Senin, 09 Januari 2017

Posisi Kitab Rudud dalam Islam (Pertemuan 69)

Di dalam kitab rudud atau kitab bantahan ada manhaj, ada akidah, ada fiqh, ada sirah, ada mu'amalah, ada semua ajaran Islam. Dengan kitab rudud atau kitab bantahan kita jadi lebih mengerti apa itu jahiliyyah, apa itu Islam. Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu mengatakan: "Untaian ajaran Islam akan gugur satu persatu apabila orang-orang sudah tidak mengerti apa itu jahiliyyah". (Atau sebagaimana persisnya beliau radhiyallahu 'anhu katakan).

Seorang shahabat yang diberi gelar shahibus-sirr bernama Hudzaifah Al-Yamani, disebut shahibus-sirr karena daftar orang-orang munafik yang dibisikkan oleh Rasulullah 'alaihis-shalatu was-salam ada padanya, kalau ada seorang yang mati sedangkan Hudzaifah Al-Yamani waktu tidak mau ikut mensholatkan maka shahabat yang lain mengerti bahwa mayyit itu adalah seorang munafik. Hudzaifah Al-Yamani radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan: "Orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku suka bertanya tentang keburukan, karena aku khawatir akan terjerumus ke dalam keburukan itu" (Atau sebagaimana persisnya beliau radhiyallahu 'anhu katakan).

Rudud terhadap syirik, membantah kesyirikan-kesyirikan, ini sebagaimana Nabi Ibrahim 'alaihis-salam membantah para penyembah patung-patung dan bintang-bintang. Rudud terhadap syirik termuat di dalam tuntutan dari kalimat tauhid, laailaahaillallaah, tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah, meniadakan hak bagi semua sesembahan selain Allah Jalla fi 'ulah, bahwa nabi dan malaikat tidak berhak untuk ditujukan peribadatan pada mereka, karena nabi itu diikuti dan malaikat diimani bukan malah diibadahi.

Rudud terhadap perkara muhdats, membantah perkara-perkara baru yang dibuat-buat oleh manusia dalam urusan agama, seperti pernyataan bahwa "Allah Ta'ala berada di mana-mana", sedangkan kalimat "Ta'ala" sendiri artinya "Maha Tinggi" yang tentu dapat dipahami bahwa Dia Ta'ala berada di tempat yang tinggi, yakni di atas 'arsy-Nya.

(إنا نحن نزلناالذكر و انا له لحافظون)

Inna nahhu nazzalnadz-dzikra wa inna lahuu lahaafizhuun

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an) dan sesungguhnya Kami lah yang benar-benar akan menjaganya

Penjagaan di atas adalah penjagaan satu paket, penjagaan ini sekaligus penjagaan tafsirnya yakni hadits dan aqwal (perkataan) tiga generasi utama. Penjagaan ini membantah pernyataan syi'ah rafidhah yang mengatakan bahwa Al-Qur'an kita itu adalah sepertiganya Al-Qur'an mereka, jika Al-Qur'an kita adalah sepertiganya Al-Qur'an mereka maka sama saja mereka menuduh bahwa Allah Jalla fi 'ulah gagal dalam menjaga keutuhan Al-Qur'an dan ini mustahil. Penjagaan ini sebagai acuan terpisahnya antara hadits dha'if dan hadits shahih, di mana untuk menjaga keutuhan suatu hadits mempertaruhkan kepribadian antar perawi, jika di antara perawinya ada yang lemah, yakni lemah dari segi hapalan maka otomatis hadits yang diriwayatkannya ikut lemah. Penjagaan ini pula menjadi titik central terpisahnya antara ahlus-sunnah dengan ahlul-ahwa dalam memahami kandungan yang ada pada Al-Qur'an, di mana semua ini dibahas dalam kitab rudud.

Al-Qur'an merupakan kitab rudud, kitab yang membantah ahlul-kitab dan kaum musyrikin, ia turun beransur-ansur adalah dalam rangka membantah syubhat-syubhat mereka satu persatu, sehingga mereka pernah berharap mengapa Al-Qur'an tidak turun sekaligus saja seperti nabi-nabi terdahulu, mereka mengatakan itu lantaran tidak tahan terhadap terbongkarnya setiap makar mereka, begitu ada makar muncul maka langsung turun ayat untuk membantahnya. Al-Qur'an membantah ahlul-kitab yang mengatakan Tangan Allah terbelenggu dengan bantahan bahwa sesungguhnya Tangan Allah terbentang, tapi tangan merekalah yang terbelenggu. Yakni mereka menuduh Allah Jalla fi 'ulah pelit padahal merekalah yang sebenarnya kaum yang pelit tapi mereka tidak merasa. Al-Qur'an membantah kaum musyrikin yang mengatakan bahwa kami tidak menyembah berhala tapi kami menjadikan berhala-berhala itu sebagai perantara yang mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya. Maka pernyataan mereka dibantah dengan tidaklah berhala-berhala yang kalian sembah melainkan nama-nama yang kalian dan bapak-bapak kalian buat sendiri. Pada kesempatan yang lain kaum musyrikin menyatakan bahwa kami hanya mengikuti apa yang nenek moyang kami lakukan, lalu dibantah dengan apakah kalian akan tetap mengikuti nenek moyang kalian meskipun nenek moyang kalian itu kaum yang dungu?

Ketika sebagian besar kaum muslimin sudah begitu jauh dengan bimbingan Islam maka Allah Jalla fi 'ulah menakdirkan seorang atau lebih mujaddid (pembaharu) yang mengembalikan mereka ke jalan yang lurus. Di antara mujaddid itu adalah Al-Imam Asy-Syafi'i rahmatullahi 'alaih, lawan beliau saat itu adalah kalam filsafat, di mana beliau mengatakan bahwa kebodohan terhadap ilmu kalam adalah ilmu dan ilmu terhadap ilmu kalam adalah kebodohan. Di kesempatan yang lain beliau menyebutkan bahwa barangsiapa belajar ilmu kalam maka pukullah wajahnya dengan sendal, dalam riwayat lain dengan pelepah kurma, lalu seretlah dia ke kampung-kampung, seraya mengumumkan inilah balasan bagi orang-orang yang belajar ilmu kalam.

Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah seorang ulama besar madzhab hanbali merupakan seorang mujaddid yang banyak menulis kitab-kitab rudud, yang di antaranya Ar-Raddu 'alal-Jahmiyyah, dimana dalam kitab tersebut beliau membantah Jahm bin Shafwan. Dan kalau kita perhatian fokus semua karya-karya beliau adalah tentang rudud, membantah ahludh-dhalal (kaum sesat).

Di abad kontemporer kita mengenal seorang ulama besar Madinah yang bernama Asy-Syaikh Rabi' Al-Madkhali seorang Imam Al-Jarh wat-Ta'dil saat ini. Beliau hafizhahullah memiliki karya kitab rudud yang membantah sekte Al-Ikhwanul Muslimin yang membuat para ulama yang lain terkagum-kagum dengan pembahasan beliau, yang di antaranya Asy-Syaikh bin Baz, di mana Asy-Syaikh bin Baz mendengar bahwa Asy-Syaikh Rabi ada menyusun kitab rudud, "tolong antarkan ke saya satu kitabmu itu". Subhanallahu.

Kitab rudud tidak akan pernah selesai sepanjang syaithan masih bercokol di dunia ini, sepanjang syubhat-syubhat bermunculan di sana-sini, ketika ada syubhat yang mencuat maka kitab rudud siap mematahkan syubhat tersebut. Dan sesungguhnya semua syubhat-syubhat yang ada di dunia ini bantahan-bantahannya sudah ada di dalam Al-Qur'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar