Kamis, 18 Agustus 2016

Membantah Abdullah Ade (Pertemuan 31)


Sepertinya seseorang yang bernama Abdullah Ade ini belum dapat membedakan antara Syi'ah, Khawarij, dan Salafi, padahal nampak sekali perbedaannya. Ataukah memang dia sengaja untuk menyatukan mereka, entahlah, yang jelas cara seperti ini semakin menunjukkan betapa sembrononya dia dalam membuat tulisan.

Pada artikel kali ini kita tidak membahas tentang wahhabi secara panjang lebar lantaran mengenainya telah kita singgung di pertemuan 25 dan 29. Baiklah, seperti biasa kita akan menampilkan 7 point penting:

1. Syi'ah
Seperti halnya Syi'ah Imamiyyah atau Itsna 'Asyariyyah yang menganggap 12 imam mereka sebagai orang-orang yang ma'shum, mereka juga membenci Abu Bakr Ash-Shiddiq, Umar Al-Faruq, Utsman Dzun-Nurain, 'Aisyah binti Abi Bakr dan Hafshah binti 'Umar radhiyallahu 'anhum. Dari sini saja Salafi sudah tidak sepakat, belum lagi soal Karbala berdarah, nikah mut'ah dan yang lain-lainnya, termasuk pula mengenai mushhaf Fathimah radhiyallahu 'anha. Adakah Salafi meyakini perkara tadi? Jika tidak, maka Syi'ah dan Salafi sangat jauh berbeda, jadi keduanya tidak bisa untuk disamakan.

Kita kan sudah mengetahui bahwa musuh besar Syi'ah adalah Sunni Salafi, jadi bagaimana mungkin ajarannya bisa dipadukan? Jangankan ajarannya, orang-orangnya saja sulit sekali mau didamaikan, apalagi kalau jumlah orang-orang Syi'ah sudah mayoritas maka bakal habislah Sunni Salafi diporak-perandakannya.

Justru kalau kita perhatikan antara Asy'ariyyah dan Syi'ah banyak juga kemiripan dalam 'aqidah dan 'amaliyyahnya, sehingga ada yang mengatakan bahwa NU adalah Syi'ah tanpa imamiyyah sedangkan Syi'ah adalah NU yang berimamiyyah, buktinya mereka sama-sama mensyari'atkan minta berkah ke kuburan wali, menyemarakkan tawassul dengan orang-orang mati, menghidupkan acara maulud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan membolehkan jimat. Keduanya pun mengambil filsafat dan tashawwuf dalam memahami ajaran agamanya, mereka pula sama-sama mempercayai khurafat dan tahkayyul, sebagaimana berbagai kisah dari orang-orang Shufi. Jika salah mohon dikoreksi, jika benar akui saja.

2. Khawarij
Tokoh kontemporer seperti Sayyid Quthub dan Hasan Al-Banna yang melalui pengaruh mereka berdua maka muncullah Al-Qaida dan dari Al-Qaida itu lahirlah ISIS. Lihat saja apa yang telah ISIS yakini dari hukum bom bunuh diri, apakah ada Salafi yang membolehkannya? Kalau tidak ada berarti Khawarij dan Salafi tidak bisa untuk disamakan, keduanya juga sangat jauh berbeda dalam banyak hal lain terutama dalam memahami ayat yang berkenaan dengan hukum Allah Ta'ala.

Kadangkala dalam sepak terjang orang-orang Asy'ariyyah nampak pula kekhawarijannya, seperti mengkafirkan pemerintah Sa'udi dan berani mencerca penguasa muslim.

Memang benar ada di antara orang yang bermanhaj Khawarij itu secara 'aqidah mereka Salafiyyah, namun ramai juga di antara mereka yang memiliki 'aqidah Asy'ariyyah, Mu'tazilah, Qadariyyah bahkan ada pula yang ber'aqidah Syi'ah. Sebagaimana yang contohkan oleh Hasan Al-Banna dan ajarannya diterapkan oleh Al-Ikhwanul-Muslimun.

3. Salafi
Kita lihat Salafi saat ini, adakah Salafi mengajak manusia untuk mencela penguasa muslim sebagaimana yang dilakukan oleh Khawarij? Jangankan mencela sedangkan untuk demonstrasi saja Salafi melarangnya.

4. NU
Manhaj NU adalah Asy'ariyyah, perbedaan mencolok antara mereka dengan Salafi adalah dalam bab Asma' wa Shifat, namun yang sering dimunculkan adalah perbedaan dalam hukum maulud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan banyak lagi yang lainnya termasuk menghukumi ilmu tashawwuf, yasinan, tahlilan dan sebagainya.

5. Fitnah
Ada beberapa pengertian terkait makna fitnah, di mana ia bisa diartikan dengan syubhat, ujian dan bisa pula diartikan dengan tuduhan. Kalau kita memperhatikan cara Abdullah Ade dalam menulis, ia lebih cenderung kepada fitnah yang berarti tuduhan, yakni tidak ada kena-mengenanya dengan manhaj Salaf, sekaligus mengandung syubhat yang sangat rapuh. Bahasa yang dia gunakan juga terkesan provokasi, kurang beradab dan agak asal-asalan, sehingga cukup menguji kesabaran kita dalam menanggapinya.

7. Nasionalisme
Sudah selayaknya kita sebagai penduduk Indonesia untuk cinta kepada tanah air, namun kala bicara tentang Islam tentunya ia lebih bersifat universal, jadi tidak ada istilah Islam Nusantara, Islam Arab ataupun Islam Amerika. Mengenai adat-istiadat yang ada pada setiap suku, jika ia tidak bertentangan dengan ajaran Islam silahkan untuk dilestarikan. Demikian pula dengan hukum perundang-undangan negara, jika didapati ia bertabrakan dengan syari'at Islam maka kita menghadapinya dengan cara yang juga sesuai syari'at yaitu bersabar, itu sudah.

Atas dasar nasionalisme Abdullah Ade ini menyeru kepada pemerintah untuk membasmi Salafi. Pertanyaannya: Apa bahaya Salafi terhadap NKRI? Silahkan periksa kitab-kitab Salafi dan daurah-daurahnya, adakah Salafi mengarahkan ummat untuk memberontak kepada penguasa? Tunjukkan satu kitab saja yang membahas tentang itu? Kita yakin dia tidak akan bisa membuktikannya secara 'ilmiyyah kecuali cuma dengan jalan singkat yakni menyamakan antara Salafi dan Khawarij dengan istilahnya yaitu Wahhabi. Jangan-jangan malah dia yang bakal dijebloskan ke dalam penjara lantaran berperan sebagai provokator.


Itulah dia Abdullah Ade, orang ini bukannya   mempelajari Hadits, tapi malah mengajak manusia untuk mengolok-oloknya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar