Seorang ustadz yang tidak ingin penulis sebutkan namanya pernah berkata dalam audio ceramahnya: "Kalau Al-Qur'an adalah teori maka Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam adalah prakteknya". Setelah mendengar audio ceramah beliau, penulis pun menyimpan kalimat tersebut sambil betanya-tanya di dalam hati, apakah Al-Qur'an itu teori? Akan tetapi penulis tetap yakin bahwa tidaklah yang dimaksudkan oleh al-ustadz melainkan kebaikan, sebab saat menyebutkan kalimat tadi beliau menggunakan kata "kalau" yang memberi kesan bahwa beliau agak ragu dalam menyatakannya, kita ulangi "Kalau Al-Qur'an adalah teori maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah prakteknya".
Suatu hari penulis mendengar suatu kalimat dari seorang teman: "Al-Qur'an kan teori sedangkan prakteknya adalah Nabi Muhammad (shallallahu 'alaihu wa sallam)", penulis masukkan shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam tanda kurung karena saat itu beliau tidak bershalawat. Penulis pun yakin bahwa beliau ini tidak bermaksud melainkan kebaikan.
Ketika mendengar kalimat "Al-Qur'an kan teori..." tiba-tiba muncul rasa tidak nyaman di dalam hati, ada sentilan kuat yang berdenyut keras semacam kejut pada jantung. "Tidak salahkah pernyataan bahwa 'Al-Qur'an kan teori...'?". Maka berangkat dari perasaan bimbang inilah penulis mulai mengkaji akan benar atau salahnya ungkapan itu?
Kita pernah mendengar ada yang namanya teori bigbang kan? Yaitu teori tentang asal mula alam semesta ini dari satu ledakan besar yang mengembang?. Kita pernah mendengar teori darwin kan? Yaitu teori tentang asal mula manusia dari makhluk yang bernama kera?. Baiklah, lantaran sudah banyak yang tahu maka penulis tidak perlu untuk berpanjang lebar membahas dua teori tersebut. Hanya saja penulis ingin mengajukan dua pertanyaan yang sangat mendasar. Pertama: Kira-kira teori bigbang dan teori darwin itu masih berupa teori atau sudah fakta? Kedua: Perlukah teori bigbang dan teori darwin diuji kebenarannya?
Nah sekarang, apakah kita akan melakukan uji kebenaran dulu terhadap ayat-ayat Al-Qur'an sebagaimana kita menguji kebenaran teori bigbang dan teori darwin, yang setelah diuji maka kita boleh memutuskan untuk percaya atau tidak percaya? Akankah kita akan mendustakan sebagian ayat-ayat Allah Ta'ala apabila kita tidak mendapatinya bersesuaian dengan logika?
Pada kesempatan yang baik ini penulis tidak merasa perlu untuk mencantumkan apa definisi dari kata "teori", penulis cuma ingin mengatakan bahwa apabila pembaca paham betul makna dari kata "teori" maka pembaca tentu tidak rela kalau Al-Qur'an disebut sebagai teori.
Yang lebih penting bagi kita kaum muslimin adalah mengingat kembali definisi daripada Al-Qur'an: Al-Qur'an adalah perkataan Allah Ta'ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang beliau terima melalui wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril alaihis-salam, yang diriwayatkan secara mayoritas para shahabat radhiyallahu 'anhum, membacanya adalah ibadah terhitung pahala dari tiap hurufnya, dan yang ayat-ayatnya tetap terjaga sepanjang masa dari sekecil apapun perubahan sampai hari kiamat.
Jika kita menemukan ada sesuatu yang bersesuaian dengan Al-Qur'an maka kita katakan bahwa hal itu bersesuaian dengan ayat Al-Qur'an seperti cocoknya teori bigbang, jika kita menemukan ada sesuatu yang bertentangan dengan Al-Qur'an maka kita katakan bahwa hal itu bertentangan dengan ayat Al-Qur'an seperti tidak cocoknya teori darwin. Karena itu Al-Qur'an adalah patokan kebenaran bukan teori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar