Sabtu, 28 Januari 2017

Penjelasan Benci Karena Allah (Pertemuan 93)

Ini sebagai bantahan bagi orang yang berpendapat bahwa dinul-Islam tidak mengajarkan kebencian.
1. Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
أوثق عرى الإيمان: الموالاة في الله، و المعاداة في الله، و الحب في الله، و البغض في الله
"Tali iman yang terkuat:
-berkasih sayang karena Allah,
-bermusuhan karena Allah,
-cinta karena Allah,
-benci pun karena Allah".
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ath-Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir (11537) melalui jalur Hanasy, dari Ikrimah, dari Ibnu 'Abbas.
Hadits ini juga datang dari beberapa shahabat lain, seperti hadits Ibnu Mas'ud yang diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi (378), Ath-Thabrani, dan yang lain; hadits Al-Bara' yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad (4/286) dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Iman (110).
Asy-Syaikh Al-Albani berkata: "Hadits tersebut, dengan seluruh jalur periwayatannya, naik menjadi derajat hasan, minimalnya. Wallahu a'lam (Ash-Shahihah 4/306 nomor 1728).
2. QS. Al-Mumtahanah [60] : 4
قد كان لكم أسوة حسنة والذين معه
Telah ada bagi kalian teladan yang baik pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya
إذ قال لقومهم إنا برآؤا منكم و مما تعبدون من دون الله
Ketika dia berkata kepada kaumnya: 'Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa-apa yang kalian ibadahi dari selain Allah
كفرنا بكم و بدا بيننا و بينكم العداوة و البغضاء أبدا حتى تؤمنوا بالله وحده
Kami mengingkari kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kalian mau beriman hanya kepada Allah'..."
3. QS. Al-Mumtahanah [60] : 9
إنما ينهيكم الله عن الذين قتلوكم في الدين و أخرجوكم من دياركم و ظهروا على إخراجكم أن تولوهم ومن يتولهم فأولائكهم الظالمون
"Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian menjadikan sebagai kawan kalian orang-orang yang memerangi kalian karena agama, dan yang mengusir kalian dari negeri-negeri kalian, dan yang membantu (orang lain) untuk mengusir kalian. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan maka itulah orang-orang yang zhalim".
4. Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
من أحب لله و أبغض لله و أعطى لله و منع لله فقد استكمل الإيمان
"Barangsiapa cinta karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah dan menahan pemberian karena Allah maka dia telah menyempurnakan iman"
(Hadits Riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan mereka berdua mengatakan hadits hasan, dalam At-Targhib wat-Tarhib dan dalam Shahih Al-Jami' 5965)
5. Dalil-dalil di atas membedakan antara kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada makhluk. Kalau kita cinta kepada seseorang biasanya dikarenakan kebaikan yang dia berikan kepada kita.
Cara untuk mencintai Allah tidak boleh disamakan dengan cara mencintai makhluk. Tidak boleh kita menyatakan bahwa saya mencintai Allah karena Dia telah berbuat baik kepada saya atau karena Dia telah menyelamatkan saya dari bencana. Cara yang benar dalam mencintai Allah adalah kita cinta pada Dzat-Nya, pada Allah sendiri.
Ini berbeda dengan harap dan takut, di mana kita dianjurkan untuk mengharap masuk Al-Jannah dan takut kalau dilemparkan ke dalam An Nar. Adapun benci karena Allah adalah kita membenci larangan-larangannya dan membenci orang-orang yang memusuhi kita karena agama. Itulah kebencian yang diajarkan oleh dinul-Islam. Kalau membenci seseorang karena dia merampas hak kita maka itu benci yang fitrah, yakni bersifat naluri, jadi tidak diajarkan pun, orang-orang sudah pandai sendiri.
6. Cinta dan benci memang suatu sifat yang berlawanan, namun seseorang tidak mungkin untuk mengerti apa itu cinta kalau dia tidak mengenal apa itu rasa benci. Seseorang tidak akan bisa mencintai Allah Ta'ala bersamaan dengan cintanya kepada berhala-berhala. Maka konsekwensinya adalah berhala-berhala itu wajib dibenci baru dia mengerti apa itu cinta kepada Allah.
7. Secara logika, kita tidak mungkin tahu apa itu panas kalau kita tidak pernah merasa dingin. Kita tidak tahu apa itu bahagia kalau kita tidak pernah merasa sedih. Demikian pula, bagaimana kita bisa menghindari bahaya kalau kita tidak tahu di situ ada bahaya. Sesungguhnya banyak manusia terjerumus di dalam kejahiliyyahan dikarenakan mereka tidak tahu apa itu jahiliyyah. Lantas, bagaimana mungkin kita bisa dikatakan mencintai tauhid kalau di saat yang sama kita mencintai syirik, ridha dan tanpa ada kebencian?
Bagaimana bisa dikatakan kita cinta kepada Allah, di saat Allah murka dengan orang-orang yang menyembah selain-Nya, lalu di saat yang sama kita malah bergembira. Seseorang yang cinta kalau Islam kalah berarti dia benci kalau Islam menang. Itulah sifat kaum munafiq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar