Selasa, 13 September 2016

Ternyata Salafi Lebih Masuk Akal (Pertemuan 40)

Catatan ini intinya adalah seruan untuk kembali kepada Al-Qur'an dan As Sunnah dengan pemahaman As-Salafush-shalih, di mana prinsip-prinsipnya lebih masuk akal ketimbang filsafat dan tashawwuf.

Pada kesempatan kali ini kita akan mengangkat tiga perkara yaitu:
1. Kedudukan Para Shahabat Radhiyallahu 'Anhum,
2. Inti Agama Hanyalah Syari'at, dan
3. Menetapkan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah Ta'ala Berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah.

Semoga tiga perkara ini bisa dijadikan suatu qaidah penting untuk lebih memahami prinsip-prinsip Salafi, sebagai petunjuk jalan bagi orang-orang yang ingin mencari kebenaran.

1. KEDUDUKAN PARA SHAHABAT RADHIYALLAHU 'ANHUM

Sangat masuk akal bahwa para shahabat radhillahu 'anhum lebih selamat pemahamannya, lantaran:

a). Allah Ta'ala ridha kepada Al-Muhajirin dan Al-Anshar, dan mereka pun ridha kepada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala menjamin mereka masuk jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.

Siapakah Al-Muhajirin dan Al-Anshar itu? Kalau bukan para shahabat radhiyallahu 'anhum, lantas siapa lagi? Oleh karenanya bagi siapapun yang ingin meraih ridha dan jannah Allah Ta'ala maka hendaklah dia mengikuti jejak mereka.

b). Mereka radhiyallahu 'anhum merupakan murid langsung dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka beriman pada kenabian dan kerasulan beliau di tengah ramai manusia mendustakannya, mereka menyintai beliau lebih dari jiwa-raga di tengah ramai manusia membencinya, mereka menemani beliau suka-duka di tengah ramai manusia menjauhinya, dan mereka berjihad bersama beliau dalam menegakkan kalimat tauhid di tengah ramai manusia memeranginya.

Untuk menilai baik-buruknya sifat seseorang dapat dilihat dari bersama siapa dia berkawan. Kalau berkawan dengan penjual minyak wangi maka efeknya akan ikut beraroma harum, tapi kalau berkawan dengan seorang tukang besi maka dampaknya akan ikut bau bakaran. Oleh karenanya para shahabat radhiyallahu 'anhum merupakan orang-orang terbaik dikarenakan mereka adalah teman dari manusia terbaik, yakni Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kalau bukan Allah Ta'ala yang memilihkan teman untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lantas siapa lagi?

c). Bahasa Arab mereka radhiyallahu 'anhum merupakan bahasa yang terfashih sehingga lebih mudah dalam memahami ayat Al-Qur'an dan matan Al-Hadits. Mereka radhiyallahu 'anhum pun menjadi saksi akan asbanun nuzul (sebab-sebab turunya ayat) dan asbabul-wurud (sebab-sebab keluarnya hadits).

d). Di antara para shahabat ada Al-Khulafa'ur-Rasyidin radhilallahu 'anhum yang direkomendasikan oleh beliau shallallahu 'alaihi wa sallam untuk berpegang teguh dengan Sunnah mereka setelah Sunnah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala berada dalam kondisi perpecahan ummat.

2. INTI AGAMA HANYALAH SYARI'AT

Sangat masuk akal bahwa inti agama Islam adalah syari'at itu sendiri, lantaran:

a). Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam hanya mengajarkan syari'at, dan untuk jannah pun diraih melalui mencari ridha Allah Ta'ala dengan cara menjalankan syari'at-Nya.

b). Syari'at itu adalah apa saja yang terkandung di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, di mana kalau kita berpegang teguh kepada keduanya maka akan dijamin tidak akan tersesat selama-lamanya.

c) Syari'at itu telah disampaikan seluruhnya oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, di mana ia sudah mencakup perkara zhahir sekaligus bathin, sebagai santapan jasmani sekaligus rohani. Oleh karenanya tidak diperlukan lagi filsafat dan tashawwuf untuk ikut campur menambah ajaran spritual baru seperti tarikat, hakikat dan ma'rifat 'ala filosof dan shufi.

3. MENETAPKAN NAMA-NAMA DAN SIFAT-SIFAT ALLAH TA'ALA HANYA BERDASARKAN AL-QUR'AN DAN AS-SUNNAH.

Sangat masuk akal bahwa Salafi menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta'ala hanya berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, karena:

a) Yang lebih mengetahui tentang Allah Ta'ala hanyalah Allah Ta'ala sendiri, yang Dia khabarkan melalui kitab-Nya, yang Dia wahyukan kepada utusan-Nya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

b) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberitakan perihal nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta'ala kepada para shahabatnya radhiyallahu 'anhum, dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an kepada mereka berikut penjelasannya, yang kita kenal dengan Al-Hadits.

c). Allah Ta'ala memberitakan di dalam kitab-Nya bahwa Dia menciptakan Adam alaihis-salam langsung dengan kedua tangan-Nya. Berita ini mengandung pengakuan bahwa Dia merupakan Dzat yang memiliki sifat dua tangan. Tidak ada hak bagi orang-orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah untuk mengingkari sifat ini, dan tidak ada hak pula bagi mereka untuk mena'wilnya dengan makna "kekuasaan". Hanya saja sifat-sifat Allah Ta'ala itu tidak boleh diserupakan dengan sifat-sifat makhluk-Nya.

d). Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan tentang sifat-sifat Allah Ta'ala kepada para shahabatnya radhiyallahu 'anhum, beliau tidak mena'wilnya dengan perkataan apapun. Demikian pula yang dilakukan oleh para shahabat radhiyallahu 'anhum beserta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Kalau seandainya beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum serta para tabi'in maupun para tabi'it-tabi'n rahimahumullah ada mena'wil sifat-sifat Allah Ta'ala tentulah sampai kepada kita riwayat-riwayatnya.

Dikarenakan tidak ada satupun riwayat yang membuktikan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mena'wil sifat-sifat Allah Ta'ala maka tugas kita dalam perkara ini hanyalah mencukupkan diri pada apa yang telah dicukupkan oleh beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.

TAMBAHAN

Di bawah ini ada gambar permata rock crystal yang dapat menempel di kaca yang lembab lantaran bagian atas dari permata tersebut diasah rata.

Demikian pula cara kerja cuci otak, kalau kepalanya sudah selesai digosok rata maka dia dapat nempel dengan orang yang bisa memengaruhinya.

Istilah "cuci otak" selaras dengan makna "cuci mata", yakni sama-sama berkonotasi negatif, sehingga musuh-musuh Sunnah suka sekali memakai istilah "cuci otak" tersebut untuk mendeskreditkan Salafi.

Tapi sebagai Salafi kita hanya menyampaikan apa adanya dan berusaha untuk lebih bersikap hikmah, hanya saja suatu kebenaran tidak akan sulit diterima bagi siapa saja yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar