Minggu, 11 September 2016

Takfiri itu Apa dan Siapa? (Pertemuan 38)

Kafir = non muslim
Kufur = keyakinan, ucapan atau perbuatan yang dapat membatalkan keislaman seseorang sehingga bisa menyebabkan pelakunya menjadi kafir.
Takfir = mengafirkan/ menyatakan fonis kafir
Takfiri= orang yang melakukan takfir (yakni secara berlebihan)

A. TUJUAN UTAMA MENGETAHUI BAB TAKFIR

1. Agar kita dapat menghindarkan diri dari apa-apa yang bisa menjemuskan kepada kekafiran.

2. Tidak seenaknya mengafirkan orang lain

B. SETIAP KELOMPOK MEMILIKI PRINSIP TAKFIR, LANTAS SIAPA YANG BENAR-BENAR TAKFIRI?

1. Salafi menyatakan bahwa kufur besar merupakan pembatal keislaman seseorang. Salafi menakfir keyakinan kufur, ucapan kufur dan perbuatan kufur, namun tidak semudahnya menakfir manusianya. Salafi sangat berhati-hati di dalam urusan takfir, karena apabila salah fonis maka resikonya akan berbalik kepada yang memonis.

Salafi hanya akan menakfir seseorang apabila didapati kekufurannya telah betul-betul jelas. Itupun jika tidak ada padanya penghalang seperti ia belum dinasehati atau kekufurannya dikarenakan sebab ta'wil, sebagaimana mena'wil demokrasi dengan musyawarah.

2. Syi'ah mengafirkan sebagian besar shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terutama khalifah yang pertama bersama putrinya, khalifah yang kedua bersama putrinya dan khalifah yang ketiga radhiyallahu 'anhum.

3. Khawarij mengafirkan pelaku dosa besar, yang di antaranya terhadap penguasa yang berhukum dengan selain hukum Allah Ta'ala.

4. Sebagian asy'ariyyin mengafirkan pemerintah Sau'di.

Kalau kita perhatikan justru point ke 2, 3 dan 4 lah yang berlebihan dalam perkara takfir:

Point ke 2: Mengapa syi'ah mengafirkan para shahabat radhiyallahu 'anhum, sementara Allah Ta'ala sendiri telah menjamin surga atas mereka?

Point ke 3: Mengapa khawarij mengafirkan penguasa yang berhukum dengan selain hukum Allah Ta'ala, sementara para shahabat radhiyallahu 'anhum sepakat menggolongkannya sebagai kufrun duna kufrin (yakni kufur 'amali yang tidak mengakibatkan pelakunya menjadi kafir, ini sebagaimana riya' yang tergolong syirik kecil tapi tidak menjadikan pelakunya sebagai musyrik)?

Point ke 3: Dan mengapa sebagian Asy'ari mengafirkan pemerintah 'Arab Sa'udi, padahal pemerintah 'Arab Sau'di menjalankan undang-undang syari'at Islam, kalau 'Arab Sa'udi saja bisa mereka kafirkan apalagi Indonesia ini, di mana notabebe undang-undangnya berdasarkan demokrasi?

C. KEYAKINAN, UCAPAN DAN PERBUATAN YANG LAYAK DITAKFIR

Lihat betapa masuk akalnya metode Salafi dalam menakfir suatu keyakinan, ucapan dan perbuatan, maka dari itu kita berlindung kepada Allah Ta'ala dari sikap-sikap berikut ini:

1. Keyakinan yang mengandung kekufuran:
a). Meyakini ada sesembahan selain Allah Ta'ala.
b). Meyakini ada syari'at yang lebih baik daripada syari'at yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
c). Meyakini bahwa Allah Ta'ala melebur ke dalam diri-diri makhluk-Nya.
d). Membenci kemenangan kaum muslimin atas orang-orang kafir dan lebih menyukai kemenangan orang-orang kafir atas kaum muslimin.

2. Ucapan yang mengandung kekufuran:
a). Mendustakan, menyatakan bohong terhadap seluruh maupun sebahagian dari ajaran Islam.
b). Menghina, mencaci maki seluruh maupun sebahagian dari ajaran Islam.
c). Mengolok-olok, menjadikan candaan terhadap seluruh maupun sebahagian dari ajaran Islam.
d). Ucapan penolakan terhadap seluruh maupun sebahagian dari ajaran Islam.

3. Perbuatan yang mengandung kekufuran:
a). Menginjak-injak mushhaf Al-Qur'an atau menajisinya dengan sengaja.
b). Ruku' dan sujud dengan sengaja tepat di hadapan patung.
c). Melakukan ritual sihir, termasuk pelet maupun santet.
d). Berperang melawan kaum muslimin untuk membela orang-orang kafir.

Sebagai penekanan sekali lagi bahwa tujuan kita mempelajari bab takfir adalah agar kita dapat menghindarkan diri dari sikap-sikap yang mengandung kekufuran dan tidak semudahnya mengkafirkan orang lain, kecuali terhadap orang-orang yang sudah jelas dan tidak diragukan lagi kekafirannya.

Namun wajib bagi kita untuk mengafirkan orang-orang yang telah dikafirkan oleh Allah Ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri, seperti Iblis, Fir'aun, anak nabi Nuh 'alaihis-salam yang tenggelam di air bah, Abu Lahab beserta istrinya, Abu Jahal, dan ayah Nabi Ibrahim 'alaihis-salam yang bernama Azar. Jika kita tidak berani untuk mengafirkan mereka maka berarti kita telah ragu pada pernyataan dari ayat-ayat Allah Ta'ala dan Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.

D. MAKNA KAFIR SECARA BAHASA

Di bawah ini ada gambar dua buah model tempat untuk menyimpan telur maupun untuk menyembunyikan batu yang berbentuk telur. Demikianlah arti kafir kalau ditinjau dari segi bahasa atau etimologi, ia sebagaimana mengubur benih ke dalam tanah, atau pula mendindingi sesuatu agar tidak kelihatan.

E. MAKNA KAFIR SECARA SYAR'I

Akan tetapi kalimat (kata) dari kafir itu sendiri sudah menjadi suatu istilah yang syar'i (bersifat syari'at), yaitu orang yang berada di luar agama Islam (non muslim). Oleh karenanya Salafi tidak mau bermain-main dalam menyebut seseorang dengan perkataan "kafir".

Selain itu Salafi juga sangat berhati-hati dalam menyebut seseorang dengan perkataan "murtadd", "thaghut", "musyrik" dan "munafik", lantaran kalimat-kalimat (kata-kata) tersebut mengarah kepada makna kafir.

F. TIDAK IFRATH DAN TIDAK TAFRITH

Kalau kita mau mempelajari kaedah-kaedah Salafi dalam hal takfir maka kita akan berkesimpulan bahwa Salafi merupakan orang-orang yang paling tidak mudah untuk melakukannya.

Oleh sebab itu apabila tiba-tiba ada yang memakai embel-embel Salafi namun sangat enteng dalam memonis kafir pada orang lain, maka dapat dipastikan bahwa dia jahil dan bukan Salafi, tapi kemungkinan samaran dari salah satu sekte berikut ini:
a). Haddadiyyah/ Hajuriyyah
b). Al-Ikhwanul-Muslimun/ Harakiyyah/ Teroris/ Khawarij
c). Syi'ah
d). Asy'ariyyah

Konsep yang benar dalam hal apapun kan tidak ifrath dan tidak tafrith, tidak berlebihan dan tidak pula meremehkan. Kalau tadi kita menyinggung soal berlebihan maka ini mengenai peremehan, yakni golongan yang bermudah-mudahan dalam perkara takfir, seperti halnya sekte murji'ah yang diteladani oleh orang-orang yang anti terhadap manhaj tahdzir yaitu turatsiyyah.

Turatsiyyah ini kadang-kadang ifrath dan kadang-kadang tafrith, kadang-kadang bersikap sebagai khawarij dan kadang-kadang bersikap sebagai murji'ah, tapi maunya mereka disebut Salafi, bagaimana bisa? Sedangkan Salafi sendiri prinsipnya jelas, tidak plin-plan seperti mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar