Ada sebagian orang memaknai kata syubhat berdasar pada kebiasaan dalam berbahasa, yakni ketika dua atau lebih orang bekerjasama dalam perkara dosa atau kejahatan, seperti perkataan: "Mereka telah atau sedang bersyubuhat".
Akan tetapi kalau ditinjau dari segi hukum maka syubhat itu adalah suatu perkara yang letaknya di antara halal dan haram, namun ia lebih cenderung/ condong ke arah yang diharamkan.
Dengan demikian maka syubhat pula dapat diartikan dengan kerancuan, keraguan, masih samar, fitnah dan sesuatu yang sepertinya menyerupai kebenaran sehingga karenanya ia memerlukan penjelasan.
1. MENGAPA SALAFI BERPEGANG KEPADA ZHAHIR AYAT ATAU HADITS?
Dari sinilah letak kesungguhan Salafi dalam mencari kebenaran bukan pembenaran. Yaitu mengambil hukum dari zhahir ayat atau hadits bukan malah menghukumi keduanya.
Kita mungkin bersepakat bahwa perkataan tanpa dalil akan tertolak, namun kalau justru mencari dalil untuk mendukung perkataan maka itu sudah lain lagi urusannya.
Artinya, bisa saja segala kerancuan yang disebarkan oleh ahlul-ahwa (orang-orang yang lebih menuruti hawa nafsu) mempunyai sederet dalil, nah maka dalam hal mendalili hawa nafsu itulah yang dikenal juga dengan istilah syubhat.
Jadi, slogan untuk kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah mesti diklarifikasi lagi. Jangan demi membela diri atau kelompok sampai membawa-bawa dalil, kalau begitu jadinya malah mengembalikan Al-Qur'an dan As-Sunnah kepada kepentingan-kepentingan tertentu.
2. KLARIFIKASI BEBERAPA KASUS SYUBHAT
a). Bersuci dari najis menyentuh anjing dengan cara membasuhnya menggunakan tujuh kali siraman air, di mana pada salah satu siraman diselingi tanah. Secara Sunnah memang demikian harusnya, namun bukan berarti melalui alasan tinggal basuh saja dengan mengikuti cara di atas malah dijadikan dalil untuk pembolehan memelihara anjing di rumah.
b). Istighfar merupakan usaha untuk menghapus dosa, namun jangan sampai ini dijadikan dalil untuk semaunya bermaksiat.
c). Sebagian 'ulama' fiqh terutama madzhab Syafi'i menyatakan batal wudhu' kalau menyentuh lawan jenis, namun jangan sampai karena alasan tinggal wudhu' lagi sehingga membolehkan berjabatan tangan dengan lawan jenis tersebut.
d). Anjuran ziarah qubr untuk mengingatkan kepada kematian, jangan sampai dijadikan dalil untuk mengadakan macam-macam ritual di sana.
e). Nabi Sulaiman diberi kuasa oleh Allah Ta'ala untuk memerintah diantaranya kaum jin. Jangan sampai dijadikan dalil untuk membolehkan mohon pertolongan kepada mereka.
3. AHLUS-SUNNAH ADALAH AHLUL-ATSAR
Tidak ada jaminan bahwa berpegang kepada zhahir dalil dapat mengantarkan seseorang kepada kebenaran yang seutuhnya. Ini sebagaimana kerancuan/ syubhat kawarij ketika hanya berpedoman dengan apa yang tersurat namun meninggalkan riwayat ahlul-atsar (qaul/ perkataan para shahabat), sehingga karenanya mereka mengafirkan orang-orang yang berhukum dengan selain hukum Allah Ta'ala.
4. SIKAP YANG BENAR DALAM MENGHADAPI BERBAGAI SYUBHAT
a). Membantahnya dengan ilmiyyah.
b). Tidak hadir dimajlisnya, menutup telinga rapat-rapat dari mendengarnya.
c). Menjauh dan berhati-hati terhadap orangnya.
d). Mengalihkan ke lain pembicaraan.
e). Mengingatkan ummat dari pengaruhnya.
5. HAL-HAL YANG BISA MENIMBULKAN SYUBHAT
a). Ketidak-pahaman tentang manhaj dan 'aqidah, serta bahasa 'Arab.
b). Pengaruh dari belajar filsafat dan tashawwuf
c). Berteman akrab dengan ahlusy-syubhat
d). Kebiasaan menggunakan bahasa yang bersifat umum
e). Alergi terhadap tahdzir
Di bawah ini gambar serpihan batu obsidian, sebagian orang menyebutkan bahwa obsidian itu merupakan kaca bukan batu dan sebagian lagi menyatakan bahwa obsidian itu batu bukan kaca, maka yang benar adalah ia sesungguhnya batu kaca alami (natural glass stone).
Ini sebagaimana batu green darson, ada yang berpendapat bahwa ia batu jasper dan ada yang bilang ia jenis kalsedoni, maka yang benar adalah ia sesungguhnya batu jasper kalsedoni, kulitnya jasper isinya kasedoni.
Seringkali kekurang-pahaman dapat menimbulkan berbagai syubhat, maka obat dari penyakit itu hanyalah dengan belajar. Senantiasa menambah pengetahuan dan tidak mencukupkan diri dengan ilmu yang dimiliki saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar