Minggu, 25 Desember 2016

Hajar Aswad Akan Diangkat Menjelang Kiamat (Pertemuan 51).

Banyak riwayat yang menceritakan perihal batu hajar aswad yang berada di salah satu sudut ka'bah, dari asal muasalnya, tata cara menggapainya, kembalinya ia ke tempat ia berasal hingga sebagai saksi di hari kiamat kelak. Dan banyak pula pembicaraan yang berkembang mengenai jenis dari batu hajar aswad, apakah ia kuarsa, safir, intan atau bahkan meteorit/ tektit.

Baiklah, untuk membahas hal ini tentunya kita melihat terlebih dahulu arti secara harfiyah dari hajar aswad, hajar (حجر) adalah batu bongkahan sementara batu permata disebut fashsh (فص), adapun aswad (أسود) adalah hitam, sehingga kita artikan batu hitam/ black stone. Kalau ditinjau secara bahasa bahwa batu hitam itu bahasa arabnya adalah hajar aswad, yakni batu apapun yang warnanya hitam. Namun secara istilah syar'i ia adalah batu hitam yang ditaruh di salah satu sudut ka'bah, di mana jama'ah haji mengecupnya sebagai syari'at yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ketika Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Isma'il alaihimas salam bersepakat hendak mendirikan bangunan sebagai baitullah (rumah milik Allah) di tempat yang sekarang disebut Mekkah, maka Nabi Isma'il pun mengumpulkan batu sementara ayahndanya menyusun batu itu, ketika semakin tinggi bangunannya Nabi Ismail pun menaruh batu lunak sebagai tatakan/ pijakan bagi ayahndanya untuk bisa naik lebih tinggi lebih kurang fungsi tangga, saat itu ayahndanya tidak memakai alas kaki sehingga telapak kaki beliau membekas di batu lunak tersebut hingga saat ini, yang sekarang disebut maqam Ibrahim, yakni tempat berdirinya Nabi Ibrahim alaihis salam, di mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mensyari'atkan agar maqam tersebut dijadikan sebagai sutrah/ pembatas untuk shalat. Ketika pembangunan hampir selesai ayahndanya menyuruh Nabi Ismail untuk mencari batu yang indah sebagai penghias bangunan tersebut agar menjadi sempurna.

Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Ismail melihat ada cahaya yang turun dari langit dan jatuh di suatu tempat lalu beliau mendatanginya yang ternyata itu adalah batu kristal putih, kemudian beliau membawakannya kepada ayahndanya. Ada pula riwayat yang menyebutkan bahwa tatkala Nabi Isma'il mencari batu terakhir dan beliau tidak mendapatinya, maka beliaupun hendak mengabarkan hal itu kepada ayahndanya, setibanya mendatangi ayahndanya ternyata ayahndanya telah menaruh sebuah batu kristal putih sebagai penyempurna tersebut, yang ternyata telah dibawakan oleh malaikat kepadanya.

Dalam hal ini Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan bahwa batu itu dari jannah, yang dulunya berwarna putih bersih seperti susu, lantaran dosa kesyirikanlah yang membuat batu itu menjadi hitam dan semakin pekat. Atau sebagaimana persisnya yang beliau shallallahu 'alaihi wa sallam ucapkan dalam hadits-haditsnya yang shahih.

Dosa kesyrikan ini bermula dari zaman Nabi Nuh 'alaihis-salam, di mana umat beliau telah menjadikan patung-patung sebagai perantara kepada Allah Ta'ala. Patung-patung itu adalah sebagai gambaran dari orang-orang shalih yang telah meninggal dunia yaitu bernama Wadd, Suwa', Yaghuts dan Nasr, keempat wali ini mereka jadikan perantara lantaran dekatnya wali-wali tersebut dengan Allah Ta'ala sehingga kalau berdo'a akan cepat terkabul, tapi perbuatan mereka itu diingkari oleh Nabi Nuh 'alaihis salam dan memfonisnya sebagai perbuatan syirik yang dapat menyebabkan kekalnya di dalam neraka jika tidak segera bertaubat darinya sebelum ajal datang menjelma.

Pada waktu itu hajar aswad masih berada di jannah dan belum diturunkan ke bumi, lantaran Nabi Ibrahim alaihis salam masih belum lahir ke dunia. Setelah Allah Ta'ala menghancurkan kaum Nuh, ternyata muncul pula kesyirikan di zaman Nabi Ibrahim 'alaihis salam, terjadi juga pada kaum nabi-nabi yang lainnya, baik itu Nabi Shalih, Nabi Hud, Nabi Sulaiman,Nabi Musa, Nabi 'Isa hingga Nabi Muhammad shalawatullahi salamuhu 'alaihim ajma'in. Maka tugas utama para utusan Allah Ta'ala adalah memerangi kesyirikan dan menetapkan bahwa hanya Allahlah yang berhak disembah dan diibadahi.

Hajar aswad punya sejarah saat ia dipecahkan hingga berkeping-keping oleh syi'ah qaramithah dan dijarah hingga berpuluh tahun hingga akhirnya dapat ditebus oleh pemerintah kaum muslimin kala itu dengan harga yang sangat mahal. Keberadaan hajar aswad sangat penting yang jika ia tidak berada di sudut ka'bah maka haji pun tidak dapat ditunaikan, meskipun begitu hendaknya tidak para jama'ah haji untuk berebut menggapainya, jika sanggup maka itu lebih baik, jika tidak sanggup maka cukup dengan melambaikan tangan seraya bertakbir "Allahu Akbar".

Hajar aswad akan diangkat oleh Allah Ta'ala menjelang kiamat sebagaimana yang diriwayatkan oleh A'isyah radhiyallahu 'anha, oleh karenanya hendaklah bersegera untuk menunaikan ibadah haji bagi yang sudah memiliki kemampuan untuk mengadakan perjalan ke sana sebelum hajar aswad di bawa kembali ke jannah. Pernah dilakukan pembicaraan tentang apa jenis batu hajar aswad, namun untuk mengetahuinya yang harus terlebih dahulu dilaksanakan adalah mengambil sampel dari hajar aswad tersebut untuk diteliti, akan tetapi hingga saat ini belum ada yang pernah diizinkan untuk mencongkel sekeping batu hajar aswad dari tempatnya. Jadi ini belum terjadi sehingga tidak perlu untuk menebak apa jenisnya, yang penting kita yakin saja dengan penyampaian hadits-hadits shahih yang berkenaan dengan itu.

Seandainya hajar aswad bukan batu dari jannah pun kita tetap memuliakannya lantaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam memuliakannya, sebagaimana 'Umar bin Al-Khaththab mengatakan bahwa "Engkau (hajar aswad) hanya bongkahan batu, jika aku tidak melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menciummu maka aku pun tidak mau menciummu". Ini.bermakna ta'at pada tuntunan Nabi shallallahu 'alahi wa sallam. Hajar aswad kelak di hari kiamat akan menjadi saksi pembela di hadapan Allah Ta'ala bagi orang-orang yang pernah menciumnya di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar