhirnya mereka dan berhala mereka sama-sama ikut terbakar. Sekarang giliran dua pendeta bersama kitab sucinya, mereka mendekati api, lalu api itu pun menyambar kening mereka, sehingga mereka menaruh kitab sucinya di kening kemudian mencebur ke dalam kobaran api namun tidak membahayakan mereka. Berawal dari inilah masuknya agama Yahudi di Yaman.

C. Raja Hassan bin Tubban As'ad

Setelah Tubba' wafat maka naik tahta lah anaknya yang bernama Hassan bin Tubban As'ad. Hassan menyukai ekspansi untuk memperluas wilayah, sehingga tentaranya tidak berhenti berperang sampai mereka sendiri menjadi bosan, karena merindukan tanah kelahiran mereka di Yaman.

D. Raja 'Amru bin Tubban As'ad

Para pemimpin perang mempengaruhi saudara kandung Hassan yang bernama 'Amru untuk membunuhnya, lalu diangkat menjadi Raja dengan syarat mengembalikan mereka ke Yaman. Karena merasa dapat angin cepat jadi raja maka 'Amru pun membunuh Hassan. Di antara pemimpin perang ada Dzi Ru'in Al-Himyari yang mencoba untuk mencegah pembunuhan tersebut, dikarenakan tidak digubris maka Dzi Ru'in membuat suatu surat yang di antara isinya:

"Wahai yang membeli ketidak bisa tiduran dengan tidur, berbahagialah orang yang bermalam dengan mata yang tenang, sesungguhnya tentara Himyar telah berlebihan dan berkhianat, maka telah berlepas diri Dzi Ru'in".

Surat itu disegel dan diberikan kepada 'Amru. Setelah 'Amru bin Tubban As'ad berhasil menjadi raja, maka dia benar-benar dikuasai "sahr" yakni tidak bisa tidur beberapa lama, tabib-tabib yang dipanggil pun gagal mengobatinya, sampai dikatakan bahwa penyakit Tuan Raja menimpa siapapun yang membunuh saudara kandungnya.

Akhirnya 'Amru bin Tubban As'ad murka dan membunuh orang-orang yang pernah mempengaruhinya kecuali Dzi Ru'in, karena dia ada surat pelepas dirian yang diberikan kepada Raja. Setelah Raja membacanya: "Engkau benar wahai Dzi Ru'in, aku baru ingat waktu itu engkau telah menasehatiku tapi aku tidak memperdulikanmu, maka engkau bebas".

Kepemerintahan 'Amru bin Tubban As'ad terjadi kemerosotan dan akhirnya ditumbangkan oleh tentara terlatihnya sendiri yaitu yang bernama Lakhni'ah.

E. Raja Lakhni'ah Yanfu Dzu Syanatir

Lakhni'ah bukanlah dari keluarga Tubba', dia adalah mantan dari pimpinan perang yang terlatih dari Himyar dan berhasil merebut kekuasaan 'Amru bin Tubban As'ad. Lakhni'ah menggunakan harta negara hanya untuk berpesta pora dan berfoya-foya, dia juga seorang yang fasiq yang punya kebiasaan kaum Luth.

Lakhni'ah telah membunuh semua keluarga Tubba', kecuali satu orang, karena waktu itu masih kecil yang bernama Zur'ah Dzu Nuwwas bin Tubban As'ad. Ketika Zur'ah tumbuh menjadi remaja, dia dipanggil oleh Raja Lakhni'ah untuk suatu hal yang sudah diketahui oleh Zur'ah sendiri, yaitu melayani nafsu syahwatnya. Maka Zur'ah pun menyiapkan pisau tipis yang ditaruhnya di antara telapak kaki dan alas sendalnya.

Zur'ah kemudian dipersilahkan masuk kamar Raja Lakhnia'ah, begitu Lakhni'ah mendekat untuk memeluknya maka Zur'ah langsung menikamkan pisau tipis itu kepada Lakhni'ah dan memenggal kepalanya. Zur'ah pun keluar kamar sambil membawa kepala Lakhni'ah sehingga penghuni istana menjadi riuh, namun mereka malah bergembira karena Zur'ah telah mengistirahatkan mereka dari seorang yang jelek. Seraya mengangkat Zur'ah menjadi Raja yang layak terlebih lagi dialah penerus dari Raja Tubba' yang masih tersisa.

F. Raja Zur'ah Dzun-Nuwwas bin Tubban As'ad

Namun Raja Zur'ah ini pada kelanjutannya malah membunuhi kaum Nashrani sehingga kisah ini diabadikan di dalam Al-Qur'an: "Qutila ashhaabul-ukhduud", "Celakalah para pembuat parit-parit itu", yakni mereka membunuhi orang-orang shalih dari agama nashrani di parit-parit yang mereka buat. Selamat dari pembunuhan itu Daus Dzu Tsu'luban, dia melempar pasir di wajah orang-orang yang menyerangnya, lalu secepatnya menaiki kuda menuju Raja Romawi untuk mendapatkan pertolongan.

Dikarenakan jarak Romawi-Yaman sangat jauh maka Raja Romawi mengirim surat kepada Raja Habasyah yang bergelar An-Najasyi agar menyiapkan bala tentara untuk menyerbu Yaman. Maka berangkatlah bala tentara Habasyah yang dipimpin oleh Aryath ke Yaman dan bersama tentara itu ada Abrahah, dan perjalanan mereka dipandu oleh Daus Dzu Tsu'luban.

Penyerbuan pun dimulai, tentara Yaman kocar-kacir dan Zur'ah Dzun-Nuwwas melarikan diri dengan kudanya menuju bibir pantai, namun tetap dikejar oleh tentara Habasyah. Dzun-Nuwwas pun tidak ada pilihan lain kecuali terus memacu kudanya ke laut, dan akhirnya dia mati tenggelam bersama kudanya.

G. Raja Aryath

Akhirnya Aryath diangkat menjadi Raja di Yaman selama sekian tahun

H. Abrahah Al-Asyram

Setelah beberapa tahun kekuasaan Aryath di Yaman maka terjadilah perpecahan di antara tentara, satu kelompok bersama Aryath dan yang lainnya bersama Abrahah lantaran memandang Abrahah lebih religius dibanding Aryath, Abrahah menyurati Aryath bahwa daripada tentara kita saling bunuh, sebaiknya kita berdua saja perang tanding, siapa yang menang maka semua tentara menjadi miliknya. Menurut Aryath ini usulan yang bagus.

Abrahah ini punya budak setia yang dipesani untuk menjaga punggung abrahah ketika diserang dari belakang. Abrahah punya tubuh agak pendek dibanding Aryath yang lebih panjang sehingga mudah bagi Aryath untuk menjatuhkan Abrahah dari kudanya, Aryath pun hendak menombak ubun-ubun Abrahah, namun Abrahah dengan cepat mengelak lalu mengenai wajahnya, dari kening, hidung, sampai bibirnya robek, sehingga disebut Al-Asyram, yakni orang yang robek mulanya. Ketika Aryath hendak membunuh Abrahah, tiba-tiba budaknya melempari Aryath dengan tombak dan Aryath pun mati seketika. Setelah memenangkan pertempuran meski dengan cara curang lalu Abrahah diangkat menjadi Raja.

Adapun kisah Abrahah ini cukup panjang, namun akhirnya Abrahah mati dilempari batu panas oleh burung Ababil saat dia hendak menghancurkan ka'bah. Insya Allah kisah tentang Abrahah akan kita ulas di pertemuan yang lainnya.

Minggu, 22 Januari 2017

Percobaan Mencuri Jasad Nabi (Pertemuan 84)

Diriwayatkan oleh 'Aus bin Abi 'Aus bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:

(إن الله حرم على الأرض أن تأكل أجساد الأنبياء)

Innallaaha harrama 'alal-ardhi an ta'kula ajsaadal-anbiyaa'i

"Sesungguhnya Allah mengharamkan terhadap bumi untuk memakan jasad-jasad para nabi" (Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim dalam kitab Shahih mereka)

Hadits ini lengkapnya berbunyi: "Hari kalian yang paling utama adalah hari jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu beliau wafat, pada hari itu sangkakala ditiup dan pada hari itu pula terjadi kiamat, maka perbanyaklah kalian bershalawat kepadaku, karena shalawat kalian akan diperlihatkan padaku". Para shahabat bertanya: "Bagaimana bisa shalawat kami diperlihatkan kepada engkau sedangkan engkau telah menjadi debu?" Maka beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah mengharamkan terhadap bumi untuk memakan jasad-jasad para nabi".

Yakni Allah Ta'ala akan mengembalikan ruh Nabi ke dalam jasad beliau untuk memahami pesan yang disampaikan oleh malaikat berupa shalawat dan salam agar beliau menjawabnya.

Dan ini menjadi alasan mengapa jasad Nabi tidak bisa dimakan bumi, jika jasad Nabi hancur dimakan bumi maka tidak mungkin Nabi bisa memahami pesan malaikat apalagi sampai menjawabnya. Itulah juga yang menjadi sebab mengapa saat mayit ditanya di alam kubur, ruhnya dikembalikan oleh Allah ke dalam jasadnya semula, ini tidak lain agar mayit tersebut bisa memahami pertanyaan malaikat dan agar dia bisa menjawabnya.

Demikian penjelasan singkat yang disarikan dari kitab Ar-Ruh karya Asy-Syaikh Al-'Allamah Ibnul-Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah.

Ternyata ini pula yang menjadi sebab penasarannya para arkeolog (ahli sejarah kebudayaan material) untuk meneliti mengapa jasad Nabi bisa awet begitu? Maka tentulah mereka tidak dizinkan oleh pihak kerajaan untuk melakukannya, lantaran perbuatan tersebut merupakan suatu pelanggaran terhadap ajaran Islam.

Ada beberapa kasus percobaan mencuri jasad Nabi yang wallahu a'lam kebenarannya, namun aksi-aksi mereka selalu dapat digagalkan bahkan pelakunya berakhir dengan mengenaskan. Entah apa niat dibalik aksi-aksi tersebut, yang jelas mungkin di antaranya untuk menyukseskan program penelitian para arkeolog meskipun dengan cara-cara yang ekstrim.

Para arkeolog mengira rencana penelitian mereka itu sebagaimana penelitian terhadap jasad Fir'aun, padahal Allah Ta'ala sengaja menyelamatkan jasad Fir'aun tersebut agar menjadi pelajaran bagi kaum yang mendustakan para nabi.

Sedangkan penyelamatan jasad Nabi dari kehancuran punya tujuan lain terutama yang telah kita sebutkan di atas, yakni agar Nabi dapat memahami dan menjawab pesan malaikat.

Terdengar desas-desus menyebutkan bahwa ada seseorang yang mencoba untuk mencuri jasad Nabi dengan cara menaiki kubah hijau, tapi malah mati seketika lantaran disambar petir. Konon katanya mayatnya tetap dibiarkan di atas kubah dengan alasan sebagai pelajaran bagi siapa saja yang berani untuk mengganggu kuburan beliau.

Setelah dikonfirmasi ternyata desas-desus tersebut tidak benar adanya, karena sesuatu yang menyerupai peti yang terletak di atas kubah hijau rupanya hanya jendela yang berguna apabila ia dibuka maka cahaya dapat masuk menerangi kuburan. Dulu jendela itu sering dibuka namun setelahnya sekian lama ia dibiarkan tertutup sampai hari ini.

Jumat, 20 Januari 2017

Gara-gara Tokek Hancur Akidah Kakek (Pertemuan 83)

Tokek adalah kadal layaknya cicak dan bengkarung, di saat mereka terancam maka mereka akan menanggalkan ekornya. Pertanyaannya: Bisakah kita membunuh kadal tersebut dengan satu kali pukulan? Jawabannya bisa, asalkan yang kita pukul itu bukan ekornya.

Mari kita baca riwayat di bawah ini pelan-pelan: Dalam hadits shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:

(من قتل وزغة في أول ضربة فله كذا وكذا حسنة)

Man qatala wazaghatan fii awwali dharbatin falahu kadzaa wa kadzaa hasanatun

"Barangsiapa membunuh wazaghah pada pukulan yang pertama maka dia akan mendapatkan kebaikan sekian dan sekian"

(و من قتلها في الضربة الثانية فله كذا و كذا حسنة لدون الأولى )

Wa man qatalahaa fidh-dharbatits-tsaaniyati falahu kadzaa wa kadzaa hasanatun liduunil-uulaa

"Dan barangsiapa membunuhnya pada pukulan yang kedua maka dia akan mendapatkan kebaikan sekian dan sekian di bawah kebaikan yang pertama"

(و إن قتلها في الضربة الثالثة فله كذا و كذا حسنة لدون الثانية)

Wa in qatalahaa fidh-dharbatits-tsaalitsati falahu kadzaa wa kadzaa hasanatun liduunits-tsaaniyati

"Dan apabila dia membunuhnya pada pukulan yang ketiga maka dia akan mendapatkan kebaikan sekian dan sekian di bawah kebaikan yang kedua"

Wazaghah (وزغة) atau wazagh (وزغ) adalah kadal jenis tokek dan bengkarung, nama lainnya adalah "sam abrash" (سام أبرص), kalau kalimatnya dipecah maka "sam" artinya "meniup" dan "abrash" artinya "terserang penyakit kusta".

Apa sebabnya hewan ini mesti dibunuh? Mari pelan-pelan kita baca riwayat di bawah ini:

Dalam hadits riwayat Ibnu Hibban, bahwa pembantu Faqih bin Al-Mughirah mendatangi A'syah radhiyallahu 'anha, maka dia melihat di rumah beliau ada tombak yang menancap, lalu dia bertanya: "Wahai Ummul-Mu'minin apa yang telah engkau lakukan dengan ini?" Beliau menjawab: "Kami membunuh wazaghah-wazaghah, karena Nabiyyullah mengabarkan kepada kami sesungguhnya Ibrahim ketika diceburkan ke dalam api, maka semua hewan melata di bumi ini berupaya untuk memadamkannya kecuali wazagh, bahkan ia malah meniupnya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuhnya".

Tokek yang namanya diambil dari bunyi suaranya ternyata dimanfaatkan oleh syaithan untuk menjerumuskan manusia kepada kesyirikan. Syaithan membisikkan kepada manusia bahwa tokek itu bisa menolak bala. Padahal Allah Jalla fi 'ulah telah membantah perbuatan itu: "Dan apabila Allah telah menimpakan suatu bala maka tidak ada yang mampu menolaknya kecuali Dia", yakni tidak ada yang mampu menolak bala kecuali Allah Jalla fi 'ulah.

Syaithan membisikkan kepada manusia bahwa tokek itu mengetahui keadaan yang akan datang sehingga mereka bertanya kepada tokek akan nasibnya di kemudian hari, padahal Allah Jalla fi 'ulah telah membantah perbuatan itu: "Dan di sisi Allahlah kunci-kunci perkara ghaib, tidak ada yang bisa mengetahuinya kecuali hanya Dia", yakni tidak ada yang mengetahui perkara ghaib kecuali hanya Allah Jalla fi 'ulah.

Syaithan membisikkan kepada manusia bahwa tokek itu bisa mendatangkan keberuntungan, padahal Allah Jalla fi 'ulah telah membantah perbuatan itu: "Dan apabila Dia melimpahkan suatu kebaikan maka Dia Maha Mampu atas segala sesuatu", yakni tidak ada yang mampu untuk mendatangkan suatu keberuntungan kecuali Allah Jalla fi 'ulah.

Namun apabila menjadikan tokek tersebut sebagai perantara antara manusia dengan Allah dalam mengharap suatu keberuntungan maka telah sepakat para ulama bahwa perbuatan itu tergolong kekufuran, sebagaimana kekufuran kaum jahiliyyah yang menjadikan berhala-berhala mereka sebagai perantara agar mendekatkan diri-diri mereka kepada Allah sedekat-dekatnya.

Mari kita perhatikan di sini, tokek yang mestinya dibunuh karena perintah Nabi malah diibadahi oleh sebagian manusia. Maka ini akan memperjelas kepada kita bahwa tokek tersebut memang sangat pantas untuk dibunuh, atau kalau tidak tokek itu akan terus berbunyi dengan bunyi-bunyi yang dimanfaatkan oleh syaithan untuk mempengaruhi manusia agar mereka beribadah kepada tokek tersebut.

Pertanyaan: Bagaimana dengan cicak, bukankah ia jenis kadal juga? Sebagian ulama memasukkan cicak yang bahasa arabnya sihliyyah (سحلية) ke dalam hewan yang mesti bunuh, karena wazagh/ wazaghah (وزغة) adalah kadal jenis tokek dan bengkarung yang sifatnya sama dengan cicak, yakni di antara jenis kadal yang dapat menanggalkan ekornya saat terancam.