Senin, 23 Januari 2017

Kisah Hancurnya Yaman oleh Bangsa Habasyah (Pertemuan 85)

Pada pertemuan kali ini kita akan menceritakan kisah raja-raja Yaman sampai runtuhnya kerajaan mereka ditangan bangsa Habasyah. Yakni melibatkan:
A. Sekilas tentang Raja Rabi'ah bin Nashr
B. Raja Tubban As'ad Abu Karib
C. Raja Hassan bin Tubban As'ad
D. Raja Amru bin Tubban As'ad
E. Raja Lakhni'ah Al-Himyari
F. Raja Zur'ah Dzun-Nuwwas bin Tubban As'ad
G. Raja Aryath
H. Raja Abrahah

A. Sekilas tentang Raja Rabi'ah bin Nashr

Pada pertemuan 75 kita telah menceritakan Raja Rabi'ah bin Nashr, ada baiknya kita rangkum sedikitnya 5 point dari kisah tersebut sebelum masuk ke kisah yang berikutnya:
1. Rabi'ah bin Nashr adalah salah satu raja dari raja-raja Yaman, kisah ini terjadi di zaman jauh sebelum lahirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
2. Dia bermimpi yang setelah ditebak mimpinya oleh dua orang dukun terkenal yang bernama Sathih dan Syiqq bahwa Raja melihat bara api, yang keluar melesat dari kegelapan, lalu jatuh ke dataran yang rendah/ antara padang rumput dan bukit, kemudian dimakan oleh makhluk yang memiliki tengkorak/ ubun-ubun (makhluk yang bernyawa).
3. Sathih dan Syiqq menafsirkan bahwa Yaman akan diserbu dan dikuasai oleh bangsa Habasyah/Sudan setelah 60 atau 70 tahun dari masa kekuasaan Raja Rabi'ah.
4. Setelah bangsa Habasyah berkuasa selama 70 tahun di Yaman, kemudian bangsa Habasyah itu akan ditumbangkan oleh Iram bin Dzi Yazn.
5. Namun kerajaan Iram bin Dzi Yazan akan dikalahkan oleh seorang Nabi dari keturunan Fihr (Qiraisy) yang akan terus berkuasa sampai dunia ini berakhir.

B. Raja Tubban As'ad Abu Karib

Sekarang masuk kepada kisah Raja Tubban As'ad, telah sedikit disinggung pada pertemuan 74 tentang Raja ini dengan nama Tubba'/ Tubba' Abu Karab As'ad/ Tabban bin As'ad, memang terjadi perbedaan penyebutan antara Tubban dan Tabban/ Tubban As'ad dan Tabban bin As'ad/ Abu Karab dan Abu Karib. Namun supaya tidak bingung kita pilih nama Tubban As'ad Abu Karib sebagaimana matan sirah Ibnu Hisyam.

Setelah Rabi'ah bin Nashr mendapat kabar buruk dari Sathih dan Syiqq, beliau kan meninggalkan Yaman dan pindah ke Iraq, lalu Raja Persia mempersilahkannya tinggal di daerah Hirah. Entah bagaimana keadaan pemerintahan Yaman ketika rajanya pergi, wallahu a'lam, yang jelas ketika Rabi'ah wafat maka naiklah raja berikutnya yang bernama Tubban As'ad atau Abu Karib atau Tubba'.

Tubba' ini punya kebiasaan menjadikan Madinah menjadi persinggahan saat dia hendak ke Syam, sampai terlahir darinya seorang anak di Madinah, tapi dia tinggalkan anak dan istrinya di Madinah sementara dia terus menuju Yaman. Suatu hari dia mendengar kabar bahwa anaknya yang di Madinah dibunuh secara zhalim, maka dia pun marah besar dan bermaksud hendak memerangi penduduk Madinah. Namun kaum Madinah adalah kaum yang unik, penduduknya sedari dulu memang disebut sebagai kaum anshar, di mana mereka berperang di siang hari tapi menjamu lawan perangnya di malam hari, sehingga Tubba' beranggapan bahwa kaum anshar itu orang-orang baik.

Ketika melihat pasukan Tubba' yang begitu besar maka kaum Anshar diambang kekalahan, lalu datanglah kepada Tubba' dua orang pendeta Yahudi yang mengatakan bahwa jika Tuan Raja tetap memerangi Madinah maka Tuan Raja akan mendapat bencana dari Allah, karena kota Madinah ini adalah kota hijrah Nabi yang akan datang dari Mekkah.

( هي مهاجر نبي يخرج من هذا الحرام من قريش في آخر الزكان تكون داره وقراره)

"Madinah ini adalah tempat hijrahnya Nabi yang datang dari tanah haram, dari kaum Quraisy pada akhir zaman, kota yang menjadi rumahnya dan tempat menetapnya"

Riwayat di atas sebagai bukti bahwa akan diutusnya seorang nabi di Mekkah yang ternyata telah diketahui oleh orang-orang Yahudi melaui kitab suci dan kabar dari pendeta-pendeta mereka.

Melihat kedalaman ilmu dua pendeta tadi maka Tubba' pun masuk agama Yahudi, maka dari Raja Tubba'lah agama Yahudi bisa masuk ke Yaman.

Suatu hari ada suatu kaum yaitu dari Bani Hudzail bin Mudrikah menawarkan kepada Tubba': "Wahai Tuan Raja, maukah engkau kami tunjukkan suatu rumah yang banyak hartanya, di mana rumah itu tidak dihiraukan oleh raja-raja sebelum engkau, di sana ada mutiara, batu permata berjad dan yakut, emas serta perak?" Raja menjawab: "tentu", mereka berkata: "Rumah yang ada di Mekkah yang penduduknya beribadah di sana dan shalat di sisinya!".

Sebelum Tubba' berangkat, dia teringat kepada dua pendeta Yahudi yang pernah mengajarinya ilmu, karenanya diutuslah seseorang untuk menjemputnya. Setelah tiba maka Tubba' meminta pendapat dua pendeta itu, lalu mereka berkata: "Tidaklah yang diinginkan kaum itu melainkan mencelakakanmu dan membinasakan terntaramu wahai Tuan Raja, karena kami tidak mengetahui suatu rumah di bumi ini yang dijadikan Allah khusus untuk-Nya selain rumah tersebut, dan apabila engkau tetap bersikeras melakukan apa yang kami peringatkan padamu maka sungguh akan celakalah engkau dan binasalah orang-orang yang bersamamu!".

Tubban bertanya: "Apa yang kalian berdua perintahkan untuk aku lakukan jika aku sudah datang ke sana? Mereka menjawab: "Engkau lakukan di sana apa yang dilakukan oleh penduduknya, engkau berthawwaf mengelilingi ka'bah, mengagungkan dan memuliakannya, engkau mencukur rambutmu di sisinya dan engkau merendahkan hatimu sampai engkau keluar darinya."

Tubba' bertanya: "Apa yang menghalangi kalian berdua untuk melakukan hal itu?" Mereka menjawab: "Adapun demi Allah, sesungguhnya itu adalah bait yang dibangun oleh bapak kami Ibrahim, dan sesungguhnya kami pun ingin melakukan apa yang kami kabarkan padamu, tapi penduduknya telah menghalangi kami dan bait itu dengan patung-patung yang mereka letakkan di sekitarnya, mereka mengotori bait itu dengan darah hewan yang mereka sembelih di sisinya dan mereka itu najis pelaku syirik!".

Tubba' menerima nasehat mereka berdua dan membenarkan berita yang mereka khabarkan. Lalu memanggil orang-orang yang telah mempengaruhinya dari Bani Hudzail untuk ditebas tangan dan kaki mereka bersilangan yakni dibunuh semuanya.

Kemudian berangkat menuju Mekkah, setibanya di sana dia berthawwaf mengelilingi bait dan menyembelih kurban di sisinya, mencukur rambutnya, tinggal di Mekkah selama 6 hari, menyembelih hewan untuk diberikan kepada manusia, memberi makan kepada penduduknya.

Dia bermimpi memberi kiswah pada bait, maka diapun memakaikan kain kasar untuk menutup bait, lalu bermimpi lagi memberi kiswah yang lebih bagus dari sebelumnya, maka dia pun memakaikan kain yang lebih bagus untuk menutupnya.

Tubba' adalah orang yang pertama kali menutup kiswah pada ka'bah, dan mewasiatkan agar kiswah itu diganti dengan yang baru apabila kiswah yang lama sudah kelihatan usang, memerintahkan penduduk Mekkah untuk membersihkan sekitar ka'bah, melarang mereka mengotorinya dengan pancaran darah hewan sembelihan maupun darah haidh, membuatkan pintu pada ka'bah dan memberinya kunci.

Kemudian dia keluar dari Mekkah menuju Yaman bersama tentara dan dua pendeta. Ketika sampai di Yaman, dia menyeru rakyatnya untuk masuk agama Yahudi, maka terjadilah kekacauan karena rakyatnya merupakan penyembah berhala, lalu dijadikanlah api sebagai hakim, yang konon katanya api itu akan memakan orang yang zhalim dan tidak membahayakan orang yang dizhalimi.

Maka dikobarkanlah api unggun yang besar, lalu majulah beberapa orang bersama berhalanya mendekati api, begitu api menyambar mereka, mereka pun mundur beberapa langkah, tapi kaumya terus menyemangati mereka agar tetap sabar, jangan goyah, sehingga mereka pun memutuskan untuk mencebur ke dalam api, yang akhirnya mereka dan berhala mereka sama-sama ikut terbakar. Sekarang giliran dua pendeta bersama kitab sucinya, mereka mendekati api, lalu api itu pun menyambar kening mereka, sehingga mereka menaruh kitab sucinya di kening kemudian mencebur ke dalam kobaran api namun tidak membahayakan mereka. Berawal dari inilah masuknya agama Yahudi di Yaman.

C. Raja Hassan bin Tubban As'ad

Setelah Tubba' wafat maka naik tahta lah anaknya yang bernama Hassan bin Tubban As'ad. Hassan menyukai ekspansi untuk memperluas wilayah, sehingga tentaranya tidak berhenti berperang sampai mereka sendiri menjadi bosan, karena merindukan tanah kelahiran mereka di Yaman.

D. Raja 'Amru bin Tubban As'ad

Para pemimpin perang mempengaruhi saudara kandung Hassan yang bernama 'Amru untuk membunuhnya, lalu diangkat menjadi Raja dengan syarat mengembalikan mereka ke Yaman. Karena merasa dapat angin cepat jadi raja maka 'Amru pun membunuh Hassan. Di antara pemimpin perang ada Dzi Ru'in Al-Himyari yang mencoba untuk mencegah pembunuhan tersebut, dikarenakan tidak digubris maka Dzi Ru'in membuat suatu surat yang di antara isinya:

"Wahai yang membeli ketidak bisa tiduran dengan tidur, berbahagialah orang yang bermalam dengan mata yang tenang, sesungguhnya tentara Himyar telah berlebihan dan berkhianat, maka telah berlepas diri Dzi Ru'in".

Surat itu disegel dan diberikan kepada 'Amru. Setelah 'Amru bin Tubban As'ad berhasil menjadi raja, maka dia benar-benar dikuasai "sahr" yakni tidak bisa tidur beberapa lama, tabib-tabib yang dipanggil pun gagal mengobatinya, sampai dikatakan bahwa penyakit Tuan Raja menimpa siapapun yang membunuh saudara kandungnya.

Akhirnya 'Amru bin Tubban As'ad murka dan membunuh orang-orang yang pernah mempengaruhinya kecuali Dzi Ru'in, karena dia ada surat pelepas dirian yang diberikan kepada Raja. Setelah Raja membacanya: "Engkau benar wahai Dzi Ru'in, aku baru ingat waktu itu engkau telah menasehatiku tapi aku tidak memperdulikanmu, maka engkau bebas".

Kepemerintahan 'Amru bin Tubban As'ad terjadi kemerosotan dan akhirnya ditumbangkan oleh tentara terlatihnya sendiri yaitu yang bernama Lakhni'ah.

E. Raja Lakhni'ah Yanfu Dzu Syanatir

Lakhni'ah bukanlah dari keluarga Tubba', dia adalah mantan dari pimpinan perang yang terlatih dari Himyar dan berhasil merebut kekuasaan 'Amru bin Tubban As'ad. Lakhni'ah menggunakan harta negara hanya untuk berpesta pora dan berfoya-foya, dia juga seorang yang fasiq yang punya kebiasaan kaum Luth.

Lakhni'ah telah membunuh semua keluarga Tubba', kecuali satu orang, karena waktu itu masih kecil yang bernama Zur'ah Dzu Nuwwas bin Tubban As'ad. Ketika Zur'ah tumbuh menjadi remaja, dia dipanggil oleh Raja Lakhni'ah untuk suatu hal yang sudah diketahui oleh Zur'ah sendiri, yaitu melayani nafsu syahwatnya. Maka Zur'ah pun menyiapkan pisau tipis yang ditaruhnya di antara telapak kaki dan alas sendalnya.

Zur'ah kemudian dipersilahkan masuk kamar Raja Lakhnia'ah, begitu Lakhni'ah mendekat untuk memeluknya maka Zur'ah langsung menikamkan pisau tipis itu kepada Lakhni'ah dan memenggal kepalanya. Zur'ah pun keluar kamar sambil membawa kepala Lakhni'ah sehingga penghuni istana menjadi riuh, namun mereka malah bergembira karena Zur'ah telah mengistirahatkan mereka dari seorang yang jelek. Seraya mengangkat Zur'ah menjadi Raja yang layak terlebih lagi dialah penerus dari Raja Tubba' yang masih tersisa.

F. Raja Zur'ah Dzun-Nuwwas bin Tubban As'ad

Namun Raja Zur'ah ini pada kelanjutannya malah membunuhi kaum Nashrani sehingga kisah ini diabadikan di dalam Al-Qur'an: "Qutila ashhaabul-ukhduud", "Celakalah para pembuat parit-parit itu", yakni mereka membunuhi orang-orang shalih dari agama nashrani di parit-parit yang mereka buat. Selamat dari pembunuhan itu Daus Dzu Tsu'luban, dia melempar pasir di wajah orang-orang yang menyerangnya, lalu secepatnya menaiki kuda menuju Raja Romawi untuk mendapatkan pertolongan.

Dikarenakan jarak Romawi-Yaman sangat jauh maka Raja Romawi mengirim surat kepada Raja Habasyah yang bergelar An-Najasyi agar menyiapkan bala tentara untuk menyerbu Yaman. Maka berangkatlah bala tentara Habasyah yang dipimpin oleh Aryath ke Yaman dan bersama tentara itu ada Abrahah, dan perjalanan mereka dipandu oleh Daus Dzu Tsu'luban.

Penyerbuan pun dimulai, tentara Yaman kocar-kacir dan Zur'ah Dzun-Nuwwas melarikan diri dengan kudanya menuju bibir pantai, namun tetap dikejar oleh tentara Habasyah. Dzun-Nuwwas pun tidak ada pilihan lain kecuali terus memacu kudanya ke laut, dan akhirnya dia mati tenggelam bersama kudanya.

G. Raja Aryath

Akhirnya Aryath diangkat menjadi Raja di Yaman selama sekian tahun

H. Abrahah Al-Asyram

Setelah beberapa tahun kekuasaan Aryath di Yaman maka terjadilah perpecahan di antara tentara, satu kelompok bersama Aryath dan yang lainnya bersama Abrahah lantaran memandang Abrahah lebih religius dibanding Aryath, Abrahah menyurati Aryath bahwa daripada tentara kita saling bunuh, sebaiknya kita berdua saja perang tanding, siapa yang menang maka semua tentara menjadi miliknya. Menurut Aryath ini usulan yang bagus.

Abrahah ini punya budak setia yang dipesani untuk menjaga punggung abrahah ketika diserang dari belakang. Abrahah punya tubuh agak pendek dibanding Aryath yang lebih panjang sehingga mudah bagi Aryath untuk menjatuhkan Abrahah dari kudanya, Aryath pun hendak menombak ubun-ubun Abrahah, namun Abrahah dengan cepat mengelak lalu mengenai wajahnya, dari kening, hidung, sampai bibirnya robek, sehingga disebut Al-Asyram, yakni orang yang robek mulanya. Ketika Aryath hendak membunuh Abrahah, tiba-tiba budaknya melempari Aryath dengan tombak dan Aryath pun mati seketika. Setelah memenangkan pertempuran meski dengan cara curang lalu Abrahah diangkat menjadi Raja.

Adapun kisah Abrahah ini cukup panjang, namun akhirnya Abrahah mati dilempari batu panas oleh burung Ababil saat dia hendak menghancurkan ka'bah. Insya Allah kisah tentang Abrahah akan kita ulas di pertemuan yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar